Chapter 58

1.1K 78 43
                                    


(Tidak Sesuai Ekspektasi)

***

Sebuah taman dgn rerumputan hijau, air mancur yang disertai lampu dan kelap-kelip kunang-kunang yang menghiasi malam, juga taburan bintang dilangit seolah menjadi saksi untuk kedua insan yg pernah saling mencinta ini, dipertemukan kembali tanpa kesengajaan bukankah semua ini adalah takdir bukan kebetulan.


(Tidak Sesuai Ekspektasi)***Sebuah taman dgn rerumputan hijau, air mancur yang disertai lampu dan kelap-kelip kunang-kunang yang menghiasi malam, juga taburan bintang dilangit seolah menjadi saksi untuk kedua insan yg pernah saling mencinta ini, ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“kamu masih inget tempat inikan?” Tanya Nadine saat Ia dan Mahendra sudah duduk disebuah kursi kayu bercat putih.

Sutas senyum tipis terbalut dibibir Mahendra “tentu saja, banyak waktu yang pernah kita lalui disini” kata Mahendra

“aku mau ngucapin sesuatu buat kamu” ucap Nadine seraya memerhatikan wajah Mahendra yg masih focus menatap bintang

“apa?” jwb Mahendra kini matanya bertumbuk dengan Nadine.

“Selamat Ulang Tahun ya” ucap Nadine dgn senyuman hampa. Senyuman yg sulit diartikan, senyuman entah sebuah kesedihan atau kebahagiaan, Nadine sadar bahwa kini Mahendra bukanlah lagi miliknya


Sementara Mahendra terkejut, buru-buru Ia melihat ponselnya melihat hard an tanggal yang menunjukan bahwa hari ini adalah hari kelahirannnya dan Nadine masih mengingatnya, bahkan wanita pertama yg mengatakannya adalah Nadine bukan Alana, ah! Iya ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sementara Mahendra terkejut, buru-buru Ia melihat ponselnya melihat hard an tanggal yang menunjukan bahwa hari ini adalah hari kelahirannnya dan Nadine masih mengingatnya, bahkan wanita pertama yg mengatakannya adalah Nadine bukan Alana, ah! Iya Alana, saat setelah mengingat Alana dalam benaknya Mahendra jadi berpikir, Ia bahkan tidak pernah memberitahukan kapan hari ulang tahunnya tiba pada kekasihnya itu dan celaka! Kenapa harus Nadine yang mengucapkannya pertama kali, sungguh berat dirasa hati Mahendra, Ia jadi kembali menaruh simpatik kepada Wanita dari masalalunya ini.

Tawa kecil dari Nadine membuyarkan lamunan Mahendra “ck, rupanya Bapak Mahendra ini sangat sibuk, sampai-sampai melupakan hari ulang tahunnya sendiri”

“bagaimana bisa kamu ingat hari ulang tahunku?” Tanya Mahendra tidak percaya

“bagaimana mungkin aku lupa” ujar Nadine dgn mata yg berkaca-kaca.

“bahkan selama kita berpisah tidak ada satupun kenangan diantara kita yang bisa aku lupakan, kamu tahu Mahendra? Aku pergi bukan tanpa alasan, hanya saja mungkin aku tidak akan sanggup melihat wajahmu untuk terakhir kalinya, bukankah tidak ada perpisahan yg indah, setiap perpisahan itu menyakitkan, berpamitan hanya akan semakin melukiskan luka” seluruh luapan hatinya telah menguap beserta dengan menetesnya air mata, setelah menahan tak kuat rasanya hingga akhirnya pertahanan Nadine porak-poranda.

“kalo memang perpisahan itu menyakitkan lalu kenapa kamu memilih pergi? Kamu tahu aku sangat menderita” ucap Mahendra dgn mata yg memerah.

“tidak ada pilihan lain” ucap Nadine seraya mengusap air matanya sendiri, kini sorot kemarahan muncul dari ekpresi wajahnya. “kamu ingatkan? Bagaimana dulu mamamu menentang hubungan kita?”

“tapi aku nggak pernah peduli, bahkan aku selalu berusaha utk memperjuangkan cinta kita” ucap Mahendra dgn sesak

“aku tahu, semua memang salahku, tapi aku tidak ada pilihan lain, ini tentang ibuku” ucap Nadine lirih

“knpa dgn ibumu?”

“Ibu aku sakit keras, Ia butuh donor hati, tapi kamu tahu aku hanya seorang barista Kopi, Gajiku tidak akan mungkin cukup untuk membiayai pengobatan Ibu”

“kenapa kamu nggak pernah cerita soal ini sama aku?”

“karena aku nggak mau membuat kamu mengasihaniku”

“aku tidak pernah berpikir seperti itu”

Nadine terdiam sejenak, sementara Mahendra menghela nafas berat, kini Pria itu bangkit dan menuntut agar Nadine menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, namun Nadine mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah Syal, dgn anggun Nadine memasangkan Syal itu dileher Mahendra

One Night Stand (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang