Chapter 34🌼

22.2K 970 35
                                    

     ZAHRA terus menelpon hingga berpuluh-puluh kali saking ia cemasnya. Akhirnya panggilan dari Zahra diangkat juga.

"Assalamu'alaikum, bu'de. Bu'de kenapa? Ada apa bu'de? Bu'de baik-baik aja kan?" berundung Zahra dengan nada cemas.

Suara kekehan di sebrang sana membuat Zahra mengernyit. Azira dan Alif ikut mengernyit bingung melihat ekspresi Zahra.

"Bu'de kenapa malah ketawa gitu?" ucap Zahra begitu terheran-heran.

[Wa'alaikumussalam, Zahraku. Maaf ya gara-gara Ridwan kamu jadi cemas. Sebenarnya yang nelpon kamu tadi tuh Ridwan. Katanya kepencet. Pas kamu neror dia dengan beberapa kali nelpon, dia malah kabur main bola]

Zahra menghembuskan napas lega. "Huh, iya nggak papa, bu'de. Za kirain bu'de kenapa-napa. Za khawatir tau. Za tutup dulu ya, bu'de. Za mau sarapan dulu"

[Iya, Za. Wassalamu'alaikum]

"Wa'alaikumussalam" Zahra menutup panggilan lalu meletakan ponselnya di atas meja.

"Gimana, Za?" tanya Alif penasaran.

"Cucunya bu'de yang nelpon. Gitu deh" ucap Zahra enteng.

"Huft, dikirain bu'de kenapa" Alif lega karena prasangka buruknya tidak terjadi.

"Bu'de itu siapa kamu Za?" kini Azira angkat bicara untuk bertanya hal yang sejak tadi ingin ia tanyakan.

"Beliau itu kakaknya bunda, Mbak. Beliau kayak ibu buat Za" ucap Zahra diakhiri sebuah senyuman. Mereka bertiga pun melanjutkan sarapan mereka.

"Mas hari ini ke kantor?" tanya Za setelah beberapa hening melanda.

"Nggak lah. Mungkin Senin depan saya baru masuk kerja lagi" ucap Alif santai.

"Terus gimana keadaan kantor saat Mas Alif gak masuk kantor?" kini Azira yang bertanya.

"Terkendali kok. Niko udah atur. In syaa Allah kantor terkendali walau mas gak masuk kantor" ucap Alif diakhiri senyuman. Begitu terlihat sekali aura Alif saat berbicara dengan Azira. Begitu ceria dan lembut.

"Mm, Za. Kenapa tadi kamu shalat tahajud sendiri? Padahal kita bisa ngerjain bareng. Untung aja tadi waktu shalat subuh kita berjama'ah" mulut Azira telah gatal untuk bertanya hal yang bergelayut di kepalanya.

"Iya, kenapa Za?" kini Alif juga mempertanyakan hal yang sama pada Zahra.

"Ah, mm, maaf. Za gak tau kalo kita bakalan shalat tahajud berjama'ah" Zahra jadi tidak enak.

"Gak tau?" Azira mengernyitkan dahi, merasa heran dengan ketidaktahuan Zahra.

"Iya. Selama ini Za kan shalat sendiri"

Deg!

Astagfirullah...

Dengan perkataan Zahra, Alif menjadi ingat jika ia tidak pernah mengajak Zahra shalat berjama'ah kecuali ke masjid. Mereka tidak pernah shalat berdua. Setiap kali Zahra mengajak Alif shalat bersama, Alif selalu memiliki banyak alasan.

Azira menatap Alif dengan tatapan intimidasi. Wajar saja jika Zahra shalat duluan. Entah kenapa Azira semakin penasaran sejauh mana Alif mencintai Zahra.

Hening mulai melanda. Canggung? Pasti. Ada keganjalan di hati mereka. Apalagi Zahra yang menurutnya dirinya salah bicara.

Ting!

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Alif. Alif segera meraih ponselnya lalu mengecek chat WhatsApp yang masuk.

Zahra dan Azira telah menyelesaikan makannya. Mereka mengangkat piring-piring kotor. Alif masih fokus dengan ponselnya.

Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang