🌼بسم الله الر حمن الر حيم🌼
Happy Reading🌼
Vote»Read»Coment»Share🌼
MALAM ini datang juga. Malam dimana Zahra harus rela ditinggalkan sendiri di rumah. Malam dimana ia merasa sebagai seorang adik yang ditinggal kakak dan istrinya ke pesta. Ia sungguh merasa sendiri.
"Istigfar, Za" Zahra menguatkan dirinya sendiri. Ia tidak boleh lemah hanya karena ditinggal hanya beberapa jam oleh suami dan madunya.
Zahra memasuki kamarnya. Ia baru saja melaksanakan shalat Isya dengan Azira dan Alif di mushola kecil yang dibuat di rumah itu.
Zahra duduk di tepian kasur dengan wajah tertekuk. Ia merasa sangat sedih karena ia tidak bisa mendampingi Alif di acara makan malam itu. Jika ia diajak, ia tidak akan bisa mendeskripsikan betapa ia merasa bahagia.
"Za?"
Zahra mengalihkan pandangannya pada pintu. Alif memasuki kamar Zahra lalu berjalan ke arah Zahra setelah pintu di tutup.
"Lho, kok Mas Alif belum berangkat? Katanya acaranya akan dimulai jam delapan" ucap Zahra khawatir. Alif malah duduk di sebelahnya dengan santai.
Sungguh Zahra terkesima kala melihat Alif begitu tampan dengan jas hitam di tubuhnya. Zahra suka saat melihat Alif memakai jas hitam.
"Saya lagi nunggu Zira beres dandan. Emang ya kalo wanita mau berangkat kemana-mana juga harus tetep keliatan perfect" komentar Alif.
"Itu dilakukan untuk menunjukan bahwa suami mereka mengurusnya dengan baik" Zahra tersenyum di akhir kalimat. Hubungannya dan Alif mulai membaik. Setidaknya tidak secanggung beberapa minggu lalu.
"Za, saya minta maaf, ya" Alif mulao berbicara dengan intonasi yang lebih serius dengan tatapan ke bawah.
"Untuk apa, mas?" sebenarnya Zahra hanya pura-pura polos. Ia ingin tau ketulusan hati Alif kepadanya sampai mana.
"Soal nggak ngajak kamu malam ini. Saya hanya belum siap, Za" sungguh ini perkataan Alif yang begitu tulus. Ia masih belum siap jika semua orang tau jika ia memiliki Zahra sebagai istrinya.
"Nggak papa, mas. Za ngerti kok. Za akan nunggu Mas Alif siap"
Serasa ada yang menghantam dada Alif kala mendengar kalimat terakhir dari Zahra. Ia bagai memberi harapan yang semu bagi Zahra. Jika ia tak pernah siap, maka hati Zahra yang kembali jadi korban. Sebenarnya Alif tengah menyiapkan hati untuk Zahra masuki. Ia yakin kebenaran tentang Zahra akan terungkap entah kapan dan Alif harus siap kapan pun itu.
Zahra sendiri tidak yakin dengan yang ia ucapkan. Ia tidak yakin apakah Alif akan mencapai titik dimana Alif siap mengumumkan bahwa Zahra juga istrinya. Ia tak yakin.
Entah dorongan dari mana, Alif menarik Zahra dalam dekapannya. Ia merasa takit kehilangan saat memeluk Zahra. Perasaannya gelisah entah kenapa. Perasaannya saat ini tengah cemas, tapi entah kenapa. Apa akan ada sesuatu yang besar terjadi?
Zahra mengurai pelukan. Sebenarnya ia ingin lebih lama merasakan hangatnya dekapan Alif, tapi ia takut ada satu hati yang tersakiti dengan kedekatannya dan Alif.
"Mas, kamu cepet berangkat sana! Mbak Zira pasti udah nunggu" ucap Zahra dengan senyum palsu. Ia pintar bersandiwara soal sebuah luka.
Alif mengangguk dengan perasaan campur aduk. Ia merasa gelisah dan cemas dengan sesuatu tapi entah apa. Apa ini hanya perasaan belaka atau apakah akan ada sesuatu yang terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]
SpiritualHight Rank~ 1-#islam 1-#spiritual 1-#airmata 1-#allah 1-#cintasegitiga 1-#ikhlas Note: Part tidak lengkap. Empat belas chapter saya unpub termasuk 3 extra chapter. Di unpub bukan karena keperluan penerbitan, tapi karena tahap revisi. Selamat membaca...