Part 14 : [Biar Hujan menjadi Saksi]

1.2K 92 0
                                    

Happy Reading...

H

anya rautan wajah sedih dan kalut yang nampak dari iris mata gadis bersurai legam itu.

Matanya kalut mengobsidasi pria yang ada dihadapannya itu. "E-ntah" jawabnya kaku.

"Dit---" Rama memanggil pelan dengan nada suaranya yang tegas. Efek otoriter yang ia bawa.

"Hm?"

"Apa berhak, kalo gue cemberu ke lo? "

----
"Lo bener bener ga kenapa napa kan?" Rama mulai memberanikan diri untuk mengelus puncak kepala Ditsya.

Sesegera mungkin Ditsya menepis tangan tersebut, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, matanya menatap mata Rama yang penuh kekhawatiran itu. Tatapannya semakin dalam sehingga memabukkan lamunan antara keduanya.

Obsidian tajam milik Rama mengeaskan bahwa 'kau akan baik-baik saja disini denganku'

"Lo ngapain sih liatin gue terus?" gadis itu berdecak sebal.

Rama terdiam.

Hening menyapa keduanya.

"RAM!"

"Ih... Tau lah... Gue mau tidur!"

Iris mata rama tetap melekat pada pandangan gadis itu yang sedang tidur.

Rambutnya yang berantakan, bibirnya yang mulai basah akibat peluh, dan demi apapun gadis itu terlihat sangat cantik dimatanya.

Bahkan sedetikpun ia tak mengalihkan pandangannya kearah gadis itu.

Keringat membasahi kepala  yang menetes tepat di area bibirnya, membuat kesan manis.

Rama hanya tersenyum renyah, sambil menarik napas dalam-dalam.

"Cantik"

Satu kata itu sukses membuat gadis itu terbayang kepayang. 
"Gue?" Ditsya membalikkan badan.

"Bukan"

"Lah terus...???" gadis itu todak percaya. Baru saja ia terbayang kepayang... Eh, malah dijatuhkan lagi.

"Boneka barbie nya cantik. Geer banget dah!" Rama terkekeh.

Gadis itu sebal hingga mencubit perut Rama yang literally six pack itu.
"Lo apa apaan sih! "

Pria itu hanya tertawa, tawaanmya hampir terpingkal-pingkal melihat ekspresi gadis itu, yang semula pipinya blush merah-merah, sekarang malah kusut. "Yaudah gih tidur" titah Rama.
Ditsya mencengkram erat pergelangan tangan Rama.

"Jangan tinggalin gue" lirihnya.

Entah mengapa, mendengar itu... Hatinya merasa terenyuh. Ada sedikit sesak yang tak bisa dijelaskan. Pandangan Rama tetap menuju arah gadis itu terbaring dikasur. 'Aku gak akan ninggalin kamu lagi untuk kedua kalinya' batinnya berteriak.

"Gak akan" bisiknya tepat ditelinga gadis itu.

"Janji ya?" Ditsya mengajukan jari kelingkingnya.

Rama membalas 'itu'.

"Awas ya... Kalo lo bohong, tamiya lo gue rusakin!" arah pembicaraan gadis itu mungkin masih mengarah pada hari ini bukan yang lainnya. Agar, Rama tetap menemaninya disini hingga pagi.

Seakan janji itu adalah janji yang seharusnya ia tepati hingga nanti. Pria bersurai legam itu masih menatap lekat Ditsya kalut. Bagaimana jika ia akan meninggalkan gadis itu?

05 OKTOBER [TAMAT]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang