Chapter 59

1.2K 70 25
                                    



(Sesal dan Cemburu)

Alana melihat jam dinding, kini tinggal menghitung mundur saja waktu akan segera berlalu dan hari akan segera berganti, itu artinya kejutan ulang tahun untuk Mahendra benar-benar pupus, Alana berjalan hendak mencopoti beberapa foto Mahendra yg masih terpasang disebuah papan yang siang tadi sudah Ia tempelkan, memang konyol apa yang Ia lakukan, sama sekali tidak ada artinya, norak! Bodoh! Umpatan itu Ia juluki untuk dirinya sendiri yang sudah dibuat bucin oleh Pria yg usianya 8 tahun lebih tua darinya.
Namun belum sempat Alana mencopot foto-foto itu Mahendra keburu datang dan membuka pintu apartemen, nafasnya terengah-engah lantaran Ia berlari dgn cepat, tak ingin melewatkan moment berartinya bersama wanita yg kini benar-benar sudah membuatnya menjatuhkan pilihan.

“Alana” gumam Mahendra dgn nafas yg masih tersengal-sengal, peluh membasahi keningnya, tangan Pria itu terkepal melihat kondisi apartemennya yg berbeda, adsa beberapa riasan dinding, juga ada beberapa fotonya yg menempel disebuah papan juga Cake yg masih tertata diatas meja, dibalut lilin yg menyala dgn angka usianya yg memasuki 30 tahun. Pria itu tersenyum sumbringah Ia berjalan mendekati Alana yang masih berdiri tanpa ekspresi, Mahendra hendak memeluk tubuh Alana tetapi dgn segera Alana menghindar, tangan Mahendra melayang diudara, Pria itu mengerutkan keningnya lalu menurunkan tangannya, Ia sadar sudah membuat sebuah kesalahan dgn membuat Gadisnya menunggu lama, Mahendra benar-benar menyesal sudah terjebak dimasa lalu, tidak seharusnya bahkan Ia berpikir untuk memperbaiki hubungannya dgn Nadine.

“Alana aku minta maaf, aku nggak tahu kalo kamu udh siapin semua kejutan ini, demi Tuhan aku benar-benar minta maaf” pinta mahendra dgn suaranya yg parau

“nggak masalah kalo kamu telat, tapi yang bikin aku kecewa kamu nggak kasih aku kabar, bahkan kamu nggak menjawab panggilanku, kamu tahu kan kalo aku khawatir sama kamu?!” ujar Alana dgn nada marah.

“iya sayang aku tahu aku salah, aku sudah membuat kesalahan karena ponselku tertinggal di dashboard mobil, maaf sudah membuat kamu khawatir”

“sebenernya kamu dari mana? Apakah meeting sampai harus pulang selarut malam ini?”

Mahendra menunduk bibirnya kelu, Ia tidak mungkin mengatakan bahwa Ia baru saja menghabiskan waktu bersama Nadine, Mahendra bukannya ingin menjadi pengecut hanya saja Ia tidak ingin kejujurannya semakin membuat Alana terluka, Mahendra juga tidak siap jika harus dibenci oleh wanita yg kini Ia cintai itu.

“aku… aku memang habis menemui perjamuan penting sama Client, tapi setelah itu aku ada urusan”

“urusan? Urusan apa?” cecar Alana.

“pokoknya ada urusan dan kamu nggak perlu tahu urusan itu karena nggak penting”

Alana tersenyum getir dan setengah menyeringai ejekan lewat tawa semunya yg terkesan sinis “kamu sedang berbohong Mahendra, semakin kamu berusaha menutupi sesuatu dariku, maka semakin aku ingin tahu akan suatu hal yg sedang berusaha kamu sembunyikan itu”

Mahendra menggeleng pelan, Ia mendekati Alana, Pria itu berusaha mengusap pipi Alana namun lagi-lagi ditepis, tangan Mahendra mengambang di udara

“Jangan sentuh aku! Aku jijik disentuh sama pembohong seperti kamu” Alana pun beranjak dan berusaha menghindari Mahendra, namun Mahendra berusaha mengejar Alana, Ia membuntuti Alana yg sedang menaiki anak tangga.


“Alana Pliss, aku Cuma nggak mau bikin kamu kecewa, tolong maafin aku ya, aku sudah mengakui kesalahanku jadi tolong jangan bersikap seperti ini, iya aku ngerti kamu marah tapi jangan lama-lama marahnya yaa, kamu tahukan aku paling nggak bisa dic...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Alana Pliss, aku Cuma nggak mau bikin kamu kecewa, tolong maafin aku ya, aku sudah mengakui kesalahanku jadi tolong jangan bersikap seperti ini, iya aku ngerti kamu marah tapi jangan lama-lama marahnya yaa, kamu tahukan aku paling nggak bisa dicuekin sama kamu” Mahendra nyerocos sambil membuntuti Alana namun Alana tetap acuh dan mengabaikan Mahendra

“Sayang dengerin aku dulu, aku nggak mau kehilangan kamu” kali ini Mahendra lemah, Ia sadar akan kesalahan yg sudah Ia lakukan, Ia jadi merasa was-was sendiri karena takut jika Alana mengetahui kebenarannya, Mahendra takut Alana akan meninggalkannya, tidak itu tidak boleh terjadi, Alana meraih daun pintu hendak masuk ke kamar itu namun dgn sigap Mahendra meraih tangan Alana sehingga punggung gadis itu menubruk dadanya, Mahendra berbisik lembut ditelinga Alana

“Aku bakalan ngelakuin apa aja asalkan kamu mau maafin aku, tolong kasih aku kesempatan” bisik mahendra lembut, Alana mengeretakan giginya muak rasanya, emosinya masih belum juga bisa mencair apalagi Mahendra tak mau berterus terang

“lepasin aku Mahendra, buat apa sih hubungan kita dipertahankan sedangkan kamu aja tertutup sama aku, kamu bahkan nggak mau jujur sama aku tentang suatu hal, aku ini tunangan kamu skrng, lupa ya kamu kalo udah ngelamar aku?”

Mahendra memeluk pinggang Alana erat, hancur rasa hatinya ketika Alana mulai meracau

“jangan ngomong kayak gitu Please! Jangan pernah berpikir untuk pergi dariku” ucap Mahendra parau, suaranya serak

Alana membalikkan tubuhnya, Ia tidak ingin menangis dihadapan Mahendra, Alana mengangkat dagunya angkuh “kamu sendiri yg membuat aku merasa ingin pergi”

“cukup! harus berapa kali sih aku bilang sama kamu jangan membuang waktu dgn kata perpisahan! Kamu nggak punya alasan untuk pergi dariku, sejak pertama kali kita bertemu sampai sekarang dan seterusnya kamu itu milikku” tegas Mahendra yg tidak terima dgn ancaman dan geretakan Alana

“egois sekali, seharusnya kamu seneng dong aku pergi, karena kalau aku tetap disini kamu akan semakin sulit untuk CLBK-an sama mantan kamu itu” ucap Alana yg matanya melihat kelain arah, Ia tidak sanggup rasanya menatap mata Mahendra.

“harus berapa kali aku jelasin aku cinta sama kamu! Aku nggak mungkin balikan sama dia!” Mahendra menarik pinggang Alana dan mencium bibirnya, melumatnya tanpa ampun, Alana memukul punggung Mahendra, rasanya tidak terima dgn tindakan semena-mena yg Mahendra lakukan.

“brengsek!” umpat Alana sambil menampar pipi Mahendra, gadis itu sesegukan kala rasa sesak didadanya membuncah.

Lagi Mahendra mendaratkan ciuman untuk Alana kali ini lebih lembut, Alana yg semula berontak kini mulai pasrah, terserah saja si lelaki egois ini mau apa, Ia sudah kehabisan tenaga, percuma juga melakukan perlawanan, karena tenaga wanita tidak akan bisa sebanding dgn tenaga Pria.

Setelah dirasa jauh lebih tenang, Mahendra melepaskan Alana, Pria itu menempelkan keningnya pada kening Alana sementara matanya terpejam, Ia ingin menikmati setiap hembusan nafas wanita itu

“kamu sudah merusak semuanya” ucap Alana, sementara posisinya masih sama Mahendra masih menempelkan keningnya pada kening Alana

“Ya aku tahu, Sorry… I am so Sorry” kata Mahendra lirih

“kejutan itu aku buat susah payah tapi kamu malah tidak ada diacara yg seharusnya menjadi hari special buat kamu” kata Alana yg kembali sesegukan

“maaf” tidak ada kata lagi yg bisa Mahendra ucapkan selain meminta maaf

“sekarang kamu sudah puas kan? Sudah membuat aku kecewa tapi masih bisa mendapat ciuman dariku, terimakasih atas pelecehannya” ucap Alana, rasa marahnya masih juga belum bisa mereda, Mahendra membuka mata dan Ia menangkup kedua belah sisi wajah Alana

“aku cium kamu karena aku sayang sama kmu! Berhenti mendebatkan aku, kalau kamu masih bersikap seperti ini masalah kita nggak akan selesai” Mahendra menyelipkan rambut Alana dan mengusap air matanya yg masih tersisa.

