Chapter 5🌼

26.8K 1.2K 5
                                    

HATI Azira hancur seketika. Apa maksud perkataan Alif padanya? Istri kedua? Siapa istri pertama?

"Ma-maksud bapak apa?" air mata Azira hampir luruh. Sebisa mungkin Azira tahan. Ia tidak mau menangis di depan Alif.

"Saya ingin menikahi kamu, Azira. Tapi, jujur kamu akan jadi istri kedua saya. Kamu mau menjadi istri saya?" lirih Alif

"Maaf, pak. Saya tidak bisa. Permisi. Assalamu'alaikum.." Azira bangkit dari duduknya lalu melenggang pergi tanpa menjawab tawaran Alif.

Tawaran yang gila menurut Azira. Azira tidak sekuat itu.

"Wa'alaikumsalam.." lirih Alif

🌼

Zahra memainkan pulpen sambil menatap kosong ke depan. Ia melamun. Zahra pusing memikirkan rumah tangganya. Istilah menurut orang Sunda masa kini adalah Awet Rajet.

"Zahra Maisya Limah" Zahra tersentak kaget ketika sebuah suara tinggi diirinhi gebrakan meja di hadapannya. Pulpen milik Zahra saja terpental saking kagetnya.

"Astagfirullah.." gumam Zahra sambil mengusap dadanya karena kaget.

"Zahra, kamu bisa gak fokus di pelajaran saya?!" ucap Pak Nurman yaitu dosen Zahra di kampus.

"Maaf pak, karena saya melamun. Sekali lagi maaf" Zahra menunduk malu. Seisi kelas tertawa

"Diam!" seketika kelas hening dengan suara Nurman yang tegas.

"Zahra, fokuslah. Sekali lagi tidak fokus, saya keluarkan kamu di jam pelajaran saya!" Nurman berjalan menuju papan tulis. "Mari kita lanjutkan pembelajarannya"

Zahra menghembuskan napas lega. Untunglah ia tidak dihukum.

🌼

Z

ahra menghempaskan tubuhnya di sofa. Hari ini cukup melelahkan. Belum lagi Zahra harus masak.

Zahra berjalan lunglai menuju kamar untuk membersihkan diri. Syukur ia telah solat ashar di masjid luar.

Setelah membersihkan diri dan memakai gamis dan juga hijab simple, Zahra keluar kamar untuk menyiapkan makam malam nanti.

Adzan maghrib berkumandang. Masakan Zahra sudah selesai.

Zahra meraih ponsel lalu menelpon Alif untuk menanyakan apakah Alif telah pulang dari kantor atau belum.

"Assalamu'alaikum, Mas Alif" ucap Zahra setelah panggilan tersambung

"Zahra cuma mau tanya. Mas Alif udah pulang dari kantor?"

"Kalo udah, Zahra tunggu Mas Alif buat solat maghrib berjama'ah."

"Ya udah kalo Mas Alif mau solat di luar. Zahra tunggu buat makan malam bareng"

"Wa'alaikumsalam"

Zahra menutup sambungan telpon. Perempuan itu berjalan membawa masakan-masakannya ke meja makan. Setelah beres, ia segera berjalan ke kamar mandi untuk wudhu dan segera melaksanakan solat maghrib.

Zahra memulai solatnya. Setelah beberapa menit, Zahra telah selesai solat. Gadis itu mencurahkan segala keluh kesahnya pada Allah. Tentang rumah tangganya dan hubungannya bersama ayahnya. Sungguh memilukan hidup Zahra. Gadis 21 tahun itu menangis di atas sajadah.

Serasa cukup lega, Zahra segera membereskan alat solatnya lalu meraih ponsel di atas nakas dan mematikan dayanya untuk diisi dayanya. Setelah mencharge hp nya, Zahra berjalan ke lantai satu untuk menunggu Alif pulang.

Zahra menyalakan televisi supaya tidak terlalu sepi sementara ia menunggu di ruang makan sambil memandangi makanan yang perlahan mulai mendingin.

Itulah kebiasaan Zahra. Jika ia sedang ingin masak, jam berapa pun ia lakukan. Termasuk masak di jam yang lebih awal.

