🌼بسم الله الر حمن الر حيم🌼
Happy Reading🌼
Vote»Read»Coment»Share🌼
TUBUH Zahra terkulai lemah tak berdaya di lantai yang telah berlumuran darah segar milik Zahra. Sungguh Zahra tidak ingin menyerah dengan keadaan, tapi tubuhnya tetap tak mendukung niat hatinya.
Zahra rasa mungkin ini saatnya. Saatnya ia bertemu Allah. Saatnya ia berada di tempat yang pantas sesuai dengan amalnya selama ini. Zagra merasa Allah berkata 'waktunya pulang'. Zahra pasrah. Ia sungguh tidak kuat lagi dengan sakit di perutnya. Pisau itu telah menembus perutnya dengan begitu apik. Bahkan suata tangisan Zahra saja tidak terdengar di tempat sesunyi ini.
Zahra meraih ponselnya yang tergeletak di lantai. Ponsel Zahra sudah berlumuran darah. Semoga masih bisa dipakai. Zahra berusaha dengan susah payah membuka layar ponselnya. Ia ingin melihat foto Alif untuk terakhir kalinya jika memang ini telah waktunya ia pulang. Pulang ke rumah sesungguhnya.
Zahra dengan susah payah membuka layar ponsel. Sungguh saat ini ia sangat lemah. Bagaimana ia tidak lemah? Bagaimana tubuhnya tak berdaya sedangkan darah selalu mengucur dari perutnya.
Zahra menatap lamat-lamat foto Alif yang ia gunakan sebagai wallpaper. Zahra semakin deras menangis. Ia belum siap pergi dari hidup Alif. Ia belum bisa menjadi istri yang baik begitu pun ia belum bisa menjadi orang bermanfaat bagi banyak orang.
Zahra tersenyum melihat wajah Alif di foto itu. Foto yang ia ambil dari akun Instagram milik Alif. Ia tak mau menghubungi Alif saat ini. Mungkin saat ini Alif tengah bahagia di acara tersebut. Zahra tidak ingin mengganggu kebahagiaan itu. Biarlah Alif bahagia sebelum ia pergi.
Zahra kembali menangis deras. Mungkin nanti orang-orang akan menemukannya dengan tubuh kaku, dingin, dan tak ada lagi napas. Mungkin orang-orang akan menemukannya saat darahnya yang keluar telah mengering. Zahra tak bisa meninggal dengan cara ini!
Zahra harus bisa bertahan. Ia yakin akan ada bantuan dari Allah lewat seseorang. Zahra yakin Allah menginginkan dirinya untuk menjadi lebih baik lagi terutama untuk Alif.
Zahra mencoba bangkit. Ia tidak boleh terbaring lemah seperti ini. Ia tidak boleh menyerah. Jika memang ini saatnya bertemu Allah, maka setidaknya ia akan berusaha untuk tetap bertahan hidup.
Zahra mencoba bangkit, tapi tidak bisa. Tubuhnya terlalu lemah untuk berdiri. Ia masih berbaring dengan darah yang tetap keluar dengan derasnya. Mukenah putih Zahra telah mulai berubah menjadi warna merah sedikit.
"M-mas Al-li-iff..." ucap Zahra tersenggal-senggal. Ia sudah sangat lemah. Keadaannya memburuk.
Zahra terus berusaha bangkit untuk mencari pertolongan, tapi tetap saja tubuhnya tak bisa bangkit.
Pandangan Zahra mulai mengabur hingga pada akhirnya menggelap.
Alika dan Aryati menerobos masuk ke rumah Alif. Mereka sudah sangat panik dengan keadaan ini. Mereka harus segera menemukan Zahra dan memastikan keadaannya.
"Zahra!!!" Alika berteriak ingin memastikan keberadaan Zahra.
"Za, kamu dimana, nak?" kini Aryati yang berteriak.
Mereka melangkah cepat mencari keberadaan Zahra hingga pada akhirnya mereka ke ruang keluarga.
"ZAHRA!!!!" Alika berteriak sambil berlari ke arah perempuan yang terbaring di lantai yang telah berubah warna jadi merah. Aryati yang mendengar Alika, spontan juga berlari mendekati Zahra yang terkulai lemah di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]
EspiritualHight Rank~ 1-#islam 1-#spiritual 1-#airmata 1-#allah 1-#cintasegitiga 1-#ikhlas Note: Part tidak lengkap. Empat belas chapter saya unpub termasuk 3 extra chapter. Di unpub bukan karena keperluan penerbitan, tapi karena tahap revisi. Selamat membaca...