🌼بسم الله الر حمن الر حيم🌼
Selamat Membaca🌼
Vote»Read»Coment»Share🌼
Salahkah aku? Kelirukah aku? Apa aku salah sejak awal karena menerima pinangan Mas Alif yang mungkin karena di dasari rasa iba semata? Kelirukah aku mempertahankan keegoisanku ini dan membiarkan banyak orang terdzalimi?
Zahra membatin. Apa benar ini semua kesalahannya? Jelas ini kesalahannya. Harusnya ia mundur sejak awal dan poligami ini tidak terjadi. Semua orang tidak akan merasakan luka. Kedzaliman mungkin terasa oleh banyak orang. Bolehkah ia menyebut luka semua orang sebagai kedzaliman?
Mungkinkah dengan saling memahami dan mengikhlaskan semuanya akan kembali baik-baik saja?
Bolehkah Zahra lari saat ini? Ia ingin sekali beristirahat dari masalah-masalah hidupnya terasa pelik. Baru saja ia mencicipi sedikit kemanisan hubungan yang semakin membaik bersama Alif, tapi ujian mulai menghampiri lagi. Egoiskah Zahra mempertahankan pernikahannya bersama Alif?
Pertanyaan demi pertanyaan terus tercatat di otaknya. Pertanyaan yang menuntut akan jawaban. Jawaban yang tak bisa Zahra dapat dengan jelas. Bolehkah Zahra untuk bertahan sebentar saja? Ah, lagi-lagi keegoisan menggerogoti jiwa Zahra. Jika saja Zahra tidak egois mempertahankan hubungannya dan memilih mundur, mungkin kejadian 3 hari lalu tidak akan terjadi. Kejadian dimana keluarganya begitu kecewa padanya akan ketidakjujuran dirinya dan mungkin mereka sangat kecewa.
Ah, kepala Zahra berdenyut sakit. Kepalanya terasa pening. Ujian terus menghampirinya, tapi ia yakin inilah bukti cinta Allah padanya. Bukti cinta untuk menjadikannya sebagai hamba yang lebih baik dengan ujian-ujian yang cukup menguras air mata dan perasaan.
Pagi ini terasa lebih dingin dari pagi-pagi sebelumnya. Dinginnya angin serasa menusuk hingga ke tulang-tulang Zahra. Langit nampak mendung seakan merasakan kesedihan dan kemurungan Zahra.
Zahra sengaja berdiri di tepi balkon untuk merasakan angin pagi yang ternyata terasa dingin. Sebulir cairan hangat menerobos pelupuk mata indah milik Zahra. Ia ingin menangis, tapi ia ingin berusaha untuk kuat menghadapi cobaan dari-Nya. Ini hanya segelintir dari cobaan besar yang dirasakan para nabi yang berdakwah di masanya. Hanya cobaan kecil yang Zahra hadapi. Tak ada apa-apanya dengan cobaan yang dihadapi para nabi.
Zahra menarik napas panjang. Ia harus kuat. Ia tidak boleh hanya berpura-pura kuat karena hidup dalam kepura-puraan berarti hidup dalam ketidaknyataan yang menyakitkan dan menambah daftar panjang luka hatinya.
Zahra menyambar tas kuliahnya dan tas laptopnya. Hari ini ia berangkat kuliah walau cuaca tidak mendukung untuk keluar rumah karena dingin yang semakin menusuk menembus poti-pori kulitnya.
Zahra memperlambat langkahnya kala ia semakin mendekati posisi Alif dan Azira yang ada di meja makan. Mereka telah duduk disana tanpa sarapan. Mungkin mereka menunggu Zahra.
"Pagi" sapa Zahra dengan senyum tipis. Azira dan Alif membalas dengan senyum tipis pula. Kejadian 3 hari lalu cukup membuat mereka canggung satu sama lain.
Zahra hanya meminum air putih satu gelas saja. Ia tidak nafsu makan. Lagipula ia harus segera ke kampus. Syukurnya kuliahnya tidak lagi bermasalah setelah ia tidak masuk kuliah selama 1 bulan akibat tragedi tusukannya dan kepergian Hartati. Ia telah membereskan 3 hari lalu. Soal perampok yang menusuknya, Zahra tidak mempermasalahkannya. Zahra mengikhlaskannya. Jika tidak di dunia, akan ada pembalasan di akhirat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]
EspiritualHight Rank~ 1-#islam 1-#spiritual 1-#airmata 1-#allah 1-#cintasegitiga 1-#ikhlas Note: Part tidak lengkap. Empat belas chapter saya unpub termasuk 3 extra chapter. Di unpub bukan karena keperluan penerbitan, tapi karena tahap revisi. Selamat membaca...