Happy Reading...
"Gue juga heran deh Dit! Maksudnya Tomjay tuh apa musuhin lo sampe segitunya?" Siyam berdecih kesal, sembari menemani Ditsya yang terbaring di bangsal.
"Udah biasa kali yam... Gue kan sekarang orang miskin"
Gadis itu masih tertidur dibangsal dengan selang yang menempel dihidungnya. Dan Siyam---tak terima juga Sebenarnya Ditsya berkata seperti tadi. Rasanya---entahlah, ia malah semakin bersalah.
"Yang anter gue kesini kemana?" Ditsya kembali bertanya, ia sama sekali tidak melihat batang hidung Rama yang membawanya kerumah sakit ini.
Menyebalkan.
Siyam mengembangkan senyumnya. "Ouh... Kak Rama? Balik Satgas lah! Emang lo siapanya mau ditungguin 24 jam!"
"Dih!"
"Lo kesambet apaan dah?! Senyam-senyum sendiri?" Ditsya menyerngitkan keningnya, pasalnya ada yang salah dari Siyam kali ini. Seperti orang gila, maybe. Senyam-senyum gak jelas.
"Kak Anggara ganteng banget deh... Tadi gue dibopong sama dia... OMG gue hampir mati rasanya, jantung gue deg-degan gak karuan" Siyam cekikikan.
"What!!! Sadar yam... Lo punya Dava... Gue bilang Dava baru lo tau rasa!"
"Ih... Gue cubit juga jantung lo!" Siyam emosi.
"Dih! Serem anjir..."
"Pelan-pelan bawanya... Napa dah lu lari-lari kek orang kesetanan" Silva yang tiba-tiba masuk keruangan dimana Ditsya dirawat, harus mengomeli Dinda yang lari-lari seperti anak kecil.
"Lo tu setannya!"
Dinda menaruh beberapa bingkisan yang ---ah, pasti Ditsya langsung melahap habis semua buah itu.
"Dih... Pipi lo bonyok gitu yam" Dinda terkekeh. Dasar sahabat lucknut.
"Seneng banget dah liat pipi gue bonyok!" Siyam bersingut kesal.
"Ditsya... Lo gak kenapa-kenapa tapi kan?" Silva bertanya.
Ditsya hanya tersenyum kikuk, kepalanya memang rada-rada pening. Tetapi ia masih bisa menahannya.
"Lah... Gak kenapa-kenapa pale lu... Lo ga liat! Noh! Pake selang infus, terus idungnya juga diselang!" Siyam berseru.
"Aduh... Gue kan cuma basa-basi aja" Silva terkekeh."Gws ya sweetyy" Dinda memeluk tubuh ringkih Ditsya.
Entahlah, dibalik semua kerapuhan, Tuhan selalu memberinya kekuatan.
^°°^
"Gue kasi tau sama lo, mending lo jangan macem-macem deh main batalin pertandingan ini" ujar Tomjay yang duduk dihadapan Darren.Darren menatap wajah Tomjay, yang penuh keseriusan itu.
"Gue bener-bener ga bisa,Tom. Lo ngerti gak sih!. Gue cabut dulu." Darren pergi selangkah menuju sebuah parkiran kafenya.
"Lo itu kenapa? Udah mulai suka lo sama Ditsya?. Ren! Gue, sama sekali ga ngerti ya. Lo sendirikan yang bilang, kalo Ditsya itu... " ujar Tomjay tak meneruskan kata-katanya.
"Ditsya itu apa!?" Darren membalikkan badannya tepat dihadapan Tomjay.
"Ren! Tom!. Udah lah! Kalian ini malah memperkeruh suasana. Intinya, kita tu harus fokus untuk ngelawan Gengster SMA Titanic. Bukan malah ribut begini" ujar Dava yang menengahi mereka berdua.
"Gua paling ga suka sama orang yang ikut campur sama urusan hati gua!" Lugas Darren menatap tajam Tomjay.
Tomjay membalas hal tersebut dengan sebuah tawaan yang terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
05 OKTOBER [TAMAT] ✅
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] PART MASIH LENGKAP Berawal dari dendam masa lalu ayahnya, Ditsya terjebak dalam sebuah kesalahpahaman. Namun, karena terselut oleh amarah Letnan Kolonel Ramadhan Erliansyah kini mulai membenci gadis itu. Rama sang pen...