Chapter 15🌼

26.1K 1.1K 8
                                    

ALIF dan Zahra duduk di ruang makan untuk sarapan. Mereka telah selesai sarapan. Hari ini Zahra hanya akan ada di rumah. Hari ini Zahra tidak akan kuliah. Tidak ada mata kuliah.

Alif juga tidak akan ke kantor. Ia ingin memfokuskan diri dengan hubungan Azira dan Zahra.

"Za" panggil Alif. Mereka masih duduk di ruang makan.

"Apa, mas?" sahut Zahra sambil membereskan piring-piring kotor lalu ia memfokuskan diri pada Alif.

"Azira ingin ketemu sama kamu"

Deg!

Tak bisa dipungkiri jika ada rasa sesak kala mendengar nama itu. Zahra juga tidak tau apakah ia sanggup atau tidak bertemu Azira. Zahra memaksakan senyumnya.

"Kapan, mas?" tanya Zahra dengan senyum kecil.

Alif tau jika hati Zahra tidak baik-baik saja. Lagi dan lagi Zahra tersenyum paksa saat topik seperti ini mereka bicarakan.

"Hari ini bisa?" tanya Alif

"Insya Allah, bisa. Za gak kuliah hari ini" ucap Zahra masih memfokuskan diri pada Alif.

"Bagus kalo gitu."

"Memang Azira mau apa ketemu sama Za?"

"Gak tau, Za. Lebih baik kamu panggil 'Mbak' sama Azira. Dia usia 24 tahun" Alif tersenyum sekilas ke arah Zahra

"Baik, mas"

"Nanti siang kalian bisa ketemu di Green Cafe. Gimana?"

"Boleh, mas. Kalo gitu, Za mau ke dapur dulu, ya. Za mau cuci piring dulu" Zahra bangkit dari duduknya sambil membawa piring-piring.

Langkah Zahra terhenti kala Alif memanggil namanya. Zahra berbalik.

"Ada apa, mas?" tanya Zahra pada Alif yang kini sudah ada di hadapannya.

"Biar saya bantu kamu, ya" Alif tersenyum manis ke arah Zahra membuat detak jantung gadis kelahiran Jogja itu tak terkontrol.

"Gak usah, mas. Biar Za aja. Za bisa sendiri kok" ucap Zahra sambil menundukan pandangan karena jantungnya tidak akan kuat jika melihat senyuman manis Alif.

"Za, biar saya bantu kamu. Sekali-kali kan gak papa" Zahra mengangguk. Pasti Alif akan memaksa jika tidak dituruti oleh Zahra.

Zahra meletakan piring-piring itu di wastafel lalu ia meraih sabun dan penggosoknya sedangkan Alif bagian membersihkan.

Zahra sebenarnya ingin cerita pada Alif tentang kejadian yang ia alami sore kemarin, tapi ia terlalu takut berbicara.

"Za, maaf kemarin saya gak ngabarin kamu. Ayah Azira meninggal" ucap Alif memberi tau

"Innalillahi wa innailaihi rojiun" ucap Zahra kala mendengar kabar dari Alif.

"Kemarin kenapa kamu telpon saya pake telpon rumah?" tanya Alif sambil mencuci piring-piring itu.

Pekerjaan mereka berdua selesai. Zahra dan Alif mencuci tangannya masing-masing lalu mereka berjalan ke arah gazebo karena Alif yang mengajak Zahra.

Mereka duduk di gazebo yang sangat sejuk.

"Za, kamu belum jawab pertanyaan saya" ucap Alif sambil rebahan di gazebo sedangkan Zahra duduk di sebelah Alif sambil memasukan kaki ke air kolam karena jarak gazebo dan kolam renang tidak jauh.

"Pertanyaan yang mana mas?" tanya Zahra sambil bermain air

"Kenapa kemarin malam kamu telpon saya pake telpon rumah?" ulang Alif

"Kan ponsel Za ada di mas Alif. Masa lupa sih"

"Emang ada sama saya?" Zahra mengangguk

"Oh iya, saya tinggalin di kantor. Saya lupa bawa ponsel kamu"

"Gak papa, mas. Beberapa hari tanpa ponsel kan gak akan kiamat" Zahra terkekeh pelan. Begitu pun dengan Alif.

"Oh iya, terus kenapa kamu telpon saya sampe beberapa kali? Ada hal penting?" tanya Alif penasaran

Sebenarnya Zahra bingung harus menjawab atau tidak pertanyaan Alif. Lebih baik Zahra jujur saja.

"Sebenarnya, kemarin malam Zahra syok, mas" ucap Zahra memulai bercerita. Alif mengubah posisinya menjadi duduk dan atensinya terfokus pada Zahra.

"Syok kenapa?" Alif mengerutkan dahi

"Jadi kemarin sore, Za hampir kerampokan"

"Astagfrullahaladzim... Terus gimana?" tanya Alif cemas. Terlihat dari wajahnya.

"Untung ada yang bantuin Za"

"Siapa?"

"Kak Raffi"

Wajah Alif seketika menjadi datar. Entah kenapa Alif merasa kesal dengan lelaki bernama Raffi itu.

"Jadi, pahlawan kamu Raffi, ya?" sindir Alif

"Bukan gitu, mas.."

"Terus apa? Kenapa gak hubungi saya?"

"Kan ponsel Za ada di Mas Alif"

Alif jadi tertohok dengan perkataan Zahra. Benar juga.

"Mulai hari ini kamu gak boleh naik motor sendirian" tegas Alif

"Kenapa mas?" tanya Zahra dengan ketidakterimaan.

"Emang kamu mau kejadian yang sama terulang? Saya yang akan antar jemput kamu. Saya gak mau kamu kenapa-napa. Saya mau kamu aman. Titik." Alif bangkit dari duduknya lalu meninggalkan Zahra yang keheranan.

Alif sendiri tidak tau kenapa ia bisa bersikap sekhawatir itu pada Zahra. Entah apa yang membuat Alif terdorong untuk melakukan hal ini.

🌼

Assalamu'alaikum

Konflik semakin dekat, guys😁.
Tunggu aja ya, hehe.

Tania Ridabani.





Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang