Chapter 9🌼

23K 978 35
                                    

SEISI ruangan tampak terkejut kecuali Akbar. Tubuh mereka membeku. Terutama Alif dan Azira.

"Maksud ayah apa?" tanya Azira dengan air mata terus mengalir

"Ayah cuma pengin putri ayah satu-satunya menikah dengan lelaki yang tepat" lirih Akbar

"Tapi, Mas Alif udah punya istri, ayah"

Akbar terlihat terkejut sejenak lalu menatap Alif sekilas. Senyuman terbit di wajah senja Akbar.

"Lalu apa masalahnya?" tanya Akbar

"Gak mungkin kan kalo Azira jadi istri kedua, yah?" sambung Rima

"Memangnya Islam mengharamkan poligami, Zira?" ucap Akbar.

Alif benar-benar terkejut dengan perkataan Akbar. Apa ini?

"Ayah, Zira gak mungkin sanggup.." lirih Azira

"Sejak kapan putri ayah ini pesimis?"

"Ayah, Zir—"

"Nak, ayah yakin nak Alif bisa bersikap adil padamu dan istri pertamanya. Ayah yakin pada Alif, Zira"

Tangisan Azira pecah. Ia menyayangi ayahnya. Tapi, apa mungkin dengan jalan ini Azira mendapat jodoh?

"Ayah, jangan paksa Zira" jelas Rima

"Ayah cuma ingin menitipkan putri ayah pada sosok lelaki yang bertaggung jawab seperti Alif." sahut Akbar

"Tapi, yah—" ucap Rima terpotong

"Zira setuju"

🌼

Rasa cemas menyelusup dalam hati Zahra. Kenapa hatinya begitu cemas. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Tapi, Alif tidak datang-datang.

"Ya Allah, lindungi Mas Alif dimana pun ia berada.." lirih Zahra.

Gadis itu duduk di tepi ranjang di kamar Alif. Zahra masih di rumah orang tua Alif karena hujan tidak menunjukan tanda-tanda akan reda. Hujan malah semakin deras, menambah kecemasan Zahra.

"Mas, kamu dimana sih?" Zahra bangkit dari duduknya lalu mencoba menelpon Alif. Tetap tidak aktif.

"Kemana Mas Alif pergi? Kenapa hatiku serasa tidak tenang? Apakah ada hal yang terjadi?" pertanyaan demi pertanyaan terus bermunculan di benak Zahra.

"Alif, kamu dari mana aja nak?"

Zahra langsung keluar kamar kala mendengar suara bunda seperti bicara pada Alif.

"Maaf, bun. Alif ada urusan dulu bentaran"

Mata Zahra berbinar kala melihat Alif. Syukurlah Alif tidak apa-apa.

Zahra langsung berjalan menghampiri Alif.

"Za, suamimu gak kena lecet sedikit pun lho. Jangan khawatir" ucap Alika—adik Alif— menggoda Zahra.

"Alika, kata bunda juga jangan panggil mbak mu dengan sebutan nama. Panggil Mbak Zahra" peringat bunda kepada gadis SMA itu

"Gak papa, bun. Umur kita juga gak terlalu jauh" ucap Zahra

"Alif mau bicara sesuatu sama Zahra. Boleh kan, bun?" kata Alif. Spontan, Alika dan bunda saling pandang.

"Ya boleh lah. Za kan istri kamu, Lif. Masa gak boleh ngobrol sama suaminya sih" ucap bunda

"Iya, mas suka ngaco deh" tambah Alika dengan cengengesan

"Za, ayo" ajak Alif yang diangguki Zahra

"Ciee, mau bulan madu kedua" ucap Alika jail.

Zahra dan Alif berjalan beriringan seolah tidak memperdulikan ucapa Alika.

Dalam hati, Zahra bergumam. Boro-boro bulan madu kedua, pertama saja belum.

Zahra dan Alif masuk ke kamar. Alif mengunci kamar.

Alif melepaskan kaos kaki, sepatu, jas, dan dasinya. Menyisakan kemeja dan celana panjang di tubuh atletis milik Alif. Alif duduk di tepian kasur.

"Za, duduk sini" Alif menepuk tepian kasur sebelah kanannya.

Zahra mengangguk lalu duduk di sebelah kanan Alif.

"Za, saya mau bicara sama kamu" izin Alif

"Silahkan, mas" sahut Zahra

"Saya ingin menikah dengan Azira"

Deg!

🌼

Assalamu'alaikum

Masya Allah!!
Akbar setuju Alif nikah sama Azira walau Alif beristri😱. Tunggu konflik selanjutnya, ya😅.

FYI, Alif usianya 26 tahun, ya.

VOMENT🎉

Tania Ridabani.

Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang