Part 30: [Definisi Sahabat Penghianat]

1.1K 83 4
                                    

Happy Reading....

Huhuhu udah 23 k

Wait... Wait... Wait...

Jika sahabat adalah penghianat, lalu apakah semua penghianat berwujud sahabat?


"Seandainya lo tau, ada cinta yang lebih besar dari lo. Tapi dia belum bisa memperjuangkannya." Tatapan Ditsya menoleh kearah bus. Dilihatnya Dinda dari arah jendela.

"Semoga dia bisa memperjuangkan cinta yang ada itu"

^°°^

Dentuman musik DJ menggema di basecamp anak Kingston. Mereka sering berkumpul lalu menyalakan musik sebagai penenang. Ditemani secangkir bandrex, kopi, dan susu wedang jahe yang sudah menjadi rutinitasnya.

"Kusut amat muke lo Ren!" Tristan melempar pandangan mengejek kepada Darren.

Dava ikut-ikutan menimbrung menanggapi pernyataan Tristan. "Mungkin mukenye belum digosok"

Tristan menanggapi itu dengan tertawa.

Darren masih memasang wajah tak bersahabatnya. Kedua temannya itu sama sekali tidak mengerti apa yang ia rasakan. "Pusing pala berbie.. Pala berbie... Pala berbie... Ouh.. Ouh.. Ouh..." Dava joget-joget tak jelas, melihat Darren seperti itu, membuatnya pusing juga.

"Gila!" decih pria itu. Rahangnya mengeras. Entah apa yang membuatnya merasa sekehilangan ini.

Ah... Kehilangan?

Tentu, Ditsya tidak ada disini.

"Kangen doi tuh biasanya" Si Ojun, pria pendiem di anak Kingston pun ikut menimbrung percakapan ketiganya.

Darren memicingkan matanya kearah sumber suara. "Sok tau juga lo jun, jun!"

"Sorry ya, gue tu gak jomblo. Jadi gue paham. Lah lu jomblo mana paham yang beginian" celanya mengingat Darren masih saja jomblo.

"Soryy... Jomblo jomblo gini, ciwi-ciwi pada antre" Darren melebarkan senyumannya.

Senyuman yang mungkin saja jika kaum hawa melihatnya akan menjadi candunya.

Darren pria tampan, ketua geng Kingston. Yang memiliki jiwa pemimpin yang tinggi. Bertubuh atletis, berahang kokoh dengan tatapan mata yang setajam elang. Siapa yang tidak menginginkannya?
"Lah... Elu malah gak diterima-terima ama Ditsya. Fix lo bukan idola"

Mendengar nama gadis itu diucap oleh Dava membuatnya sedikit terenyuh.

Rindu rasanya.

Padahal belum ada satu hari penuh jauh dari dirinya. Entahlah, mengingat gadis itu membuat moodnya kembali naik.

"Fix dia bukan cewe gampangan" Darren membalasnya sarkas, terdengar seperti sebuah pembelaan untuknya.

"Dinda mau lo kemanain Ren!" tegas Tristan, membuat harapan pada pria itu seketika musnah.

Ada Dinda juga dalam masalah hatinya, mengingat kejadian sewaktu ia menyalahkan gadis itu, membuatnya sedikit menyesal dan----

Bersalah.

"Satu atau dua pilih Ditsya atau Dinda yang engkau suka" Dava bernyanyi tak jelas, ke absurdannya menjadi-jadi.

"Ya pilih Ditsya lah" Tristan mewakili jawaban Darren yang mukanya sekusut baju belum digosok.

"Tapi Ren... Dinda juga gak kalah cantik sih sama Ditsya, malah menurut gue lebih cantik. Lah ini, elu malah mencampakkannya." Tristan menuturkan pendapatnya kepada sahabatnya satu itu.

05 OKTOBER [TAMAT]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang