Part 48 : [Sampai hati]

912 87 11
                                    

Luka ini, sangat membekas dilubuk hati yang paling mendalam.

💔

Sebelum Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum Reading... Udah vote belum? Kalo belum vote dulu ya hehehe....

Siap spam komen kan?

Yukkk serbuu

Happy Reading...

Pria itu lalu beranjak pergi. Ditsya, gadis itu hanya menatap nanar kearah pria itu. Sakit hati ini benar-benar menyiksa dadanya.

Ditsya masih mematung ditempatnya. Mau sampai kapan dirinya harus seperti ini? Ditsya akan mencoba menjelaskan kepada pria itu. Walaupun --- mungkin Rama tak akan mempercayainya.

Tentang ciuman itu. Obat yang ia minum. Dan mengapa ia bersama Darren dihotel, Rama harus mengetahuinya.

"Aku harap Rama kali ini dengerin aku" Ditsya terus berharap. Hanya dengan mengingat pria itu, membuat Ditsya menangis lagi. Karena perlakuan kasar Rama tak bisa dibenarkan.

Ditsya mencoba untuk berlapang dada. Bodoh memang, tapi Ditsya harus menjelaskan kebenarannya.

Tak peduli pria itu akan percaya atau tidak. Yang terpenting, ia mengatakan semuanya.

Tekad gadis itu sudah bulat. Ia akan memanggil Rama dan menjelaskan semuanya.

"Rama!" teriak Ditsya saat Rama mulai menyebrang di jalanan, banyak sekali mobil yang berlalu lalang.

Jalanan begitu ramai saat ini, membuat pria itu menengok kearah Ditsya yang memanggilnya. Entahlah---suara itu, yang sangat ia rindukan.

Oliv kini berdiri tepat disamping gadis itu. Balita itu hanya memandang Rama sekilas. Rasa takut kini menyelimuti dirinya. Kenapa kakaknya satu ini memanggil pria itu lagi?

"Ram..." Ditsya menatap sendu ke air muka Rama yang menatapnya setajam elang.

"Satu kali aja... Tolong dengerin penjelasan aku..." lirihnya, dengan nada seserak mungkin. Sembari menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes.

Obsidian manik matanya tak henti-hentinya menatap pualam sekelam elang pria itu. Mereka menyelami netra bening masing-masing.

Rama--- hanya menghela napas berat. Lalu, melirik arlojinya.

"3 detik" datar pria itu.

Ditsya hanya kalang kabut. 3 detik? Untuk menjelaskan semuanya?

"Ram... Aku--"

"Satu"

"Semua yang kamu---"

"Dua"

"Ram, tolong dengerin aku dulu" gadis itu mulai menangis frustasi. Air matanya mengalir begitu deras. Napasnya mulai menggebu-gebu.

05 OKTOBER [TAMAT]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang