Jangan memberi harapan, jika kau patahkan. Jangan memberi janji, jika tak kau tepati.
^°°^
"Gue ambil" ujar gadis itu dengan terpaksa.Ditsya mengambil bunga itu lalu pergi membelakangi Darren , dan menghirupnya dalam-dalam.
Dan gadis itu hanya tersenyum.
"Thanks" gumamnya.
----
Polusi udara Bandung tak sekotor Jakarta, untung saja gadis itu tinggal di Bandung. Sore-sore reruntuhan jalanan masih tampak asri dikeramaian kota Bandung ini. Kota penuh kenanagan bagi Ditsya.Ia mengumpulkan hasil uang pemberian bude Sumiyati itu kedalam sakunya. Lumayan buat tambah-tambah nebus kalungnya yang kemarin ia gadaikan.
Tin. Tin.
Sebuah mobil sedan melintas dihadapannya, membuat Ditsya terkejut. Pria itu langsung turun dari mobilnya.
"Lo lagi Lo lagi!" rutuknya kesal.Rama menghampiri Ditsya yang mulai berjalan cepat.
"Dit, gue perlu ngomong sama lo. Penting!." ujarnya sambil berjalan cepat.
Ditsya menghiraukan apa yang Rama katakan, ia mengeluarkan jaz loreng-loreng yang Rama berikan tadi pagi itu ke wajahnya. Ditsya berjalan dengan sangat cepat.
"Dit! dengerin gue. Gue tau lo gak mau liat muka gue lagi. Gue tau, seberapa besar benci lo ke gue. Tapi Dit, untuk kali ini. Gue mohon kasi gue kesempatan. Kasi gue kesempatan supaya gue bisa ngomong ke lo." ujar Rama yang mulai berjalan dari kejauhan.
Ditsya menghentikan langkah kakinya seketika. Ia mulai berbalik badan.
"Apa? Lo mau ngehina gue lagi? Lo belum puas? Haa?" tanyanya penuh emosi.
Chup...
Tanpa permisi pria itu menyambar bibir cantik gadis itu. Membuat dirinya terpaku, dirinya serasa mati kaku.
Plak
"Heh! Kurang ajar lo bangsat!" tak tahan lagi, gadis itu mengamuk memukuli dada bidang Rama. Dirinya semakin malu berhadapan dengan pria yang tak tahu malu ini. Untung suasana sepi. Betapa kurang ajarnya pria ini mengambil ciuman pertamanya, dirinya benar-benar tidak terima!.
Rama semakin erat mencengkram pergelangan tangan Ditsya, membuat gadis itu terdiam kesakitan akibat ulahnya. "Diem! Apa mau gue cium lagi!" ancamnya yang semakin membuat bulu kuduk gadis itu merinding.
Tanpa ba bi bu, Rama langsung menyeret lengan Ditsya bak seorang penculik. Dengan kasar ia mulai memaksa Ditsya masuk kedalam mobilnya.
"Lo tu gila ya? Lo mau ngomong apa? Cepet! Gue gak ada waktu! 5 detik" pekiknya tak terima atas perlakuan kasar Rama.
Rama terdiam.
"Satu"
"Dua"
"Tiga"
"Empat"
"Li--- sebenernya lo mau ngomong apa sih ah!" Ditsya semakin kacau sendiri.
"Ya elu, gue mau ngomong cuma lima detik mau nyampe mana?! Jonggol?" Rama mengeluarkan emosinya yang ia tahan.
"Emang wak waw apa"
Pria itu menghembuskan napasnya perlahan. "Kemaren lo makan dimana?" tanya Rama To The Point.
Rama melaju mobilnya dengan kecepatan sedang, sambil melirik kearah Ditsya.
"Ya makan dirumah lah! Masa makan di kolam" jawabnya ngelantur.
KAMU SEDANG MEMBACA
05 OKTOBER [TAMAT] ✅
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] PART MASIH LENGKAP Berawal dari dendam masa lalu ayahnya, Ditsya terjebak dalam sebuah kesalahpahaman. Namun, karena terselut oleh amarah Letnan Kolonel Ramadhan Erliansyah kini mulai membenci gadis itu. Rama sang pen...