Semoga saat aku telah membuka mata --- Tuhan mau memberiku sebuah kebahagiaan.
~Alditsya Dinata~
Happy Reading
"Bagaimana kondisi Ditsya?" Bu Diana selaku wali kelas 12 IPS 1, SMA Arjuna menjenguk gadis itu. Sudah hampir tiga minggu, Ditsya tak kunjung sadar.
Yang ditanya hanya menggeleng, tatapannya benar-benar penuh kerapuhan. Bohong, jika ia baik-baik saja saat ini. Alisha hanya tersenyum samar. "Belum baikan bu" pelannya, hampir saja tak terdengar.
Berita tentang kehamilan gadis itu--- memang belum menyebar. Namun, tak akan lama lagi itu pasti akan terbongkar.
"Yang kuat ya bu... Saya tau, ini sangat sulit buat ibu..." tatapan legam guru berhijab itu begitu mengintimidasi Alisha yang sedari tadi masih terduduk disamping putrinya.
Alisha hanya mengangguk pelan. Tatapannya terus kebawah tak berani menatap kenyataan pahit ini."Tentang tanda tangan kontrak Olimpiade itu... Ditsya masih terikat kontrak beasiswa kuliah di Turki, Ibu tenang aja, anak-anak bulan depan sudah ujian kelulusan... Ditsya --- diberi toleransi untuk masih sekolah." Diana tersenyum hangat, bagaimanapun ia harus menjelaskan tentang ini kepada Alisha, tak ingin Bu Diana itu menyinggung tentang kehamilan Ditsya. Karena mungkin akan menyakiti hati wanita itu.
"Jadi... Ibu tau kalo anak saya hamil?" iris mata sepekat awan hitam Alisha beralih ke bu Diana. Air matanya tiba-tiba tumpah tanpa terisak.
Bu Diana hanya mengangguk pelan, sembari memegang bahu wanita itu, memberi puing-puing kekuatannya disana. Lantas, guru berhijab itu tersenyum getir. "Saya turut sedih mendengar kabar ini" air muka bu Diana benar-benar menatapnya sendu.
Serasa pasokan oksigennya hampir habis, Alisha menghirup udara dalam-dalam. Lalu, menghembuskan perlahan-lahan.
"Maaf... Saya harus pergi, ada jadwal bimbel di sekolah abis ini, saya permisi ya Bu" Diana berpamit pergi, lalu mengelus pelan bahu wanita itu. Sampai-sampai, hati wanita itu sedikit membaik.
Kreekk
Tak lama setelah kepergian Bu Diana, Ridzwan datang dengan beberapa perawat lainnya.
"Maaf Tante... Bisa keluar sebentar? Saya akan memeriksa kondisi pasien" ucap Ridzwan sopan. Dan Alisha hanya mengangguk mengiyakan. Mungkin dirinya akan membeli makan sebentar, terlebih perutnya benar-benar kosong kelaparan.
Ridzwan memeriksa tekanan jantung Ditsya --- hal yang pertama kali yang ia lihat dari gadis itu adalah cantik.
Gadis itu terlihat sangat cantik ketika sedang tertidur. Entah mengapa --- debaran jantung pria itu berpacu lebih cepat hanya dengan melihat gadis itu lekat-lekat.
Lantas pria itu tersenyum samar.
"Kamu udah dapet pendonor jantungnya... Aku harap setelah kamu buka mata nanti--- kamu akan bahagia bersama Rama. Rama pasti seneng banget denger kabar ini" Ridzwan tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
05 OKTOBER [TAMAT] ✅
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] PART MASIH LENGKAP Berawal dari dendam masa lalu ayahnya, Ditsya terjebak dalam sebuah kesalahpahaman. Namun, karena terselut oleh amarah Letnan Kolonel Ramadhan Erliansyah kini mulai membenci gadis itu. Rama sang pen...