Zahra menghangatkan makanan-makanannya yang mulai mendingin. Setelah selesai, Zahra membawa kembali makanan-makanan itu ke meja makan. Zahra duduk di kursi meja makan dan hanya memandangi makan malamnya.

Hati Zahra terasa hampa. Ya Allah, Zahra ingin kuat seperti Siti Sarah, tapi ia tidak sekuat apa yang dibayangkan. Zahra terlalu lemah untuk dimadu. Zahra belum siap dan tidak akan pernah siap mungkin.

Zahra melirik jam yang telah menunjukan pukul tujuh lebih. Zahra akan solat bersama Alif.

Zahra mulai mengantuk sedangkan jam terasa bekerja lebih cepat. Sudah 2 jam Zahra menunggu tapi Alif tidak menampakan batang hidungnya.

Rasa kantuk Zahra sudah tidak tertahankan. Zahra tertidur di ruang makan dengan kepala di atas meja makan dengan berbantalkan tangan kanannya.

"Assalamu'alaikum.." Alif memasuki rumahnya lalu mengunci pintu.

"Zahra?" Alif berjalan menuju ruang keluarga karena tv menyala. Alif menyangka Zahra ada di ruang keluarga nyatanya tidak ada.

"Zahra?" panggil Alif.

Alif meletakan tas dan jas hitamnya di sofa ruang keluarga lalu ia berjalan menuju ruang makan sambil melepaskan dasinya. Alif ingin meneguk segelas air mineral.

Alif menghentikan langkah kala ia melihat Zahra sedang tertidur di ruang makan.

"Zahra, ayo bangun. Tidur di kamar" ucap Alif sambil menggoyangkan pelan tubuh Zahra.

"Za, ayo bangun. Nanti kalo tidur disini badan sakit-sakit lho" masih tak ada respon dari Zahra

"Za, ayo bangun dong"

Alif jadi bingung sendiri. Bagaimana caranya ia membangunkan Zahra?

Tak ada pilihan lain selain membawa Zahra ke kamar ala bridal style. Alif melaksanakan niatnya membawa Zahra ke kamar.

Zahra tidak terusik sama sekali bahkan terlihat semakin nyenyak dalam tidurnya.

Alif merebahkan tubuh Zahra di kasur secara hati-hati agar gadis itu tidak terbangun. Alif menatap lamat Zahra. Setiap inchi wajahnya begitu cantik, tapi kenapa Alif tidak tertarik sama sekali pada Zahra.

Alif mengusap pucuk kepala Zahra. "Za, maafkan hati saya yang gak bisa mencintai kamu" lirih Alif

Saat akan berjalan ke kamar mandi, tangan Alif di tahan sesuatu. Tangan Zahra memegang erat pergelangan tangan Alif erat.

Wajah Zahra terlihat pucat dengan keringat dingin membasahi wajahnya.

Zahra bergumam tidak jelas. Mau tidak mau Alif harus menenangkan Zahra dengan mengusap pucuk kepala Zahra yang terbalut hijab.

"Tenanglah, Zahra. Disini ada saya" ucap Alif sambil menenagkan Zahra. Alif duduk di tepian ranjang.

"Mas Alif!!!" teriak Zahra. Alif meletakan punggung tangannya di dahi Zahra yang terasa panas.

"Ya Allah, Zahra. Kamu demam" Alif mulai merasa panik. Ia tidak tau harus bagaimana.

Air mata Zahra meleleh membuat Alif tidak mengerti harus apa. Ia tidak tau apa yang Zahra rasakan.

"Mas Al-lif.. jangan tinggalin ZAHRA!!!" teriak Zahra sambil menangis dalam tidurnya.

Demam Zahra semakin tinggi membuat Alif panik. Pegangan tangan Zahra semakin erat.

"Jangan duakan Zahra.."

Deg!

🌼

Assalamu'alaikum

Gimana chapter 5 ini😭?
Aku bener-bener baper sama chapter ini😭 (readers: Dasar payah😒), whehe😆. Voment mana voment😬?! Haha😂, bercanda🙏. Voment seikhlasnya😉.

Tania Ridabani.

Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang