Chapter 10🌼

24.5K 969 12
                                    

"Saya ingin menikah dengan Azira"

Deg!

Dada Zahra terasa sesak kala mendengar hal tersebut. Apakah ini badai cobaan yang sebenarnya bagi rumah tangga Zahra?

Zahra memaksakan tersenyum walau hatinya merasa tak ingin tersenyum. Senyum penuh luka itu ditampakan Zahra pada Alif membuat Alif tersayat hatinya.

"Za kan udah bilang berulang kali sama Mas Alif kalo Za setuju sama keputusan Mas Alif"

"Za, apa kamu membohongi diri kamu sendiri?" tanya Alif

"Mas, Za akan mendukung apa pun keputusan Mas Alif. Mas Alif gak sendiri. Za ada buat mas" Zahra kembali tersenyum penuh kelukaan.

Alif menarik tubuh Zahra dalam pelukannya. Mereka berpelukan cukul lama lalu Zahra mengurainya.

Alif melihat jejak-jejak air mata Zahra. Alif lalu mengusap lembut jejak-jejak air mata itu.

"Za, apa kamu yakin kamu akan kuat? Ini luka permulaan, Za" ucap Alif

"Za akan kuat karena Allah dan Mas Alif" sahut Zahra

Zahra aktris yang handal! Ia mampu mengucapkan seperti itu padahal dalam hatinya banyak duri menancap dasar terdalam. Sekali lagi, ia hanya perempuam biasa.

"Za, kita ke bawah yu. Saya mau bicara sama ayah dan bunda soal ini" ucap Alif

"Ayo"

Mereka berdua pun berjalan ke lantai bawah. Kebetulan Alika, ayah, dan bubda sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Assalamu'alaikum" kompak Zahra dan Alif

"Wa'alaikumsalam.." jawab keluarga Alif serentak. Zahra dan Alif duduk di sofa.

"Yah, Alif mau bicara" ucap Alif

"Bicara aja kali, Lif" ucap ayah santai

"Ayah, bunda, Alif mau minta izin menikah lagi"

Semua orang membeku kecuali Zahra dan Alif. Semua orang tampak terkejut dengan perkataan Alif.

"Jangan bercanda, Lif" peringat bunda

"Alif gak bercanda. Alif serius. Alif ingin menikah lagi" ucap Alif.

Ayah yang bersebelahan dengan Alif, berdiri diikuti oleh Alif.

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat mulis di pipi Alif. Alika, bunda, dan Zahra berdiri.

"Kamu ini apa-apaan, Alif?! Apa satu istri tidak cukup?! Apa kekurangan Zahra?!" bentak Ayah

"Ayah, sabar" ucap bunda menenangkan. Ia tidak mau suasana menjadi tegang.

"Zahra nggak buat Alif kecewa, yah. Alif diberikan amanah dari seseorang untuk menikahi putrinya" ucap Alif

Ayah mati-matian meredam emosi yang bergejolak. Mana mungkin pewarisnya seperti ini?

"Alif, apa maksud kamu?" tanya ayah lebih tenang walau masih ada gejolak amarah yang berusaha di redam

"Ayah, tolong hargai keputusan kami. Za udah ngizinin Mas Alif menikah lagi. Mungkin ini jalan rumah tangga kami" ucap Zahra lembut

"Kenapa nak? Apa yang salah di rumah tangga kalian?" tanya bunda

"Kami hanya ingin meminta izin ayah dan bunda. Tolong restui pernikahan Alif ini, yah" pinta Alif.

Sebagai orang tua, ayah dan bunda tidak bisa memaksakan kehendak. Toh, mereka yang menjalani.

"Ayah, tolong restui Mas Alif" pinta Zahra

"Mana mungkin bisa, Alif?" ayah menoleh ke arah Alif. "Ayah takut kamu tidak bisa adil pada istri-istrimu"

"Insya Allah, Alif bisa adil, yah" sahut Alif

"Materi bisa adil, tapi hati? Hati manusia gak akan bisa adil, Alif" lirih bunda.

"Bunda, tolong restuilah Mas Alif" lirih Zahra

"Kenapa? Apa yang salah?" tanya bunda.

"Tolong hargai keputusan kami" pinta Alif.

Mereka semua kembali duduk. Ayah dan bunda memikirkan secara matang keputusan putranya.

"Bagaimana, ayah?" tanya Alif setelah beberapa menit bungkam

"Kami hormarti keputusan kalian. Kami setuju"

🌼

Assalamu'alaikum

Oyoyoy😱. Setuju? Gimana bisa? Next chapter jawabannya😉.

Voment🎉

Tania Ridabani.

Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang