EPILOG

1.9K 114 22
                                    


Bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain? Saat sayap-sayapku telah patah karena mu? Cintamu akan tetap tinggal bersama ku, hingga akhir hayatku..
Dan setelah kematian, hingga tangan Tuhan akan menyatukan kita lagi "

~Alditsya Dinata ~

Sebelum Reading, chapter ini puanjanngggg bangettt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum Reading, chapter ini puanjanngggg bangettt...
Bacanya pas lagi sendirian ya....

Direnungkan...

Btw, komen-komen kalian akan aku post ya setelah cerita ini tamat... Jadi, selamat berkomentar...

Happy Reading..

Sudah hampir tiga hari gadis itu terbaring diatas bangsal. Semenjak sadar dari koma, kondisi Ditsya sudah perlahan pulih. Luka pasca operasi belum sepenuhnya kering, namun gadis itu sudah bisa duduk bersender dibangsal.

Ceklek

Pintu ruangan rumah sakit terbuka, menampakkan sesosok wanita yang tengah berdiri diambang pintu. Sambil tersenyum hangat.

Ditsya masih ingat jelas siapa wanita itu. Wanita berperawakan tinggi dan bersurai legam kini mulai mendekat kearahnya. "Tante Gladys..."

Gladys kemudian duduk didekat gadis itu. Lalu mengelus surai lembut nan halusnya. "Ditsya... Maafin keluarga Tante ya" rintih Gladys sambil menitihkan air mata.

Ditsya sama sekali tidak paham apa yang wanita itu katakan. Maaf? Untuk apa?

Tatapan gadis itu masih memandang Gladys yang menatapnya lekat-lekat. Ditsya menelan salivanya susah payah. "Ma-maksud Tante...?"

Gladys kini menghembuskan napas pendek. "Maaf... Karena udah buat kamu menderita kaya gini"

Ditsya masih menatap Gladys dengan tatapan penuh dengan tanda tanya. Gladys menjelaskan semuanya. Tentang dendam yang dilakukan oleh anaknya sendiri --- dan berakhir dengan kesalahpahaman.

"Maaf... Ini salah Tante dan Om Gideon"

Ditsya terdiam. Rentetan penjelasan Gladys kini menjadi jawaban atas pertanyaan mengapa hidupnya penuh penderitaan selama ini.

Tapi, apapun sudah menjadi takdir bukan?. Haruskah ia marah? Memaki? Tapi--- dorongan untuk melakukan itu semua lenyap habis tanpa sisa.

Kerena --- Ditsya belajar mencoba untuk berlapang dada. Meskipun hatinya tidak selapang itu.

"Andai saja... Tante tidak menyembunyikan kematian Om Gideon, pasti Ronald masih terus sama kamu"

Ditsya bungkam. Entah harus merespons seperti apa.

"Mungkin kesalahan anak saya tidak bisa untuk dimaafkan... Kamu berhak marah dan benci nak" air muka Gladys menatap gadis itu dengan sendu.

Marah?

05 OKTOBER [TAMAT]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang