"Siapa Azira?" tanya Zahra sambil menoleh ke arah Alif dengan mata berurai cairan bening.
Deg!
Alif membeku untuk beberapa saat. Zahra menangis deras. Alif tidak tega melihat perempuan menangis karenanya. Karena suami yang mencintai perempuan lain.
"Az-azi-ra dia itu ...," ucap Alif ragu. Ia tidak akan tega melihat air mata seorang wanita sebaik Zahra menetes karena menangisi pria sepertinya.
"Apa Mas Alif akan ninggalin Zahra demi Azira?" tanya Zahra sambil menangis dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Tangan Alif terangkat untuk mengusap punggung Zahra, tapi Alif turunkan tangannya.
"Zahra, saya gak mau liat kamu terus-terusan menangisi saya. Jangan berharap lebih pada saya, Zahra. Maaf, saya menyakiti kamu, tapi hati saya sulit menerima kamu. Maaf, saya mencintai Azira bukan kamu," lirih Alif.
Zahra menangis lebih deras. Hatinya seakan ditusuk beribu sembilu. Sesak menghimpit dada. Kenapa Alif setega ini padanya? Nyatanya kejujuran ini tak sebaik bayangannya. Ia menguatkan hati, berbisik tentang kesabaran, tapi justru Zahra merasa amat terluka dengan pernyataan terang-terangan dari Alif.
"Maaf, saya tidak bisa mencintai kamu saat ini. Hati saya masih milik Azira," lirih Alif.
Zahra menghapus air matanya lalu menatap Alif sambil tersenyum. Jelas dari mata Zahra menyiratkan kelukaan yang mendalam. Alif bisa melihat kelukaan seorang istri di sana. Dari mana Zahra tau bahwa Alif bersama Azira?
Zahra meraih tangan Alif lalu menggenggamnya erat. Walau tersenyum, tapi air mata Zahra tak terbendung. Air mata itu luruh tak tertahan.
"Zahra minta Mas Alif jangan ninggalin Zahra. Zahra cuma punya Mas Alif," ucap Zahra sambil menangis. Kini senyum kelukaan itu tidak nampak. Tenggelam oleh kelukaan yang mendominasi.
"Tapi saya gak tega kamu menangisi saya yang tidak bisa mencintai kamu. Kita akan jauh lebih terluka. Saya gak mau membohongi kamu dan diri saya sendiri dengan pernikahan ini," lirih Alif, jujur, mengeluarkan unek-unek dalam benaknya.
"Biarkan seperti ini. Zahra yakin cinta tumbuh karena terbiasa. Zahra masih ingin bertahan di sisi Mas Alif." Zahra menjeda beberapa detik. "Zahra rela dimadu."
Alif mengernyitkan dahinya. Apa? Apa Alif tidak salah dengar?
"Apa maksudnya, Zahra?" tanya Alif tak mengerti.
"Zahra siap jika Mas Alif ingin menikahi Azira. Zahra nggak mau ditinggalin Mas Alif." Suara Zahra lebih tegas tapi tetap ada air mata.
"Tapi kamu akan lebih terluka, Zahra. Begitu pun sama saya."
"Zahra akan lebih terluka jika Mas Alif mengusir Zahra dari hidup Mas. Zahra akan baik-baik saja. Zahra tau bagaimana cara mengatasi perasaan Zahra." Zahra kembali tersenyum penuh kelukaan.
Mengapa kau harus menyakiti hatimu sendiri, Zahra? batin Alif.
Alif tidak akan tega jika Zahra dimadu. Ia akan menyakiti Azira. Alif tidak mau menyakiti Azira. Alif lebih baik menceraikan Zahra karena dengan begitu Zahra tidak akan terluka lebih jauh dan Azira tidak akan merasakan kelukaan seperti Zahra.
"Zahra, saya mohon. Saya tidak ingin menyakiti perasaan kamu dan Azira," ucap Alif membujuk.
"Mas, Mas Alif harus yakin jika hati ini akan kuat dan tegar seperti hati Siti Sarah. Mas Alif harus adil seperti Nabi Ibrahim as," ucap Zahra sambil tersenyum dengan air mata kembali luruh. Entah kenapa air mata itu sangat susah untuk ditahan oleh Zahra.
"Zahra, kamu hanya akan tersakiti lebih jauh lagi. Tersakiti lebih sakit dari ini. Mari kit—" ucap Alif terpotong.
"Zahra yakin Zahra kuat walau tidak sekuat Siti Sarah. Izinkan Zahra bertahan di sisi Mas Alif." Zahra menatap nanar ke arah Alif sedangkan Alif menatap sendu ke arah Zahra. Tatapan mereka bertemu.
Alif merentangkan tangan. Segeralah Zahra berhambur ke pelukan Alif dan menangis di dada bidang Alif.
"Zahra, jangan memaksakan diri," lirih Alif.
"Zahra hanya ingin tetap bersama Mas Alif. Zahra hanya ingin tetap menjadi istri Mas Alif," ucap Zahra sambil menangis cukup keras.
Kini hanya hati Zahra yang benar-benar terluka. Entah harus berapa hati yang harus terluka karena cinta. Zahra sendiri tidak yakin jika ia sanggup, tapi ia ingat jika ia adalah istri Alif. Mungkin saat ini Alif belum mencintainya tapi bisa saja di masa depan Allah membalikan hati Alif menjadi mencintainya. Zahra berharap hari indah itu akan tiba saat Alif menyatakan cinta padanya.
Aku menunggu hatimu, Mas Alif...
🌼
Assalamu'alaikum
Jujur, saat nulis chapter ini tuh sedih banget😭 sampe hampir nangis tapi aku tahan. Kan malu, hehe😆. Apalagi aku nulis ceritanya sambil ngedengerin lagu Salaman Ya Rasulalloh dari Sabyan Gambus ft Adam Ali. Lagunya menyentuh banget tau😭.
Jangan lupa voment, ya😋.
Tania Ridabani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua [Dihapus Sebagian]
SpiritualHight Rank~ 1-#islam 1-#spiritual 1-#airmata 1-#allah 1-#cintasegitiga 1-#ikhlas Note: Part tidak lengkap. Empat belas chapter saya unpub termasuk 3 extra chapter. Di unpub bukan karena keperluan penerbitan, tapi karena tahap revisi. Selamat membaca...