Chapter 24

1K 41 8
                                    

(Crazy Love)

Sekitar pukul 7.00 Mahendra sudah bersiap di depan Rumah Stella adiknya utk menjemput Alana, Pria itu terlihat Rapi dan sangat gagah mengenakan kameja berwarna biru telur asin dan Dasi berwarna Biru Dongker yg dibalut setelan Jas berwarna hitam, sangat tampan dgn ciri khas rambut yg berphoni, wajahnya sumbringah lantaran sudah mendengar pernyataan dari Alana soal pengakuannya malam tadi setelah mereka Diner dan berdansa.
Alana keluar dari balik Pintu rumah Stella, Ia sedang berbincang dgn Stella, yg juga hendak berangkat utk ke Butiknya. Seketika Stella menatap bingung kearah Mahendra yg sedang berdiri disamping pintu mobil sambil melipat tangan didada dan sedang tersenyum sambil menatap Alana.

Stella menatap sinis kearah Kakaknya.
"Ngapain pagi-pagi kesini? Tumben bgt" ucap Stella datar.

"Ya mau jemput Alana lah" kata Mahendra dgn wajah angkuhnya.

"Eh? Saya?" Ucap Alana kaget.

"No! Alana berangkat bareng aku, ada yg mau aku obrolin sama Dia penting" kata Stella.

"Nggak! Nggak bisa! Pokoknya Alana tetep bareng sama aku" ucap Mahendra tak mau kalah.

"Ihhh kak Mahendra jangan resek deh, mendingan minggirin mobilnya jangan disitu mobil aku mau keluar" keluh Stella terhadap Kakaknya, Alana hanya diam dan sesekali tersenyum menyaksikan perdebatan antara Adik dan Kakak sedarah ini.

"Pak Mahendra, sebaiknya Bapak berangkat duluan saja, saya nggak enak sama Stella" ucap Alana ragu-ragu.

"Tuh! Denger sendiri kan Alana bilang apa? Udah hus-hus!! Sana 😆" ujar Stella dgn tawa kemenangan. Raut kekesalan tampak dari wajah Mahendra dan membuat Alana merasa serba salah, tapi bukan Mahendra namanya kalau mau mengalah, Pria ini ambisius dan rada sedikit maksa, apalagi menyangkut Alana, jadi tanpa aba-aba Mahendra pun meraih tangan Alana dan menggandengnya, dibukakan pintu mobil itu agar Alana bisa dgn mudah memasukinya.

"Jadi kamu lebih nggak enak sama Stella dari pada sama Aku? Kamu lupa kalo aku ini Bos kamu?" Kali ini Mahendra menggunakan kekuasaannya utk membuat Alana menurutinya.

Alana mengerucutkan bibirnya, Ia menoleh kearah Stella.

"Mulai deh modusnya" ucap Stella sebal.

"Masuk!" Ucap Mahendra.

"Tapi..... Stella"

"Nggak usah pedulikan, kamu masih bisa ngobrol sama Stella, kesempatan kamu buat ngobrol sama dia bnyak" ucap Mahendra yg mulai berdecak kesal.

Alana tahu sekeras apapun usahanya utk membantah, Ia pasti akan kalah, sambil menarik nafas Ia pun masuk ke dlm mobil Mahendra, sebuah senyum kemenangan terpancar dari wajah Mahendra. Stella hanya bisa geleng-geleng kepala heran, tapi disatu sisi Ia gemas juga melihat gelagat Mahendra dan Alana yg malu-malu tapi mau :D

"Stel, maaf bgt yaa" ucap Alana sambil membuka kaca samping mobilnya.

"Its oke, yaudah kamu hati-hati yaaa dan siapin stok sabar buat ngadepin Bos yg nyebelin" ucapnya sambil berusaha menahan tawa.

Alana mengangguk sambil berusaha menahan tawanya, sementara Mahendra masih menekuk wajahnya dgn ciri khas wajah angkuhnya itu. Dan akhirnya Alana dan Mahendra berangkat ke kantor bersama, ditengah perjalanan Mahendra lupa belum memakai safety belt nya, Pria itu terlihat kesulitan dengan satu tangan yg memegang Stir Kemudi satu tangannya berusaha menarik Safety belt, Alana memperhatikan Mahendra, gadis itu merasa perlu membantu bosnya yg sedang kesulitan, Alana mencopot sabuk pengaman nya dan kini tubuhnya mendekati Mahendra, tangannya melewati tubuh Mahendra jelas perlakuan Alana yg tiba-tiba itu membuat Mahendra bersusah payah menelan air liurnya, matanya tak lekat memandang wajah Alana dari dekat, dlm hati hanya mampu mengagumi dan utk kali ini jantung Mahendra yg berdegup kencang lantaran sedang berusaha menahan hasrat yg melekat dalam diri laki-laki. Alana kemudian mengunci safety beltnya, sehingga sudah terpasang namun Menyadari jika Mahendra sedang menatapnya tajam, Alana pun bergantian membalas tatapan itu, dan lampu Merah menyala, membuat Mahendra memberhentikan mobilnya secara mendadak sehingga membuat Alana spontan memeluk Mahendra kaget. Mahendra tertawa kecil.

One Night Stand (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang