Part 12 : [ Surprise Liontin]

1.2K 93 0
                                    

Menunggu adalah pekerjaan paling melelahkan, harus memiliki hati sehebat batman jika kau ingin melakukan pekerjaan ini.

Vote ya😕 biar nambah semingit...

Happy Reading ❤

^°^

Ditsya ternganga entah harus menjawab apa. Yang ada dipikirannya sekarang adalah mengambil kalung miliknya di caffe itu.

"Gue mau ngambil---"

Belum sempat berbicara lebih lanjut Ditsya ternganga dengan benda yang ditangan Darren.

"Dar, itu kan-,"

"Itu kalung gue" Ditsya tersenyum tampak bahagia, terlihat jelas air mata bahagia ia tunjukan saat ini.

Darren memakaikan kalung tersebut ke leher Ditsya, dan Ditsya menatap Darren lekat sambil tak menghentikan senyum yang ada di wajahnya.

"Lo pasti bingung. Dari mana gue dapet kalung ini" ujar Darren kembali duduk di kursinya yang semula.

"Kok, kalung gue bisa ada di lo sih?" Ditsya berbicara sambil mengingat apa yang mbak Siti katakan. Bahwa yang membawa kalungnya adalah sang pemilik caffe.

"Tunggu--- tunggu"

"Lo pemilik caffe Robiston itu? Tanya Ditsya sambil menyerngitkan alisnya sebelah.

Darren hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda ia benar.

Gadis itu tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Membuat ia tak bisa berbuat apa-apa dan semakin salah tingkah. Bagaimana bisa? Jika Darren adalah sang pemilik caffe tersebut.

"Sebenernya itu caffe bokap gue. Gue yang mimpin jalannya kegiatan disana." ujar Darren bercerita.

Ditsya tak berhenti melengkungkan senyuman di wajahnya. "Uwew"

"O, ya Dit. Sebenernya gue ngajak lo kesini, bukan cuma ngasih kalung punya lo." Darren menggenggam tangan Ditsya.

"Terus?" tanya Ditsya heran.

Darren terdiam masih menatap lekat kedua manik mata gadis itu.

Hening.

"Dar?" tegur Ditsya menepuk pelan punggung tangan pria yang ada dihadapannya ini.

"Hmm gapapa"

"Ck" Ditsya berdecih kesal.

"Lo kalo butuh sesuatu ataupun bantuan lo bisa cerita ke gue Dit, seenggaknya gue bisa berkenan untuk bantu" Darren tampak gugup berkata seperti itu.

Tidak! Akan terlalu cepat jika dirinya menyatakan perasaannya sekarang. Ia bahkan sudah belajar mati-matian untuk mengungkapkan perasaannya walaupun hanya didepan cermin. Tetapi, nyalinya bahkan nihil ketika berhadapan langsung dengan gadis itu.

Ditsya hanya mengangguk sembari tersenyum.

Astaga, senyuman manis itu membuat hati pria itu meleleh.

"Dit.." ujar Darren dengan nada pelan, nyaris tak terdengar.

Gadis itu hanya berdehem dengan sikap aneh Darren. "Hmm??"

Darren terdiam, tak melanjutkan pembicaraannya.

"Lo mau ngomong apa sih?" Bahkan dengan asyiknya gadis itu sudah menghabiskan 2 steak daging yang ada dihadapannya.

"Hmm... Gapapa"

Ditsya hanya menghembuskan napas kesal untuk kedua kalinya.

"Dit... " Benar saja, tangan Darren serasa bergetar sendiri menyebut nama gadis itu.

05 OKTOBER [TAMAT]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang