ZAHRA melepaskan napas lega. Akhirnya tugas individunya telah selesai. Tinggal tugas berpasangan dengan Nani saja.
"Nani, kita mau kerjain kapan tugasnya?" tanya Zahra kepada Nani sambil membereskan barang-barangnya lalu memasukannya dalam tas gendongnya.
Gadis berhijab yang duduk di kursi sebelah Zahra pun menoleh.
"Gimana kalo hari ini aja?" tawar Nani. Zahra berpikir sejenak.
"Ayolah, Zahra. Sekalian juga. Aku mau ajak kamu ke kafe. Udah lama kan kita gak makan bareng. Lagian masih belum terlalu sore. Orang tua kamu gak akan keberatan," ucap Nani
Suamiku, Nani, bisik Zahra dalam hati.
Zahra membuka layar ponselnya lalu mengetikan beberapa kalimat di aplikasi chat untuk Alif.
Zahra
Assalamu'alaikum, Mas.
Maaf Zahra ganggu.
Zahra mau izin ngerjain
tugas sama Nani di kafe.
Boleh gak?Setelah itu, Zahra mengunci layar ponsel.
"Ayo, Za!" ajak Nani sambil berdiri.
"Ke mana?" tanya Zahra
"Kita kan mau ngerjain tugas di kafe, Za."
"Tapi, aku—" ucap Zahra terpotong karena Nani lebih dulu menarik tangan Zahra keluar kelas.
"Nani, aku mau izin dulu." ucap Zahra.
"Udah deh. Orang tua kamu pasti gak akan ngelarang, Za."
Akhirnya Zahra pasrah. Semoga saja Alif percaya. Semoga Alif bisa paham bahwa ia hanya mengerjakan tugas kampus dengan sahabat perempuannya.
🌼
Zahra duduk bersama Nani di sebuah bangku. Ya, Zahra dan Nani telah sampai di sebuah kafe yang mengusung tema vintage. Sangat nyaman. Barangkali karena Zahra menyukai konsep tempat semacam ini.
"Za, kamu disini dulu, ya. Aku kebelet nih. Kamu pesenin makanan yang biasa aku pesen, ya." Nani langsung melenggang pergi menuju toilet.
Zahra masih betah duduk. Suasananya nyaman. Zahra merogoh ponsel dari tasnya lalu menelepon kontak dengan nama 'Suamiku💕'. Telpon tidak aktif. Ada apa? Tumben ponsel Alif tidak aktif.
Zahra menggelengkan kepala. Mungkin saja suaminya sedang sibuk kerja dan lupa dengan ponselnya.
Zahra menoleh ke sebelah kiri saat suara yang familiar terdengar riang. Mata Zahra menyipit melihat dua orang yang tertawa riang dari kejuhan.
Deg!
Untuk sesaat, Zahra tidak bisa bernapas. Rasanya sesak menghimpit dada. Ada apa ini? Zahra menyipitkan mata. Ia tidak salah lihat! Matanya tidak rabun.
Zahra menyambar tasnya dengan air mata berlinang. Ia ingin pulang sekarang juga. Ia ingin menangis dan berteriak untuk beberapa saat. Zahra keluar kafe lalu memberhentikan sebuah taxi yang lewat.
Di dalam taxi, tak henti-hentinya Zahra beristigfar. Zahra berdzikir sambil terus menangis. Kenapa kekecewaan seperti ini datang?
Zahra memberi tahu sopir taxi alamat rumahnya. Setelah beberapa menit berkendara di jalanan yang lengang, akhirnya Zahra sampai di rumahnya.
Setelah membayar ongkos, Zahra langsung masuk ke rumah. Ia tidak sanggup jika harus seperti ini.
Sudah beberapa kali Nani menelpon, tapi Zahra tolak. Ia sedang tidak ingin bertelponan. Ia ingin sendiri saat ini.
Zahra menangis di kamar yang terkunci. Zahra ingin marah. Tapi pada siapa?
Zahra kecewa! Jujur, ia lemah! Zahra menangis dalam diam. Ia duduk di atas kasur dengan lutut menopang kepalanya.
🌼
Alif memasuki rumah setelah jam menunjukan pukul 20:34. Pasti Zahra bertanya kenapa Alif pulang selarut ini.
Setelah mengantar Azira pulang, Alif kembali ke kantor. Ia tidak betah di rumah dengan rasa keraguan dan penyesalan selalu menghantui dirinya.
"Assalamu'alaikum, Zahra." Sudah berulang kali Alif memberi salam, tapi tak ada jawaban dari Zahra. Ke mana gadis itu?
Alif berjalan menuju kamarnya. Pasti Zahra ada di kamar.
"Zahra?" panggil Alif sambil membuka pintu. Ternyata tidak dikunci. Alif memasuki kamar dan mendapati Zahra sedang melipat pakaian mereka di tepian kasur.
Tumben gak nyapa, bisik Alif dalam hati.
Sudah 2 bulan menikah, salah satu kebiasaan Zahra adalah menyapa Alif saat pulang dari kantor. Tapi sekarang? Bahkan mencium tangan dan menatap saja tidak.
Alif melepas dasi merahnya.
"Zahra, saya mau mandi dulu," ucap Alif. Seketika Zahra pergi meninggalkan kamar tanpa sepatah kata apa pun. Zahra pasti mengerti maksud Alif.
Setelah beberapa menit membersihkan diri, Alif keluar kamar dengan tubuh yang segar dan pakaian yang lebih casual.
"Zahra?" panggil Alif. Alif memasuki kamar sebelah.
Alif mendapati Zahra sedang duduk di tepian kasur sambil ... menangis? Alif duduk di sebelah Zahra.
"Ada apa?" tanya Alif. Zahra tampak meneteskan air mata.
"Siapa Azira?"
Deg!
🌼
Assalamu'alaikum
Lanjut next chapter😉
Makasih buat bintang dan komennya.Tania Ridabani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]
SpiritualHight Rank~ 1-#islam 1-#spiritual 1-#airmata 1-#allah 1-#cintasegitiga 1-#ikhlas Note: Part tidak lengkap. Empat belas chapter saya unpub termasuk 3 extra chapter. Di unpub bukan karena keperluan penerbitan, tapi karena tahap revisi. Selamat membaca...