Part 43 : [ Berakhir Sampai Sini]

994 57 8
                                    

kepergian... Adalah jalan keluarnya.

~Alditsya Dinata~

~Alditsya Dinata~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading❤

Darren masuk dengan tergesa-gesa menuju kamar hotel wanita. "DIN! BUKA DIN!" Suaranya menggelegar, seperti orang ketakutan.

Dinda yang masih sedang menikmati pemandangan yang luar biasa indahnya di Malioboro terkejut mendengar suara Darren yang begitu nyaring.

Dibukanya pintu kamar hotel itu. "Ditsya, Din!"

Dinda menyerngitkan keningnya heran. Siyam pun ikut menimbrung ingin tahu apa yang keduanya bicarakan ketika diambang pintu.

"Ada apa sih! Ganggu orang lagi halu aja lo!" itu suara Silva, yang datang tiba-tiba.

"Ini penting! Ditsya... Diculik"

Ketiga wanita itu saling menatap. "APA!!!"

"Bencanda lu bambang" Siyam menanggapinya dengan tak serius. Darren memicingkan matanya tajam, benar-benar tajam.

"Lagian, ngapain tu orang nyulik Ditsya?" Siyam kembali tak percaya.

"Emang siapa yang nyulik Ren?" melihat wajah frustasi Darren, Dinda turut sedih.

Darren berpikir-pikir, Rama? Siapanya Ditsya? Darren tahu, Rama adalah----pacarnya. "Pacarnya kali ya.... Gue gak tau"

Siyam tertawa keras. "Emang hobi lo gabut banget ya? Terus maksud lo apa sih? Kalo emang Ditsya diculik Rama apa urusannya sama kita? Toh, Rama pacarnya"

"Enggak gitu yam..." Darren menyangkal. "Ditsya tadi ribut-ribut sama tu cowok. Cowok itu mulutnya pedes banget kaya bon cabe, sumpah! Itu cowo cemburu apa gimana sih, gue gak ngerti dah!"

Siyam mulai memahami situasi ini. "Lo gak becanda kan?"

Dinda menepuk pelan bahu siyam. "Kapan Darren pernah gak serius?"

Siyam membelalakan matanya, sahabat terbaiknya diculik?. "Kok lo diem aja sih!"

"Gak berani? Takut? Ketua Kingston macam apaan lo!" Siyam menghakimi, tak tau apa yang sebenarnya terjadi.

Darren meremat-remat rambutnya kuat. Napasnya memburu tak karuan. Mengapa tadi ia hanya diam saja menyaksikan perdebatan itu? Meski ia tak tahu apa akar masalahnya, tak seharusnya ia membiarkan gadis itu pergi bersama pria brengsek itu.

"Sekarang kita get out, pergi cari Ditsya" pustusnya. Yang membuat mereka bertiga menatap cengo.

Siyam menghela napas berat, sedih rasanya ingin istirahat malah ---- terganggu. Tetapi, apapun demi sahabat ia akan lakukan.

Silva menghentakan kakinya kesal. Sudah kesal tambah kesal pula. Tetapi, apapun demi sahabat akan ia lakukan.
"Udah nurut aja... Kita kan cuma numpang enak aja disini" Dinda berbisik kepada keduanya. Seperti sindiran halus.

05 OKTOBER [TAMAT]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang