Chapter 19

1.2K 68 9
                                    

(Like a Sweet Dream)

Stella sudah bersiap karena Ia harus segera pergi ke Butik, gadis itu turun ke Lantai bawah dan menuruni anak tangga dgn langkah gontai, Ia terkejut ketika melihat Mahendra sedang tertidur pulas sambil memeluk Alana, situasi ini semakin membuat Stella yakin jika Mahendra dan Alana memang ada sesuatu, dgn langkah hati-hati Stella pun beranjak tanpa ingin mengganggu tidur Kakak dan Calon Kakak Iparnya itu, Stella senang sekali jika Mahendra benar-benar sudah bisa membuka hati utk wanita lain, tujuannya ke Jakarta bkn lah semata utk mengurus Butik saja, akan tetapi utk mencarikan Mahendra jodoh, dan kehadiran Alana sudah menjadi jawabannya. Dengan begitu Stella juga tdk perlu repot-repot mencarikan Mahendra calon pendamping. Sebuah senyum tipis terlukis diwajah Stella, kemudian Ia pun berlalu menuju pintu keluar sambil mengendap-endap.
Alana merasa tidur diatas rumput halus yg membuatnya merasakan kenyamanan, ingin sekali tidur dlm keadaan yg seperti ini utk waktu yg lama, namun Alana merasakan sesak kala seperti ada yg menekan bagian perutnya, juga deru nafas yg beraturan menerpa keningnya, perlahan mata Alana terbuka ketika mendapati Mahendra yg sedang tidur disampingnya, dadanya yg bidang menjadi Sandaran kepalanya, tangannya yg kekar dan perkasa sedang memeluknya lekat, Alana kesulitan utk bergerak, dikarenakan harus terhimpit oleh tubuh Mahendra dan punggung kursi.

"Pak Mahendra..." panggil Alana tiba-tiba. Mahendra ternyata juga sudah terbangun ketika ada pergerakan kecil dari kepala Alana.

"Apa?" Mahendra membalikkan badannya memunggungi Alana.

"Tidur saja lagi, aku juga mau tidur lagi. Bangunkan aku 10 menit lagi yaa, badanku pegal-pegal karena harus memelukmu sepanjang malam" ucap Mahendra.

"Hah?! Tapi saya nggak minta bapak melakukan itu" kata Alana.

"Ya tapi mana bisa aku membiarkanmu tidur seperti semalam, kalau jatuh bagaimana?" Kata Mahendra selanjutnya.

Alana menyiritkan alisnya, tiba-tiba matanya terbuka lebar, mulutnya menganga shock, Ia meraba-raba tubuhnya sendiri ingin memastikan bahwa pakaian nya masih terpasang utuh ditubuhnya, Alana ingin memastikan bahwa tubuhnya masih dibalut oleh helaian benang, tidak seperti waktu itu saat Mahendra sudah berbuat lebih, setelah menyadari bahwa pakaiannya masih menempel ditubuhnya Alana pun mampu bernafas lega. Alana melirik Mahendra, Ia menekan punggung Mahendra dgn telunjuknya. "Pak Mahendra..." Panggil Alana lagi.

"Hmmm" jwb Mahendra menggeram.

"Saya mau bangun, saya harus pulang" kata Alana. Mendengar ucapan Alana, Mahendra merasa terganggu, rasanya tidak rela membiarkan Alana pulang begitu saja. Mahendra membalikkan badannya lagi menghadap Alana, nafas Alana terhenti, dirasa jantungnya seakan mau copot.

"Jadi mau pulang begitu saja setelah semalam menggodaku" ucap Mahendra sengaja ingin mempermainkan Alana.

"Apa kamu selalu mendadak jadi amnesia setelah mabuk?" Tanya Mahendra kembali.

"Mabuk?" Tanya Alana belaga' lupa. Ia memutar bola matanya kelain arah utk memutar ulang waktu agar bisa ingat kejadian semalam. Dan Yaaa ketemu! Alana memang minum Wine bersama Stella, Mungkin Stella sudah kebal dan sudah menjadi kebiasaan baginya, sehingga tdk menimbulkan efek apa-apa padanya, tapi Alana? Ia akan terkapar.

"Sa... Saya... Minta maaf, apa saya berbuat tidak sopan terhadap Pak Mahendra?" Tanya Alana panik.

Mahendra sedang menahan senyum, masuk perangkap, Pria itu memanfaatkan situasi dan kepolosan Alana utk menahannya agar tetap berada di apartemennya.

"Tentu saja? Apa kamu lupa sudah meraba-rabaku seperti ini?" Tanya Mahendra sambil meraih Alana dan membiarkannya meraba wajahnya.

Pipi Alana memerah, Ia segera menarik tangan nya dan bangkit, Ia terduduk di kursi sambil menutup wajahnya malu.

One Night Stand (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang