Chapter 11 - 12

1.4K 58 3
                                    

(Sebuah Perhatian)

Pintu lift itu terbuka, Alana yg lebih dulu keluar karena harus masuk ke ruangan nya, sementara Mahendra masih berada di dlm lift karena Ruangan nya berada di Lantai paling atas, sengaja karena Mahendra ingin melihat indahnya ibu kota dari jendela ruangan nya.

"Ehem, jadi berupa hadiah kecil utk Nona Alana" sindir Naya sekertaris Mahendra, lelaki itu hanya menanggapi nya dgn senyum malu-malu.

"Saya senang akhirnya Pak Mahendra bisa kembali ceria seperti ini" ucap Naya sambil merapikan berkas di meja Mahendra, kembali Mahendra membalas ucapan Naya dgn tawa, Naya adalah orang yg telah bekerja sejak 13 tahun lalu, semenjak Perusahaan masih dlm kendali Pak Adijaya sendiri, sampai pada 6 tahun terakhir kini perusahaan itu berkembang pesat saat setelah Mahendra Adijaya Putra sulung dari Bastian Adijaya yg mengelola nya, bersekolah di Amerika, ilmu yg Mahendra dapatkan disana mendulang sukses, dan Naya memang karyawan Lama bahkan menjadi salah satu kepercayaan, Ia tahu persis apa yg Mahendra alami, terlebih Naya sudah menganggap Mahendra seperti adik sendiri, meskipun tdk ingin terlalu ikut campur dgn urusan pribadi Mahendra, akan tetapi perintah dari Mahendra dan gelagatnya memang berbeda, cara Ia memperlakukan Alana pun berbeda, dimulai dari baju yg Mahendra pesan, mengajak Alana masuk ke dlm lift eksekutif, dan menggandeng tangan Alana tanpa malu-malu menandakan jika memang ada hubungan spesial yg terjalin antara Bos dan Bawahan itu Pikir Naya dalam Hati.

"Emm bisakah kamu belikan saya sandwich?" Kata Mahendra memecah lamunan Naya.

"Oh tentu Pak"

"Oke, tolong belikan Sandwich dan bawa keruangan saya ya" ucap Mahendra.
Dengan segera Naya pun mengikuti perintah Bos besar, Ia memesan sandwich lewat delivery order.

***

Sementara Alana pun sedang sibuk mempersiapkan bahan utk Proyek besarnya, Ia dan tim divisi lain nya sedang menyiapkan laporan utk acara pembukaan produk baru, acara itu akan digelar secara resmi di sebuah gedung yg sudah Mahendra sewa.
Perut Alana mendadak keroncong, Ia sadar jika perutnya blm juga terisi makanan, tapi Ia tidak mungkin bisa meninggalkan pekerjaan ini, sampai tiba-tiba Ponsel Alana berdering, tanda sebuah pesan masuk, diberi nama 'Pak Mahendra (Bos)' di ponselnya

"Ke ruangan aku skrng!" begitu saja isi pesan itu.

"Iiish mau apalagi sih?" Keluh Alana kesal, padahal baru kurang lebih 1 jam tak jumpa setelah perpisahan di Lift.

Alana mulai mengetik utk membalas pesan Mahendra "maaf pak, masih ada pekerjaan yg harus saya selesaikan" tolak Alana secara halus, Mahendra geregetan menerima pesan Alana, knpa wanita itu tidak bosan menolaknya.

"Kamu mau membantah perintah Bos? Jadi begitu? Yaa siap-siap saja apa yg akan aku lakukan" balas Mahendra, kini Pria itu menyimpan Ponselnya dimeja sambil bersanda dikursinya dan menggoyang-goyangkannya, beberapa detik kemudian sebuah pesan masuk. Mahendra langsung bersemangat utk membuka pesan itu

"Fine! Saya keruangan Bapak" begitu isi balasan nya, membuat Mahendra kembali tersenyum kemenangan.

"Sepertinya aku memang tidak bisa jauh-jauh darinya" ucap Mahendra dlm sunyi ruangannya.

Tok tok tok, Alana mengetuk salah satu pintu ruangan yg diukir dgn pahatan apik juga gagang pintu yg berlapis emas, dibukalah oleh Mbak Naya.

"Eh Alana?"

"Pagi Mbak"

"Silahkan masuk, Kamu sudah di tunggu Pak Mahen di ruangan nya" ucap Mbak Naya dgn senyuman, Alana bingung, Mbak Naya memang baik, akan tetapi sambutan nya berbeda dari biasanya, terlihat sedikit lebih ramah, utk memasuki ruangan Mahendra Alana harus berjalan beberapa langkah utk membuka pintu ruangan yg dilapisi kaca itu, kemudian dgn ragu Alana membukanya.

One Night Stand (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang