Chapter 29🌼

22.2K 952 28
                                    

     DI sepanjang perjalanan menuju rumah, Zahra berpikir keras memikirkan perkataan pedagang asongan itu. Ia selalu bertanya 'apakah aku gak pantes buat jadi istrinya Mas Alif?'.

Setelah beberapa menit membelah jalanan, mobil Alif memasuki pekarangan rumah Alif. Setelah mobil berhenti, Zahra segera keluar mobil sambil membawa tas pakaiannya.

Alif belum keluar. Ia sibuk membangunkan Azira yang masih tertidur sedangkan Zahra menunggu di luar mobil.

"Zira, ayo bangun, sayang,"

Deg!

Hanya sebatas perkataan itu yang di dengar Zahra.

"Sayang?" gumam Zahra yang sangat pelan. Hatinya merasakan ada sebuah kekecewaan terselip ketika mendengar Alif begitu amat lembut membangunkan Azira dan juga terselip panggilan 'sayang' yang belum pernah Alif ucapkan padanya.

Jangan sensitif, Zahra. Come on!, bisik Zahra dalam hati.

Zahra larut dalam khayalnya. Ia terus menguatkan diri. Ia memang lemah, lebay, atau sebagainya. Ya, ia mengakuinya, tapi entah kenapa hatinya merasa tersaingi oleh Azira.

"Za. Hey, Za!" Alif memanggil-manggil Zahra yang melamun.

Zahra tersentak kaget mendengar panggilan Alif. "Ah, iya, mas?"

Astagfirullahal 'adzim, bisik Zahra dalam hati.

Hati Zahra kembali serasa ditusuk beribu sembilu kala melihat Alif menggendong Azira mesra ala brydal style.

Zahra tersenyum getir ke arah Alif menandakan bahwa ia tidak apa-apa. Sayangnya, Alif bahkan tidak menyadari hati Zahra sedang sakit. Ya, hati Zahra kembali sakit. Selama ia menikah dengan Alif, Zahra tidak pernah digendong seperti itu. Itu hanya perasaan Zahra. Di bawah alam sadar Zahra, Alif pernah menggendongnya seperti itu.

Zahra berjalan memasuki rumah lalu berjalan  di depan Alif.

"Mas, Za mau istirahat dulu di kamar. Za mendadak lemes" ucap Zahra sebelum Zahra naik ke lantai dua tepatnya ke kamarnya.

"Kamu sakit lagi, Za?" tanya Alif bersimpati.

"Nggak kok. Cuma masih lemes aja" Zahra tersenyum getir lalu berjalan menapaki anak tangga menuju kamarnya.

Zahra mengunci kamarnya dengan tangan gemetar dan air mata siap tumpah. Jiwanya tersulut rasa cemburu. Kunci yang dipegang Zahra juga terjatuh.

Zahra terduduk di lantai sambil meneteskan air mata. Ia menangis sesenggukan. Apakah ia mendapat sebuah penyesalan.

"Ya Allah, mengapa hamba semenyesal ini telah membagi suami hamba dengan perempuan lain? Mengapa hamba menjadi menyesal tidak melepask Mas Alif untuk Mbak Azira? Ya Allah, jangan sampai setan mempengaruhi hamba dan mereka menertawakan rumah tangga hamba" lirih Zahra yang teredam suara sesenggukan karena menangis.

Zahra sungguh mendapat perlakuan yang berbeda dari Alif. Zahra jelas melihat raut kebahagiaan Alif jika saat bersama Azira. Dalam hal kecil saja, Zahra cemburu. Seperti, Alif masih menggunakan kata 'saya' saat bersama Zahra sedangkan bersama Azira begitu manis dengan menyebutkan 'mas'.

Zahra membekap mulutnya agar tidak keluar suara yang mencurigakan. Biarkan dirinya dan Allah yang tau soal kecemburuan ini.

🌼

Alif duduk di tepian kasur tepatnya di sebelah Azira yang terbaring dengan wajah begitu meneduhkan.

"Sayang, pasti kamu capek, ya" Alif menyunggingkan senyuman manis. Entah kenapa ia tidak bisa menahan senyum manisnya kala bersama Azira. Sedikit banyak Azira mempengaruhi mood Alif. Alif mengusap lembut pucuk kepala Azira yang tertutup hijab.

Mata Azira mengerjap-ngerjap menandakan bahwa ia mulai terbangun.

"Mas.." panggil Azira dengan suara parau khas bangun tidur.

"Hey, zawjaty. Kami udah bangun?" Azira mengubah posisinya menjadi duduk lalu menyamakan posisi dengan Alif lalu ia bersandar di bahu bidang Alif.

"Kamu masih lemes?" tanya Alif yang diangguki Azira.

"Tapi Zira gak apa-apa kok" Azira tersenyum ke arah Alif. "Mas, bukannya kita mau jemput Zahra?"

"Zahra udah masuk kamar. Katanya dia mau istirahat" balas Alif lembut.

"Zahra udah pulang?" tanya Azira sedikit terkejut. Alif mengangguk. "Kok gak ngajak buat jemput sih?"

"Tadi kita kan udah berangkat, tapi kamu malah tidur di mobil dan baru bangun sekarang" ucap Alif gemas pada Azira yang menurutnya sangat lucu.

"Ya udah, nanti Zira ke kamar Zahra deh kalo dia udah selesai istirahat"

Alif langsung merebahkan dirinya dengan berbantalkan paha Azira. Azira kini mengetahui jika Alif senang bermanja-manja.

"Zauji, kamu manja!" Azira menoel hidung mancung Alif.

"Karena kamu istriku" Alif membalas menoel hidung Azira.

"Kalo bukan?"

"Aku nikahin dulu biar aku bisa manja-manja" balas Alif sambil menyentuh alis Azira.

"Kamu cantik juga, ya" ucap Alif gemas pada istrinya. Wajah Azira langsung memerah merona.

"Kamu bisa aja" mereka tertawa renyah bersama diatas air mata seorang istri.

🌼

Assalamu'alaikum

Afwan kalo chapter ini terlalu lebay untuk kalian yang gak terlalu menghayati. Kalian bisa voment kalo kalian suka. Jazakallahu khayran❤.

Tania Ridabani.

Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang