Chapter 45🌼

23K 961 40
                                    

🌼بسم الله الر حمن الر حيم🌼

Selamat Membaca🌼
Vote»Read»Coment»Share

🌼

ALIF fokus dengan jalanan di depannya. Hatinya tidak karuan. Ia sungguh merasa semakin gelisah ketika ia keluar dari.

Azira menoleh ke arah Alif yang tak bisa menyembunyikan wajah gelisahnya. Azira jadi khawatir melihat wajah Alif yang begitu gelisah.

"Mas, ada apa? Kayaknya mas lagi gelisah, ya?" sudah tampak jelas di mata Azira bahwa Alif begitu gelisah. Buktinya saja wajah Alif berkeringat di malam hari yang cukup dingin ini.

"Ah, nggak papa kok, Zir" Alif tersenyum terpaksa karena ia pun tak bisa mengelak fakta bahwa ia memang tengah gelisah.

"Apa kamu sakit, mas? Lebih baik kita ke rumah sakit aja. Zira takut terjadi sesuatu sama mas" wajah Alif sudah sangat membuat Azira khawatir.

Alif menarik napas panjang dan mengeluarkannya. Ia tidak boleh terlihat gelisah saat ini karena ia takut Azira akan khawatir padanya.

"Zira, mas nggak papa kok. Cuma agak panas, ya" ucap Alof beralasan. Saat ini Azira tidak sejalan dengan Alif. Malam ini terasa begitu dingin hingga serasa menusuk tulang. Bagaimana mungkin Alif berpikir saat ini begitu panas?

"Mas, kamu sakit ya? Lebih baik kita ke rumah sakit aja dulu. Nggak papa kan sedikit telat demi kesehatan kamu?" Azira tetap cemas walau Alif berkata tidak ada apa-apa. Jelas ada apa-apa. Wajah Alif begitu gelisah.

"Zira, dengerin mas, ya. Gak papa kok. Mas cuma cemas aja takut telat gitu. Mas harus on time kan?" Azira mengangguk-angguk. Alasan yang bisa diterima oleh akal Azira. Lagipula acara akan diadakan jam 20:00 sedangkan mereka berangkat jam setengah delapan lebih sedikit. Wajah saja jika Alif cemas.

"Oh, oke. Lebih baik mas sedikit tenang. Lagian kan kata Mas Alif juga ini bukan acara formal. Mungkin telat sedikit tidak apa-apa" Azira mengusap pundal kiri Alif dengan lembut menyalurkan kehangatan dan sedikit ketenangan bagi Alif. Ah, harusnya Alif tidak perlu terlalu cemas akan sesuatu yang tak pasti.

Setelah beberapa menit berkendara di bawah langit malam, akhirnya Alif sampai di sebuah hotel yang menjadi tempat acara makan malam. Non formal saja sudah di hotel. Mungkin makanannya pun mewah.

Azira dan Alif keluar dari mobil lalu berjalan memasuki hotel lebih tepatnya tempat dimana mereka melaksanakan acara makan malam.

Alif menggenggam tangan Azira dengan lembut membuat jantung Azira berbuay nakal dengan berdetak 2 kali lebih cepat dari biasanya. Beberapa pasang mata menatap mereka dengan tatapan kagum.

"Mereka serasi banget, ya"

"Uuh, ini mah sweet couple pokoknya, jeng"

"Sama-sama cakep. Nanti anaknya jodohin sama anak saya aja deh"

Sekiranya itulah yang Azira dengar dari orang-orang. Azira bahkan tersipu dengan kata-kata mereka. Ia terasa terbang. Alasan utama bahagianya adalah Alif yang begitu romantis menurutnya karena telah menggandeng dirinya dengan begitu lembut. Azira semakin jatuh akan pesona Alif. Ah, laki-laki itu sudah membuat Azira jatuh dalam ketampanan dan kelembutannya.

Deg!

Dada Azira terasa sesak ketika terlintas wajah Zahra di benaknya. Jika saja Zahra yang ada di posisinya pastilah Zahra akan sangat bahagia. Apa Azira egois dengan ia ikut Alif kesini? Azira terus terbayang-bayang bagaimana sakit hatinya Zahra jika Zahra melihat kemesraannya dengan Alif seperti ini. Apalagi jika Zahra mendengar perkataan orang-orang barusan tentangnya dan Alif.

Alif berusaha memasang senyum kecil nan tipis untuk meyakinkan jika ia terlihat baik-baik saja, tapi hati Alif tetap saja merasa tidak baik-baik saja. Ada ganjalan gelisah di hatinya. Tiba-tiba wajah Zahra yang sedang tersenyum terlintas di pikirannya. Entah kenapa Alif jadi mengkhawatirkan Zahra sekarang. Ia takut terjadi sesuatu pada Zahra seperti kejadian saat Zahra ditinggal di rumah. Alif akan sangat menyesal.

Apa akan ada sesuatu yang terjadi pada Zahra?

Alif jadi takut dengan keadaan Zahra. Apalagi jika Zahra kenapa-napa. Pasti bundanya akan menyalahkannya dan Azira habis-habisan.

Alif mendekati beberapa orang yang tengah berkumpul. Rekan kerjanya.

"Assalamu'alaikum" Alif menyebutkan salam kala telah bergabung duduk di satu meja dengan beberapa orang.

"Wa'alaikumussalam, Pak Alif. Waduh, beberapa hari tidak bertemu, Pak Alif makin ganteng, ya" puji salah satu orang diantara mereka.

"Iya ya. Kayaknya makin bahagia nih" goda yang lainnya.

"Eh, bagaimana bisa nggak bahagia coba? Kan Pak Alif sudah punya istri. Cantik pula" semua tertawa diikuti senyuman Alif dan Azira.

"Bisa saja" komentar Alif. "Ah, iya. Perkenalkan ini istri saya. Namanya Azira Najusma"

Azira menangkupkan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda hormatnya.

Deg!

Mengapa dada Azira sering terasa sesak? Azira berandai-andai jika saja Zahra juga ikut, maka orang-orang juga akan mengenalnya sebagai istri Alif. Semua akan memberikan selamat pada Zahra. Zahra pasti sebahagia dirinya saat ini jika itu terjadi.

Alif mensilent ponselnya. Ia tidak ingin mengganggu yang lain dengan notif-notif yang masuk ke ponselnya. Azira juga sama seperti Alif. Ia mensilent juga ponselnya.

🌼

Alika mengerutkan dahinya ketika Zahra menelponnya malam-malam dengan suara terbata-bata lalu panggilan terputus. Ia berpikir apa yang terjadi pada Zahra.

"Ada apa, Lika?" Aryati yang melihat kebingungan Alika jadi penasaran apa yang membuat anak gadisnya sebingung itu.

Kebingungan Alika berubah menjadi kecemasan yang besar. Kenapa otaknya begitu lemot saat ini? Pasti ada sesuatu yang menimpa Zahra hingga suara Zahra saja terbata-bata.

"Bun, kita harus segera ke rumah Zahra sekarang juga!!" ucap Alika sangat panik membuat Aryati juga merasakan kepanikan.

"Ada apa, Lika? Apa yang terjadi sama Zahra?" tanya Aryati begitu panik.

"Ya Allah, bun. Gak ada waktu lagi. Kita harus segera ke rumah Zahra sekarang juga"

Mereka yang tengah duduk di ruang keluarga pun akhirnya keluar rumah dengan rasa panik mendominasi diri mereka.

"Pak anter kita ke rumah Zahra sekarang juga" ucap Alika pada sopirnya. Ia tidak bisa bayangkan sesuatu yang terjadi pada Zahra jika ia telat ke rumahnya. Pikiran Alika sudah kemana-mana. Pikirannya melayang-layang dengan kemungkinan yang melintas di otaknya. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri ketika ada sesuatu terjadi pada Zahra hanya karena ketelatannya.

Aryati juga sama cemasnya dengan Alika. Bahkan mungkin lebih cemas dari Alika. Walau Aryati tidak tau sesuatu yang terjadi pada Zahra sesuai dengan disebutkan oleh Alika, tapi Aryati bisa lihat ada sesuatu yang buruk yang terjadi pada Zahar. Terlihat dari ekspresi wajah Alika yang begitu cemas.

Mereka pun berangkat ke rumah Zahra. Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi pada Zahra. Semoga.

🌼

Assalamu'alaikum

Khusus chapter ini aku gak kasih keadaan Zahra, ya, biar kalian semangat gitu pengen tau keadaan Zahra (readers: author kejam😑). Hehe, biar aku cepet update, voment yo!
Alhamdulillah bisa update hari ini. Maaf ya cuma 1 chapter. Spoiler dikit ya, next chapter khusus Zahra

Tania Ridabani.

Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang