~Kini, aku telah kehilanganmu~
.
.
.Aku gak naif dengan bilang gak butuh vote dan komen, semua author butuh itu, sebagai penyemangat dan penanda ceritanya selalu dinantikan.
So, sebelum Reading udah vote dan setelah reading udah komen kan?
Happy Reading...
Ditengah malam gulita, gadis itu diam-diam berdoa. Mengelukan nama Tuhan untuk memohon ampun. Setulus mungkin. Bercerita tentang keluh kisah cintanya. Tentang semua kenangan indah yang pernah ia ukir bersama pria itu yang tak lagi menggurat kisah, tentang janji yang pernah mereka bangun untuk saling mencintai sampai menutup mata.
Namun...
Alasan tentang kisah cinta senja dan fajar menjadi penghalang. Betapa gadis itu sangat merindukan pria itu.
Bagaimanapun kenyataan ini tidak bisa untuk Ditsya telan mentah-mentah. Akankah ia sanggup? Melewati hari-harinya tanpa sosok pria itu? Bersama dengan --- janin yang dikandungnya sekarang.
Mungkin... Takdir mempunyai alasan, betapa hebatnya dan tangguhnya janin ini masih tetap hidup didalam perutnya bahkan --- setelah kecelakaan itu.
Memutar tubuhnya, Ditsya membuka laci nakas. Mengambil sebuah kado yang pernah pria itu beri beberapa hari lalu. Pada saat ulang tahunnya.
Tatapannya tertuju pada sebuah handycam --- gadis itu mulai memutar rekaman yang ada di memori handycam itu. Dia memerhatikannya lamat-lamat.
Ketika ia masih terbaring lemah diatas bangsal dan belum sadarkan diri.
".... Ditsya maafin aku"
Sepenggal kalimat itu, membuat hatinya kembali berdenyut nyeri. Setelah sekian lama dirinya memohon maaf kepada pria itu namun Rama sendiri yang meminta maaf padanya.
Meskipun ia masih terbaring menutup matanya.
"Apa masih pantes aku minta maaf sama kamu? Setelah sekian banyak luka yang aku torehkan?"
Tanpa sadar, air matanya kembali mengalir deras. Mengamati setiap pahatan wajah Rama, yang selama ini ia rindukan, rasanya benar-benar sesak.
Mengapa? Mengapa pria itu harus pergi?
"Hujan dari matamu tak lagi kasat mata... Hidup memang penuh kejutan dan tanda tanya, tidak bisa ditebak akan berada di garis mana"
"Meski kamu sudah menyusun seribu rencana"
Ditsya menghentikan rekaman itu. Isakkannya kembali kentara kala pria itu menitihkan air mata, mencium keningnya dengan penuh ketulusan.
Ditsya memejamkan matanya sejenak, berharap rasa sesak ini berangsur reda. Lalu, ia putar kembali rekaman itu. Melihat seluruh puisi yang pria itu buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
05 OKTOBER [TAMAT] ✅
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] PART MASIH LENGKAP Berawal dari dendam masa lalu ayahnya, Ditsya terjebak dalam sebuah kesalahpahaman. Namun, karena terselut oleh amarah Letnan Kolonel Ramadhan Erliansyah kini mulai membenci gadis itu. Rama sang pen...