Happy Reading
Vote»Read»Coment»Share***
AZIRA menunggu chat dari Alif, tapi tidak ada. Jika ia menelpon Alif, ia terlalu gengsi. Tapi, Azira rindu. Azira jadi kesal sendiri. Kemudia Azira menyalakan televisi untuk menonton sesuatu.
"Gak ada yang bisa tonton. Gak seru" Azira meletakan remot di nakas dengan kesal. Entah kenapa ia merasa tidak ada yang menyenangkan.
Azira meraih ponselnya lalu membuka layar. Azira tersenyum ketika melihat wallpaper dari ponselnya. Foto yang digunakan sebagai wallpaper adalah fotonya dan Alif berdua sambil berdiri memgenakan baju pengantin. Raut wajah mereka begitu bahagia.
Azira pun mengetikan chat untuk Alif sebelum ia tidur. Setelah itu, Azira mematikan televisi dan meletakan ponselnya di nakas.
🌼
A
lif berlari menuju sumber suara. Terdengar jelas suara tangisan di kamar Zahra. Suara tangisannya menggema di seluruh penjuru rumah.
Alif membuka pintu kamar Zahra dan mendapati Zahra tengah menangis sambip menatap sebuah luka di pergelangan tangan kanannya.
"Ya Allah, Za!" Alif cepat-cepat berjalan ke arah Zahra lalu duduk di samping gadis itu.
"Za, kamu kenapa?" ucap Alif begitu panik.
"Luka ini tidak seberapa dengan luka batin. Luka fisik bisa disembuhkan dan bekasnya bisa dihilangkan, tapi luka hati? Luka hati akan membekas di hati dan ingatan" Zahra menatap Alif dengan pandangan yang begitu sejuk dengan senyum yang tipis.
Beberapa saat mereka terkunci dalam satu garis lurus yang sama hingga pada akhirnya tubuh Zahra ambruk di dada Alif.
"ZAHRA!!"
"Astagfirullah!!" Alif terbangun dari tidurnya. Posisinya menjadi duduk. Wajahnua pucat. Keringat dingin mengguyur tubuhnya. Dadanya naik turun.
Alif mengusap wajahnya lembut sambil beristigfar beberapa kali. Ia menengok ke arah kiri dan mendapati Zahra tertidur di sebelahnya dengan begitu nyenyak. Wajahnya begitu teduh dan tenang. Lagi-lagi dia bermimpi buruk. Bedanya sekarang dia memimpikan Zahra untuk pertama kalinya. Ada apa ini? Apa ini adalah pertanda dari Allah atau hanyalah bunga tidur?
Alif melirik jam dinding. Ternyata masih jam setengah dua belas. Ia akan tidur lagi sebentar dan akan bangun lagi jam tiga dini hari untuk shalat tahajjud.
Alif berbaring lagi dan menghadap ke arah Zahra yang juga menghadap ke arahnya. Ia mengusap kepala Zahra yang berhijab. Entah kenapa, setelah Alif dan Azira menikah, Zahra tidak pernah menampakan rambut panjangnya pada Alif. Padahal Alif menyukai rambut panjang milik Zahra.
"Selamat tidur, Za" Alif mengubah posisinya menjadi menghadap kanan lalu terlelap lagi.
🌼
Zahra dan Alif sarapan bersama. Jujur, Alif menyukai masakan Zahra. Masakan Zahra begitu enak. Tapi, Alif terlalu malu untuk memuji istrinya sendiri.
"Abis sarapan, kita ke rumah bu'de, ya" ucap Alif di sela-sela makannya.
"Mau apa, mas? Tumben" ucap Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]
SpiritualHight Rank~ 1-#islam 1-#spiritual 1-#airmata 1-#allah 1-#cintasegitiga 1-#ikhlas Note: Part tidak lengkap. Empat belas chapter saya unpub termasuk 3 extra chapter. Di unpub bukan karena keperluan penerbitan, tapi karena tahap revisi. Selamat membaca...