Hear, I will tell you everything
.
.
.Happy Reading ❤
"APA!"
"Mel, lo serius?!" seperti dihantam jutaan belati mendengar kenyataan pahit yang Amel alami. Ditsya tak sanggup melihat sahabatnya seperti ini.
"Mel lo harus minta pertanggung jawaban Ronald, Mel!" kelakarnya sudah untuk beberapa kali.
Amel masih terdiam, hanya air mata yang mampu menjelaskan perasaannya untuk saat ini. "Percuma Dit, gue gak akan ngemis untuk kesekian kali. Ini kesalahan gue sendiri, tapi... Anak ini bukan sebuah kesalahan" Amel mencoba untuk tegar, meski hatinya tak mampu.
Mengusap perut Amel yang hampir sudah tiga bulan berisi janin, Ditsya langsung memeluk ketidakberdayaan gadis yang ada dihadapannya ini.
"Gue akan pergi... Menjauh... Itu lebih baik" Amel tersenyum getir.
Ditsya mengusap surai coklat Amel. Manik hazel Amel terekspresi menggambarkan kesedihan yang amat mendalam. "Lo mau kemana, Mel?"
Amel menghirup udara dalam-dalam. "Gue mungkin akan ikut Mama... Ke Turki"
Mungkin itu lebih baik, lebih baik menjauh pergi dari kenangan yang buruk ini.
^°°^
Paginya, setelah kemarin menjalani proses pemakaman papa Rama. Pria itu masih terlelap tidur dalam tangisnya.
Wajah pria itu, menggambarkan kesedihan yang amat dalam. Senyum pria itu, yang ia berikan untuk Ditsya hanya sebuah topeng.
Ditsya duduk disisi ranjang kamar Rama, gadis itu masih meminap di rumah pria itu sampai liburan telah usai. Ditsya ingin menikmati setiap detik kebersamaanya bersama Rama. Entah mengapa — gadis itu takut. Takut jika lagi Rama tak ada disisinya. Ditsya takut kehilangan. Mungkin itu hanya perasaannya saja.
"Ram... Bangun yuk... Udah subuh"
Ditsya menggoyang-goyangkan lengan pria itu, sejak kemarin pria itu seperti puasa berbicara.
Rama terusik dari tidur lelapnya, dilihatnya manik mata hazel yang menatap sekelam malam itu, menenangkan. "Males ah..."
Mendapat jawaban tak enak, gadis itu menelan kekesalannya. "Ram... Udah subuh, kamu gak subuhan? Ayo bangun sayang" Ditsya mengambil lengan pria itu, dia goyang-goyang sampai pria itu terusik.
"Cium dulu baru bangun" finalnya, masih memejamkan kedua matanya.
Ditsya melotot kaget. Langsung melangkahkan kakinya turun dari ranjang, bersama dengan pria itu membuat kesehatan jantungnya tidak baik. "Ram... Ram... Kamu tuh dibangunin aja susah... Gimana mau bangun rumah tangga..."
KAMU SEDANG MEMBACA
05 OKTOBER [TAMAT] ✅
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] PART MASIH LENGKAP Berawal dari dendam masa lalu ayahnya, Ditsya terjebak dalam sebuah kesalahpahaman. Namun, karena terselut oleh amarah Letnan Kolonel Ramadhan Erliansyah kini mulai membenci gadis itu. Rama sang pen...