Part 13 : [Kepercayaan ini]

1.2K 100 9
                                    

Happy Reading...

Tengah malam, Ditsya terbangun dari mimpi indahnya. Dahi dan lehernyapun ikut berkeringat membuat ia frustasi.

Ia berdecak kesal seolah-olah ingin memaki kipas angin dihadapannya itu.
Berkali-kali, ia merubah posisi tidurnya itu. Terlentang, kekanan kekiri, tengkurap, kepala miring kekanan dan kekiri tetap saja merasa tidak nyaman. Karena ia merasa tidak nyaman, ia membuka bola matanya lebar-lebar.

Hal yang pertama kali dilihat adalah hitam. Menggelap secara menyeluruh, membuat tanda tanya besar bagi gadis itu.  Di sela-sela pintu-pintu kamar Ditsya, bisa dipastikan keadaan rumahnya sekarang gelap total.

Ia mulai mencari benda pipih kesayangannya, mencoba menelfon Bundanya.

"Angkat dong Bun!. Ditsya takut" ujarnya memaki diri sendiri.

Tut. Tut. Tut.

Panggilan dimatikan, membuat gadis itu merasa naik pitam. Ingin ia membanting ponselnya itu kearah kasur, tetapi ia teringat satu nama dilayar ponselnya. Setelah panggilan Bunda, Darren.

Dengan tergesa-gesa Ditsya mencoba menelpon Darren.

Tutt tutt tutt

Nada sambung ketiga, Darren menolak panggilannya.

Memandangi layar ponselnya, Ditsya masih berfikir positif. Mungkin Darren sedang sibuk. Ia menelfon Darren lagi.

Tutt tutt tutt

Diriject lagi!.

Bulir-bulir keringat membasahi dahi Ditsya. Dengan hati yang panas, sekali lagi ia mencoba menelfon Darren. Namun telpon Darren sudah tidak aktif.

Hati Ditsya langsung mencelos, menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Perasaan kecewa membuat hatinya tidak percaya akan kejadian ini. Bagaimana mungkin, jika ia benar-benar menjadi prioritas untuknya, tak mungkin ia akan melakukan ini. Ditsya sungguh membutuhkan Darren sekarang. Tetapi dengan sengaja Darren mengabaikannya!.

Atau hanya saja gadis itu  hanyalah mainan Darren yang hanya membuatnya senang?. Ditsya tertawa miris dalam lubuk hatinya. Ulu hatinya terasa ngilu semenjak kejadian ini.

Tuhan tolong bantu Ditsya untuk lebih peka membaca keadaan sebelum kecewa jauh dirasa. Jauhkan setiap hal bodoh yang hanya membuat dirinya jatuh dalam kesia-siaan. Jauhkan harapan yang berujung perih.

Sekarang Ditsya mengerti!. Dia memang sebuah mainannya saja!.

^°°^

Darren melirik arloji, yang melekat di pergelangan kirinya. Pukul 23:00 WIB. Ia menghela napas frustasi, pasti keluarga Mahendra sedang menunggunya sedari tadi!.
Terutama mamanya, Sharma Nia yang menunggunya sampai geram dibuatnya.

"Dari mana kamu?!" ujar Sharma meninggikan nada suaranya.

Darren menarik napas panjang, menatap papa dan mamanya sekilas. Terlihat raut wajah antara kecewa, murka dan geram akan sikap Darren sedari tadi yang menunggunya untuk makan malam bersama keluarga Andelova.

Darren sudah menyiapkan hatinya, untuk tetap kokoh. Pasti Papa dan Mamanya sudah tahu, jika Darren pergi ke sebuah taman itu bersama dengan seorang wanita. Ya, wanita itu adalah Ditsya.

"Dari taman Mah" Darren menjawab dengan santai, ia tidak berbohong. Setelah mengembalikan kalung milik Ditsya, Darren sungguh berharap jika Ditsya akan menerimanya. Tapi, harapannya kini pupus berkeping-keping.

Alasan Darren ingin menjadikan Ditsya pacar adalah karena satu hal. Ia tidak menyukai perjodohan antara keluarga Mahendra dengan keluarga Andelova.

05 OKTOBER [TAMAT]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang