ZAHRA sampai di rumahnya diikuti oleh Raffi di belakang. Setidaknya Zahra merasa sedikit aman.
"Kak Raffi, makasih udah ngikutin saya sampai rumah" ucap Zahra setelah memasukan motornya ke garasi.
"Sama-sama, Za. Alhamdulillah aku lewat sana." sahut Raffi
"Emang kakak dari mana?"
"Aku dari kampus. Sebentar lagi aku wisuda, datang ya,Za."
"Gak tau kak. Liat kondisi aja"
"Oh, gitu, ya" wajah Raffi berubah murung lalu ia tutupi dengan senyumannya. "Kalo gitu, aku pamit, Za. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" mobil Raffi pun melaju meninggalkan depan rumah Zahra.
Zahra berjalan masuk ke rumahnya. Sudah hampir maghrib. Zahra segera masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah membersihkan diri, Zahra segera berkutat di dapur. Hari ini Zahra sedang kedatangan tamu bulanan, jadi tidak solat.
Setelah lama berkutat di dapur, akhirnya masakan Zahra selesai. Zahra membawa masakan-masakannya ke meja makan lalu meletakannya.
Zahra terduduk di lantai. Ia trauma dengan kejadian tadi. Ia masih syok.
Tubuh Zahra bergetar saking syoknya. Ia sangat takut dengan kejadian tadi. Untunglah Raffi datang membantunya. Jika tidak, mungkin Zahra sudah tewas.
"Astagfirullah.."
Zahra berjalan ke arah telpon rumah lalu memencet beberapa nomor. Telpon altif tapi tidak diangkat.
Zahra mencoba lagi, tapi hasilnya sama. Zahra tak mau menyerah. Ia mencoba lagi hingga 5 kali tapi hasilnya tetap sama.
🌼
Alif kini membaca yaasin di rumah Azira. Jenazah Akbar telah berada di rumah duka.
Azira dan Rima membaca yaasin sambil menangis karena tidak kuat dengan duka yang ditanggung.
Jam di pergelangan tangan Alif menunjukan pukul delapan malam. Ia harus pulang.
"Tante Rima" panggil Alif pelan, tapi masih bisa di dengar oleh Rima.
"Ada apa, Lif?" sahut Rima. Atensi Azira berpindah pada Alif dan Rima.
"Saya harus pamit dulu pulang. Insya Allah besok saya ke sini lagi untuk menguburkan almarhum" ucap Alif
"Baiklah, nak. Hati-hati di jalan." Rima menoleh ke arah Azira.
"Zira, antar Nak Alif sampai depan, ya" Azira mengangguk.
Alif berjalan terlebih dahulu setelah berpamitan sedangkan Azira mengekori di belakang.
"Mas Alif, Zira mau bicara" ucap Azira kala mereka telah di teras depan.
"Ada apa, Zira?" tanya Alif
"Zira mau ketemu sama istri pertama Mas Alif"
Deg!
"Bertemu Zahra?" tanya Alif memastikan.
"Jadi namanya Zahra? Nama yang cantik. Jadi, gimana, Mas Alif? Boleh gak?"
Alif tampak berpikir. Ia ingin tau apa yang akan Azira bicarakan pada Zahra.
"Baiklah. Nanti saya bicarakan pada Zahra. Biar saya urus pertemuan kalian" mata Azira berbinar
"Makasih, Mas Alif" Alif mengangguk.
"Zira, saya pulang dulu, ya. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Mas Alif"
Alif memasuki mobilnya lalu melajukannya keluar pekarangan rumah Azira.
Setelah beberapa menit berkendara di jalanan yang agak basah dan lengang, Alif telah memasuki garasi.
Alif keluar mobil lalu memasuki rumah sambil mengucap salam.
"Assalamu'alaikum, Za.." ucap Alif sambil mengunci pintu utama.
"Zahra.." panggil Alif
Alif berjalan menuju ruang keluarga. Alif menghela napas berat kala melihat Zahra sedang tertidur di sofa ruang keluarga.
Alif berjalan ke arah Zahra yang tertidur. Alif mengusap pucuk kepala Zahra lembut.
"Za, terima kasih atas segala kebaikan kamu sama saya. Saya mulai menyayangi kamu" ucap Alif sambil mengusap pipi mulus Zahra.
🌼
Assalamu'alaikum
Maaf, kalo chapter ini membosankan😦. Mungkin chapter selanjutnya akan lebih baik asal ada voment, hehe😅.
Tania Ridabani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]
EspiritualHight Rank~ 1-#islam 1-#spiritual 1-#airmata 1-#allah 1-#cintasegitiga 1-#ikhlas Note: Part tidak lengkap. Empat belas chapter saya unpub termasuk 3 extra chapter. Di unpub bukan karena keperluan penerbitan, tapi karena tahap revisi. Selamat membaca...