“Aku kecewa sama Kamu!”

“Iya aku ngerti, sebaiknya kamu istirahat, sudah sangat larut malam, aku nggak mau kamu sakit, kalo emg masih mau marah silahkan, tapi dilanjut besok aja, terserah kamu mau ngapain aku besok, mau dihajar atau ditamparpun silahkan kalo itu bisa bikin kamu jauh lebih baik, tapi malam ini sebaiknya kamu tenangin pikiran kamu dulu” ucap Mahendra kemudian memberi kecupan singkat hingga membuat mata Alana terpejam utk sesaat, bagaimana bisa Alana marah kalau Mahendra bersikap manis seperti ini?
Mahendra membuka handle pintu mempersilahkan Alana masuk “silahkan, kamu tidur di kamar, biar aku tidur diluar” ucap Mahendra. Pria itu pergi, sementara Alana memandangi punggung Mahendra sampai akhirnya Ia memutuskan utk masuk, Mahendra benar, Ia harus berisirahat dan menenangkan pikiran, tidak boleh stress karena Alana tidak ingin sesuatu terjadi pada janinnya.

Sementara Mahendra mengedarkan pandangannya pada ruangan yg sudah didekorasi sedemikian rupa, foto-foto masa kecilnya dan masa remaja hingga Ia menjadi seorang CEO muda pun terpajang didinding dan Mahendra semakin merasa bersalah, seniat itu Alana mencari tahu tetang dirinya, Cinta Alana begitu tulus namun Ia malah berpikir ingin memperbaiki hubungan dgn wanita yang jelas sudah meninggalkannya karena Uang, meskipun itu terpaksa namun tetap saja Ia menukar cinta dgn Uang, Mahendra kembali melangkah kemudian langkahnya terhenti di sebuah meja, Ia memotong kue itu lalu mencicipinya, air matanya menetes setelah mencicipi kue itu, Ia tersentuh melihat kejutan sederhana yg Alana lakukan, Ia telah melakukan kesalahan fatal dgn memilih menghabiskan waktu dgn Nadine, tidak sadar jika justru Ia malah kehilangan moment berharga dalam hidupnya, seharusnya Ia bisa menerima suapan kue dan ucapan Selamat Ulang Tahun dari Alana, namun lihatlah? Karena kebodohan dan kegamangannya Ia merusak acaranya sendiri, kini yg tertinggal bukanlah sebuah kenangan melainkan sebuah rasa sesal.

***

Keesokan harinya Alana sudah bersiap, Ia sudah muak dan tidak ingin membahas soal semalam, gadis itu akan mencoba melupakan rasa kekecewaannya dgn pergi bekerja, di kantor Ia akan bertemu dgn sahabat-sahabatnya dan candaan dari rekan-rekannya itu mungkin bisa membantu Alana melupakan kesedihannya, Ia tidak berniat membangunkan Mahendra yg masih tertidur pulas di Sofa ruang tamu, bahkan rasanya untuk bicara dgn nya saja muak, biarlah amarah itu mencair seiring dgn berjalannya waktu. Namun saat Alana melangkah dgn hati-hati Mahendra malah terbangun, Ia menggisik mata pelan lalu ketika melihat Alana Mahendra langsung membuka mata lebar dan bangkit, Ia menghampiri Alana.

“kamu kok nggak bangunin aku sih sayang?”

“memangnya kamu pikir aku alarm?” jwb Alana ketus

“Jadi masih marah nih”

“kamu pikirin aja sendiri”

Mahendra mendekat dan meraih kedua tangan Alana “ayodong sayang, maaafin aku ya”

“minta maaf itu gampang, tapi yg kamu lukai itu ini" ucap Alana seraya menepak dadanya.

One Night Stand (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang