Diriku berada di ruang tamu, menunggu kedatangan orang yang sangat aku rindukan.
Tapi malangnya, ketenangan jiwa ku terganggu oleh salah satu makhluk hidup yang tidak jelas ini.
Muhammad Fariq Mahendra namanya. Ya, dia adalah kakak ku.
"Kangen?" tanya makhluk tidak jelas itu.
"Opo sih mas?"
"Yaelah, masih aja ngambekan."
"Siapa yang ngambekan?!"
"PMS ya kamu dek?"
"Mas!!!"
"Marah-marah mulu."
"Kalau mas ga ngeselin, aku ga akan marah-marah."
"Loh, mas ga buat apa-apa, cuman nanya. Malu bertanya sesat di jalan."
"Ini ruang tamu, bukan jalan, jadi ya ga usah nanya."
"Berani ya sekarang sama mas?"
"Ngapain takut sama mas? Mas bandel, tinggal bilang bapak, biar disuruh push up." ucapku sambil menjulurkan lidah
"Anceman mu nduk."
"Mas."
"Apa?"
Aku berpikir, apakah aku harus menanyakan hal ini kepada mas Aiq?
"Kenapa Kay?"
"Mmmm... Anu..."
"Anu opo?"
"Ga jadi deh mas."
Pikiran ku berubah. Terlalu banyak resiko jika aku bertanya tentang hal ini. Yang ada, makin rumit.
"Kan, ga jelas. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Mas ga suka."
"Engga mas. Ga penting."
"Assalamualaikum!"
Perbincangan ku dengan mas Aiq terhenti ketika suara salam terdengar. Dan aku pun melihat orang yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.
Ya, aku langsung berlari ke arah bapak dan langsung memeluknya dengan erat, seakan-akan tidak ada waktu lagi.
"Bapak sama ibu suruh duduk dulu dong Kay." ucap mas Aiq
"Ayo pak, bu!"
Kami pun duduk bersama di ruang tamu, dan tentunya, aku tidak melepaskan pelukan ku sama sekali.
"Gimana kabar mu mas?" tanya ibu
"Seperti yang ibu lihat."
"Kay??" tanya ibu
"Baik Bu.."
"Bapak sama ibu mau bersih-bersih dulu, abis itu kita ngobrol-ngobrol." ucap bapak
"Nanti aja!!"
"Badan bapak lengket loh Kay."
"Ga papa."
"Biar bersih-bersih dulu dek." ucap mas Aiq
Aku pun menurut. Bapak dan ibu pergi ke kamar mereka untuk bersih-bersih.
Ya, beginilah aku bila bertemu dengan bapak. MANJA! Pake banget.
"Siap-siap lagi ini mah."
"Siap-siap ngapain mas?"
"Liat aja nanti."
Mas Aiq ini tidak jelas. Apa coba?!
Tiga puluh menit berlalu, bapak dan ibu kembali ke ruang tamu. Tentunya aku langsung memeluk bapak.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOGYAKARTA
Teen FictionDi bawah cakrawala dan di atas bentala Yogyakarta, aku dan kamu, mendapat restu dari sang pencipta, untuk bersatu menjadi kita.