Chapter 50🌼

25.5K 961 29
                                    

🌼بسم الله الر حمن الر حيم🌼

Happy Reading🌼
Vote»Read»Coment»Share

🌼

    AZIRA duduk di salah satu kursi di pojok kantin rumah sakit. Ia belum pesan apa-apa. Azira mungkin akan lebih lama di kantin karena ia ingin memberikan waktu bagi Alif dan Zahra walau hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Kamu egois, Azira!

Azira sungguh merasa sangat egois. Ia tidak ingin egois, tapi ia sangat sulit untuk melakukannya.

"Assalamu'alaikum"

Azira mendongak untuk melihat siapa yang datang. Tiba-tiba ia merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia sungguh gugup dan sedikit takut saat ini.

"Wa'alaikumussalam, bunda" sahut Azira sambil tersenyum kecil walau masih tidak bisa menghilangkan kegugupannya.

"Boleh bunda duduk disini, Zira?" nada suara Aryati begitu berbeda. Lebih lembut.

"Ahm, boleh, bun. Silahkan" ucap Azira cepat khas orang gugup. Aryati pun duduk di depan Azira.

"Kamu udah pesan sesuatu?" tanya Aryati yang ditanggapi gelengan oleh Azira. "Biar bunda pesenin, ya. Kamu mau pesen apa?"

"Ah ng, es teh manis aja" Aryati pun memesan dua es teh manis. Setelah memesan, Aryati kembali ke tempatnya duduk bersama Azira.

Azira masih saja gugup. Kegugupan itu tak mau hilang. Bahkan kegugupan itu semakin menjadi.

"Gak usah tegang kayak gitu. Kamu nggak lagi ngobrol sama singa, Zira" Azira langsung menengok ke arah Aryati yang terlihat baik-baik saja. Bahkan sikapnya lembut sekarang. Lalu apa yang harus Azira takutkan? Aryati tidak mengigitnya bukan? Ia tak perlu takut pada ibu mertuanya.

"Iya, bun"

Dua gelas es teh manis pun datang. Mereka mulai menyedot es teh mereka masing-masing. Suasana yang semula tegang pun sedikit demi sedikit mencair.

"Zira" panggil Aryati. Azira langsung mendongak.

"Iya, bun? Ada apa?" Azira masih sedikit tegang. Ia masih belum bisa beradaptasi dengan ini semua.

"Maafkan bunda, ya" lirih Aryati yang membuat Azira tak mengerti arti permintaan maaf ibu mertuanya itu.

"Untuk apa, bun? Perasaan Zira bunda gak pernah ngelakuin kesalahan sama Zira" ucap Azira begitu polos.

"Maaf karena bunda terlalu egois dengan nggak menerima takdir pernikahan kalian bertiga. Bunda hanya belum bisa terima saat itu. Bunda cuma belum bisa berdamai sama takdir kalian. Bunda menutup hati dengan semuanya hingga bunda terus menganggap pernikahan kalian dilalui dengan air mata. Padahal bunda pun gak pernah merasakan hubungan macam kalian."

Air mata Aryati menetes satu per satu. Setelah dari toilet ia langsung ke kantin untuk menyendiri. Ia sibuk memikirkan kesalahanya pada anak dan menantu-menantunya.

Azira sungguh merasa lega Aryati telah bersikap baik padanya. Ia merasa sangat bahagia hubunganya dengan Aryati telah membaik.

Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang