Happy Reading...
Maaf, hati gue gak selapang itu!
~Adinda Andelova~^°°^
Ditsya tampak berpikir keras sambil mengocok-ocok isi dari paket tersebut. Apa isi paket tersebut dan siapa yang mengirimkannya.
Perlahan, ia membuka pelan isi paket itu. Terdapat, sebuah kotak lagi didalamnya.
Ditsya pun membukanya lagi.
"ARGHHH!!!!" jerit Ditsya melempar sebuah kotak tersebut.
Yang benar saja, seekor tikus mati dibungkus rapi dan dikirim ke gadis itu.
Aneh!
Siapa yang mengiriminya?
Darren menghalau tikus tersebut kearah luar. Mencoba menenangkan Ditsya yang dari tadi masih ketakutan. Ada sebuah surat dari pengirim paket tersebut.
Hidup lo bakalan kaya tikus ini, liat aja tanggal mainnya :))
~A
Tulisan berwarna merah tersebut sukses membuat degup jantung gadis itu memompa lebih cepat.
Kedua manik mata gadis itu melirik pria yang ada disampingnya. Darren juga masih syok dengan teror seperti ini.
Ditangkuplah kedua pipi tirus gadis itu, matanya sayu pandangannya kosong. Demi apapun, siapapun yang melakukan ini tak akan ia ampuni.
^°°^
Disudut teras, beberapa kali Dinda menelpon seseorang yang ia tunggu hampir setengah jam.Keluarga Andelova sedang menunggu jenuh diruang makan. Acara makan malam ini kacau dengan ketidakhadiran Darren disini.
Dbruk!
Darren membuang kotak yang berisi tikus itu tepat dihadapan Dinda. Dengan spontan gadis bersurai pirang itu memekik histeris.
"Arggghhh!!!.... Gila lo ya!" Dinda panik sendiri menatap tajam Darren.
Tatapan mata elang Darren seolah menghunus gadis yang ada dihadapannya itu. "Lo apa gue yang gila?!" tatapan tajam itu menuntut gadis yang ada dihadapannya untuk mengakui perbuatannya.
"LO!" Dinda menunjuk-nunjuk bahu Darren dengan tatapan tajamnya.
Darren memejamkan matanya, menghirup udara dalam-dalam. Lalu mencengkram kuat pipi gadis itu. "Ngaku! Daripada gue main tangan sama lo!" ucapannya itu mengintimidasi Dinda yang tak mengerti akan situasi seperti ini.
"Lo jelasin ke gue maksudnya apa?! Bangsat!" ujar Dinda geram.
Plak
"DINDA!" Pekik histeris Navila--ibu Dinda yang melihat aksi Darren menampar anaknya.
Satu tamparan mulus mendarat dipipi gadis itu. "Lo kenapa neror Ditsya pake tikus mati ini?! JAWAB GUE"
Navila dan juga suaminya syok mendengar penuturan Darren. Dirinya tak menyangka anaknya akan melakukan hal keji seperti itu. Ini sudah termasuk tindakan kriminal.
Dinda membulatkan bola matanya lebar-lebar. Mulutnya terbuka sempurna. Dirinya pun cukup syok dengan penuturan Darren.
"Apa-apaan kamu Darren?! Berani sekali kamu menampar calon tunangan kamu!" Roy--Ayah Dinda angkat bicara.
"Calon tunangan? Maaf dengan segala hormat untuk tuan saya menolak perjodohan ini! Bagaimana mungkin saya akan bertunangan dengan seorang peneror keji seperti anak anda ini!" Darren melirik Dinda tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
05 OKTOBER [TAMAT] ✅
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] PART MASIH LENGKAP Berawal dari dendam masa lalu ayahnya, Ditsya terjebak dalam sebuah kesalahpahaman. Namun, karena terselut oleh amarah Letnan Kolonel Ramadhan Erliansyah kini mulai membenci gadis itu. Rama sang pen...