MINI BUS

161 20 0
                                    

Berakhir sudah komitmen ku dengan laki-laki itu yang dibuat di tukang bakso.

Aku semakin membenci Jakarta. Bagus kamu Jakarta, berhasil membuat orang berubah begitu kembali ke tempat asal.

Aku tidak membicarakan hal ini kepada siapa pun. Menghindari mas Aiq tentunya.

Kalau mas Aiq sampai tau hal ini, pasti laki-laki itu sudah habis oleh mas Aiq.

Tidak ada komunikasi, tidak ada lagi gombalan-gombalan yang membuat aku melayang entah kemana.

Saat ini aku berada di kantin sekolah, sendirian tentunya. Oh iya, aku sudah tidak lagi bersama Ghani. Kami sudah berbeda sekolah, ya beruntungnya masih di satu wilayah sih.

Aku sedang makan dengan tenang dan hikmahnya, tiba-tiba saja datang perusuh.

"Masih galau neng?"

Dari suaranya saja aku sudah mengenal siapa orang yang datang.

"Berisik." ucap ku

"Baru datang sudah dibilang berisik."

"Nyatanya memang seperti itu."

"Atlet voli asal Yogyakarta, dengan segudang prestasi dan ketampanannya. Dikabarkan tengah dekat dengan seorang remaja perempuan Jakarta. Atlet tersebut bernama..."

"Bisa diam tidak?" ucap ku dengan tatapan sinis

"Biasa aja neng matanya, mau keluar tuh!"

Aku pun semakin menatap nya tajam.

"Memang dia siapa kamu?" tanya nya

"Bukan siapa-siapa."

"Perempuan memang seperti itu ya?"

"Maksudnya?"

"Kalau diakhir merasa disakiti, akan lupa kalau di awal pernah bahagia bersama laki-laki itu."

"Sebuah titik hitam bisa merusak apapun yang indah."

"Kenapa ga coba di buat indah?"

"Akan berbeda rasanya kalau sudah diubah."

"Setidaknya ada perbaikan."

"Tapi akan berbeda dengan yang di awal kan?"

"Cerita dong."

"Kayla benci sama Jakarta."

"Tempat, atau manusia nya?"

"Dua-duanya!"

"Kenapa?"

"Manusia Jakarta berhasil membuat orang-orang yang masuk ke Jakarta berubah. Jakarta nya sendiri berhasil membuat seseorang lupa di mana rumah asalnya."

"Berarti kamu benci saya dong?"

"Maksudnya?"

"Sabian Prabaswara Wiraguna. Jakarta, 1 Januari 1997. Lima belas tahun belajar kehidupan di Jakarta."

Akun sedikit terkejut, ternyata kak Abi ini bukan asli Yogyakarta. Salah aku ngomong membenci Jakarta.

"Kak Abi pindahan?"

"Ya. Seharusnya dari awal kamu sudah dapat menebak kalau saya ini bukan asli Yogyakarta."

"Dari mana bisa nebak?"

"Logat saya kan beda."

"Orang Yogyakarta asli ada yang tidak bisa logat Yogyakarta kak."

"Ya ya. Balik lagi ke awal, alasan kamu membenci Jakarta itu ga logis."

YOGYAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang