Chapter 21🌼

23.6K 1K 12
                                    

        ZAHRA mematut wajahnya di cermin. Ia tidak terlalu buruk dengan sebuah kebaya muslimah, kerudung panjang, dan make up tipis.

Ini adalah hari yang mungkin menjadi hari terburuk bagi Zahra. Dada Zahra bahkan telah sesak saat ini.

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Zahra. Zahra meraih ponselnya lalu membuka pesan dari Nani.

Nani
Za, mau ikut ke
kondangan gak?
Sepupu aku nikah
lho. Masa jomblo kayak
aku berdiri sendirian
liat pengantin. Kan
aku jadi kepengin😀

Zahra sedikit tersenyum. Nani ada-ada saja.

Zahra
Tetep istiqomah
ya, Nani.
In syaa Allah, Allah
beri kamu lelaki
terbaik☺.
Aku gak bisa ikut.
Ada urusan. Maaf, ya

Nani
Ya udah deh
kalo gak bisa.
Tq buat doanya

Zahra menutup layar ponsel kala pintu kamarnya terbuka. Ternyata bunda.

"Masya Allah, menantu bunda cantik banget!" ucap bunda gemas. Zahra tersenyum pada bunda.

"Terima kasih, bunda" ucap Zahra

"Ya udah yu berangkat!"

"Mm, kalian duluan aja, ya. Za sakit per—" ucap Zahra terpotong bunda.

"Gak usah beralasan, Zahra. Bunda tau kok ini gak akan mudah buat kamu. Kamu nanti diantar Pak Ulo, ya. Bunda berangkat dulu. Nanti kamu nyusul, ya" ucap bunda sambil tersenyum prihatin. Bunda merentangkan tangannya lantas Zahra berhambur ke pelukan bunda.

"Yang kuat ya, sayang. Bunda tau kamu menantu bunda yang kuat. Allah gak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya" bunda dan Zahra mengurai pelukan.

Mata Zahra dan bunda berkaca-kaca. "Makasih ya, bunda." Zahra tersenyum sambil menatap bunda.

"Ya udah, bunda mau berangkat dulu, ya"

"Mas Alif?" Zahra khawatir Alif akan bertanya banyak pada bunda tentang ia yang tak ikut berangkat bersama ke gedung pernikahan.

Bunda tersenyum. "Tenang aja. Biar bunda yang yakini dia, ya"

Zahra mengangguk. Lagipula ia percaya ada bunda. Bunda akhirnya meninggalkan kamar setelah mengucapkan salam dan dibalas oleh Zahra.

Setelah pintu kamar tertutup, Zahra berjalan lunglai ke tepian kasur. Sungguh hatinya belum sepenuhnya ikhlas. Tapi apa mau dikata. Ia telah memutuskan dan Allah telah berkehendak.

Mata Zahra berkaca-kaca. Begitu sakit hatinya. Zahra selalu menguatkan hati, tapi tetap saja hatinya lemah. Zahra menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. Zahra berusaha untuk tenang.

"Zahra, ingat ada Allah bersamamu. Ingatlah agar selalu sabar" ucap Zahra menguatkan diri.

Zahra berjalan menuju balkon kamar. Mobil yang membawa Alif menuju gedung telah melaju keluar pekarangan rumah. Zahra tersenyum getir.

Zahra berjalan keluar kamar untuk ikut menyusul ke gedung.

🌼

Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang