Selasa, 18 Oktober 2011
Satu bulan sudah aku dekat dengan mas Alvin, tidak ada perbedaan dari awal hingga saat ini.
Aku tengah berada di lapangan untuk menyaksikan penampilan dari murid-murid berbakat di sekolah ku.
Ya, ini acara rutin satu bulan sekali. Jadi, murid-murid sekolah ku bisa menunjukkan bakatnya.
Tapi..
Kali ini aku sedih.
Aku marah.Kenapa?
Pak Danang tiba-tiba saja mengambil mic, dan beliau mulai mengeluarkan suara.
"Baiklah anak-anak. Untuk yang satu ini, tidak kalah hebatnya dengan yang lainnya. Tidak berlama-lama, kita panggilkan saja, Muhammad Pradipa Alvin Ardianto!"
Pikiranku penuh dengan tanda tanya. Mas Alvin? Dia ingin menampilkan apa?
Awalnya, ku kira dia ingin bernyanyi atau main gitar. Tau-tau nya...
"Kalian tau kenapa bapak memanggil Alvin?" ucap pak Danang
Para murid berteriak tidak.
"Baiklah, Alvin, kamu bisa sampaikan ke teman-teman yang lain." ucap pak Danang
Mas Alvin menerima pemberian mic dari pak Danang. Wajahnya sih seperti biasa, cuek.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!" salam mas Alvin
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!" jawab semua
"Berdirinya saya di sini, bukan bermaksud untuk mencari muka. Tapi, saya minta doa kepada kalian semua."
Deg...
Mas Alvin minta doa? Tapi kenapa?"Syukur alhamdulilah, saya, terpilih menjadi pemain voli utama, untuk mewakili provinsi Yogyakarta di Nasional nanti. Dan saya minta doa untuk kalian semua, semoga, bisa menampilkan yang terbaik."
Hah?!
Mewakili provinsi Yogyakarta?! Aku gak salah denger kan?! Kenapa dia tidak memberi tahu ku tentang hal ini?!Bukannya kami tidak berkomunikasi selama ini, tapi, dia tidak memberi tahu kalau dia terpilih menjadi pemain utama.
Yang aku tau, dia mendapatkan latihan lebih berat dan lebih sering. Jadi, tidak bisa sering-sering bertemu dan berkomunikasi seperti awal-awal.
Ya, aku mengerti. Itu kan profesinya dia. Lagi pula, mas ku juga seperti itu kok. Tapi, kenapa ga pernah kasih tau?!
Tiba-tiba saja ada siswi yang memberikan pertanyaan dengan cara berteriak.
"Lomba nya kapan?!"
"Awal Desember. Tapi selama satu bulan, saya pelatihan di pusat."
"Terus, ga sekolah dong?!"
"Engga. Saya dispen selama satu bulan. Lebih malah."
Ya jagat Dewabantra! Apalagi ini?! Ditinggal satu bulan, tanpa mengabari sebelumnya?!
Selebihnya aku tidak mendengarkan perkataan mas Alvin. Ingin menangis rasanya. Sebenarnya aku ini apa?
Acara sudah selesai. Kami kembali ke kelas. Aku memasang wajah murung, untung saja tidak ada yang bertanya-tanya.
Alvin
Aku tau Kayla pasti kecewa hari ini. Sebenarnya aku tidak ingin, tapi mau bagaimana lagi? Tuntutan dari sekolah untuk meminta doa.
Ya, aku memang tidak memberitahukan Kayla tentang hal ini. Aku menunggu waktu yang tepat.
Ga mungkin aku menyampaikan hal ini hanya melalui pesan telepon. Tapi mau bagaimana lagi? Setiap aku ingin bertemu, pasti selalu saja ada halangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
YOGYAKARTA
Novela JuvenilDi bawah cakrawala dan di atas bentala Yogyakarta, aku dan kamu, mendapat restu dari sang pencipta, untuk bersatu menjadi kita.