CEMBURU BUTA

406 27 0
                                    

Dari Selasa sampai ke Jumat, tidak ada kejadian yang begitu menarik, normal-normal saja seperti hari-hari lainnya.

Tiga hari juga aku tidak bertemu dengan mas Alvin. Biasanya dia nongkrong di kantin.

Dibilang rindu, ya ga tau. Kan sudah dibilang, hati ku ini bimbang. Lagi pula, kalau aku rindu, memang dia akan rindu juga?

Ingin aku tanyakan hal ini kepada orang yang tengah makan di hadapan ku, tapi, malu rasanya.

"Kamu kenapa Kay?" tanya Ghani

"Ga papa Ghan."

"Kalau kamu mau nanya, nanya aja. Mata mu berbicara."

"Puitis sekali bahasa mu Ghan."

"Aku serius Kay."

"Ga ada Ghani kesayangan mas Sadam." goda ku

"Apa sih Kayla!"

"Ngomongin saya kok di belakang!" ucap sang pemilik nama yang datang tak diundang.

"Siapa juga yang ngomongin mas?" tanya ku

"Kuping ku ini masih berfungsi dengan baik Kayla."

Aku hanya tersenyum.

"Oh iya, pas banget nih ada mas Sadam." ucap Ghani

"Pas gimana Ghan?" tanya ku

"Kamu mau nanya soal mas Alvin kan?"

Astaga, Ghani ini kok bisa baca pikiran ku ya? Dia itu mendalami ilmu apa sih?

"Engga!" bantah ku

"Yaelah Kay, nanya aja udah!"

"Alvin lagi di kelas sekarang. Lagi tidur." ucap mas Sadam

"Dari kemarin mas?"

"Rabu sama Kamis dia dispen. Ada latihan tambahan."

Pantesan, ga kelihatan batang hidungnya.

"Rindu Kay?" tanya mas Sadam

Aku ingin menjawab iya sebenarnya, tapi..

"Engga mas, tumben aja, biasanya ga pernah absen kantin."

"Berarti, selama ini, kamu nungguin Alvin di kantin?"

Oke, baiklah, mode menyebalkan sudah dinyalakan.

"Engga mas Sadam. Tolong jangan kayak Ghani lah!"

"Loh, aku diem loh dari tadi." ucap Ghani

Aku tidak menanggapi, bisa panjang urusannya.

Kebahagiaan ku di hari Jumat adalah pulang cepat. Siapa yang tidak senang dengan pulang cepat?

Aku berjalan bersama dengan Ghani menuju gerbang sekolah. Tapi dalam perjalanan...

Aku melihat sesuatu yang tiba-tiba saja membuat langkah kaki ku berhenti. Dan, entah lah, hati ini....

Aku melihat mas Alvin tengah berjalan berdua dengan seorang gadis, dan mereka tengah tertawa bersama. Seperti, berpacaran.

Ini lah hal yang tidak aku inginkan. Patah hati. Makanya aku ga mau suka sama laki-laki.

Ghani mengguncang bahu ku, aku tersadar atas lamunanku. Ku lihat mas Alvin melihat ku.

Wajah yang tadinya bahagia, berubah drastis menjadi ekspresi yang tidak terbaca.

"Kay, kamu ga papa kan?" tanya Ghani

Aku memutus pandangan ku terhadap mas Alvin, dan aku ingin pulang, sekarang! Aku tidak mau bertemu laki-laki itu.

"Aku duluan Ghan!"

"Kayla!"

Aku mengacuhkan teriakan Ghani. Seperti biasa, aku menaiki angkutan umum, sendirian. Bodoh Kayla, padahal, kamu bisa bersama Ghani tadi.

Sampai depan komplek perumahan, aku turun dan berjalan menuju rumah. Tenang, aku tidak seperti sinetron yang di perjalanan nangis karena laki-laki. Ga tau nanti kalau di kamar.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" jawab ibu

"Bapak mana Bu?"

"Ada di kamar, lagi siap-siap mau sholat Jumat."

"Oh."

"Kamu ga bareng mas Aiq?"

"Mas kan latihan Bu."

"Ga pulang dulu memangnya?"

"Mas Aiq kalau hari Jumat emang gitu Bu."

"Ga sempet pulang memang?"

"Katanya sih, cape di jalan kalau pulang."

"Yaudah, kamu bersih-bersih, jangan tidur, sholat dulu sama makan."

"Iya Bu. Kayla ke atas."

"Yaudah."

Aku melakukan semua hal yang diperintah oleh ibu ku, baru bersih-bersih sih, tinggal nunggu waktu Dzuhur aja.

Memejamkan mata, dan kejadian itu lagi yang terbayang. Apa ini yang namanya sakit hati?

Kenapa harus sakit hati? Memang wanita itu pacar nya mas Alvin? Bisa aja temen. Tapi kalau bukan temen?

Engga-engga! Pasti dia itu temennya doang. Ayo dong Kayla, kamu cemburu buta!

YOGYAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang