Part 34 : [ Merpati Putih ]

1K 66 6
                                    

Sang Merpati tak pernah ingkar janji, dia itu setia—dan romantis.

~Ramadhan Erliansyah ~

~Ramadhan Erliansyah ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading...

"Ditsya , calon mantu mami juga... Cantik kan?" Rama bertanya dengan nada sombong.

"B aja" Anya hanya memutar bola matanya malas.

"Lo buta?"

"Paan seh. Kok ngegas. Iya iya percaya, cantik! Cantikan juga gue" lanjutnya dalam hati.

Rama tersenyum puas, tetapi perlahan senyuman itu pudar  tat kala tersadar tak ada Ridzwan disini.

"Yah... Sayang banget ga ada Ridzwan, padahal niatnya pengen double date gitu"

Anya memutar malas bola matanya. "Dih! Ogah gue double date sama lo!"

"Lah judes banget sih ni anak" Rama sudah terbiasa dengan sikap Anya yang menurutnya sangat judes.

Untung calon. Calon adek ipar.

^°°^

Temaram cahaya yang berkilau sebagai dekorasi unik untuk keduanya. Keduanya—Rama dan Ditsya sedang menikmati langit malam ditemani kerlap-kerlip lampu biru. Indah sekali, merpati-merpati putih saling berterbangan kesana kemari.  Nuansa taman di belakang rumahnya, luar biasa menakjubkan.

Keduanya saling berpegangan tangan erat—mereka bersama namun seperti takut—kehilangan.

Ditsya merunduk mengambil seekor merpati putih dibawahnya, dan Rama pun melakukan hal yang sama. "Merpati ini punya lo?"

Rama mengangguk mendapati pertanyaan seperti itu. "Gue suka banget ngoleksi burung Merpati. Gue kagum sama burung ini" Rama tersenyum.

"Alasannya?"

Rama menoleh kesumber suara. "Sama kaya lo kagum sama angin yang memberikan kedamaiannya, dan gue kagum sama Merpati ini mengajarkan gue — tentang kesetiaan"

Ditsya manggut manggut alasan pria itu ada benarnya juga, dibalik semua itu Ditsya tersenyum tipis, artinya pria yang ada disampingnya ini—akan setia.

"Sejak kapan lo kagum sama Merpati?"

Rama terdiam. Arah pembicaraan gadis itu mungkin sedikit menyinggungnya. Pria itu menghembuskan napas panjang. "Saat papa gue meninggalkan mami" pria itu tersenyum getir.

Ditsya merutuki pertanyaannya tadi. "Lo tau? Kesetiaan itu—mahal harganya. Dan papa gue sendiri, nunjukin ke gue kalo harga dirinya serendah itu"

"Rama gak boleh gitu" Gadis itu menyela pembicaraannya.

Rama tersenyum sendu, lalu pria itu menunjuk kearah atas yang terdapat rumah pohon.  "Dan akhirnya, saat gue duduk sendirian sedih di rumah pohon itu, merpati ini datang sendiri ke gue... Ngajarin gue banyak hal"

05 OKTOBER [TAMAT]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang