MOODBOOSTER

169 19 0
                                    

Rabu, 20 Juni 2018

Lulus S1 itu belum menjadi dokter yang sesungguhnya. Istilahnya, hanya gelar.

Masih banyak yang harus dihadapi. Salah satu nya saat ini. Kemarin malam, aku ditelepon oleh salah satu rektor kampus.

Ya, saat ini aku memasuki yang namanya fase program profesi dokter atau yang lebih terkenal koas.

Yang nantinya, setelah koas aku akan ujian kembali, dan akan wisuda kembali. Tapi setelah wisuda, masih belum yang namanya praktek. Masih ada lagi, panjang kan?

Pembicaraan ku dengan rektor membahas tentang koas ku. Katanya, aku ditempatkan di salah satu kota.

Kota Jakarta. Kenapa ya, selalu dapat nya di Jakarta? Apa karena Tuhan memaksa ku untuk menghapuskan rasa ketidak sukaan ku terhadap Jakarta?

Aku pun memutuskan berbicara ke pada ibu ku hari ini. Jujur saja, aku jadi gak ikhlas menjalankan nya.

"Bu."

"Kenapa?"

"Memang kalau koas, ga bisa milih tempat?"

"Tergantung kampus nak. Kenapa memang?"

"Tadi malam rektor menghubungi Kayla. Katanya Kayla di tempatkan di Jakarta. Dan ya, rotasi nya hanya di rumah sakit Jakarta saja."

"Loh, bagus dong Kay."

"Bagus gimana bu?"

"Nak, istilahnya ya, Jakarta itu pusat teknologi di Indonesia."

"Apa beda nya dengan rumah sakit lain?"

"Kamu akan ngerasain nanti."

"Ibu mah!"

"Nikmati saja Kay. Banyak sarjana kedokteran maunya koas di Jakarta. Kamu yang sudah ditempatkan, malah tidak ikhlas."

"Ish! Kayla gak suka Jakarta."

"Terus, kalau bapak gak suka medan perang. Bapak gak akan ikut menjaga negara. Gitu?"

Ya, bapak ku datang. Lengkap sudah penceramah ku hari ini. Tinggal mas Aiq saja.

"Pak, tapi kenapa harus Jakarta?!"

"Memang ada apa sih dengan Jakarta?"

"Rahasia."

"Anak bapak kok mainnya rahasiaan."

"Nikmati saja nak. Yang namanya menggapai cita-cita, pasti ada hal yang harus kita korbankan. Kamu mau S1 kamu sia-sia?" ucap ibu

"Ya engga lah! Udah bolak balik ke rumah sakit, masa cuman jadi pasien doang!"

"Yaudah, nikmati saja."

"Kay, kamu pikir selama bapak tugas, bapak selalu suka tempatnya? Gak Kay. Apalagi masa-masa awal." ucap bapak

"Terus, bapak gimana?"

"Curhat ke kakung mu. Kakung mu bilang, kalau kamu gak ikhlas jalaninnya, cita-cita juga gak akan ikhlas datengin kamu. Menjauh malah."

"Terus, bapak nurut gitu aja?"

"Awal bapak males-malesan, tapi ya karena bapak mikir, masa iya berhenti sekarang? Jadi ya, bapak berusaha untuk ikhlas."

"Bapak sama aku kan beda."

"Sama-sama meraih cita-cita. Sudah lah, yang namanya bekerja itu ga ada yang senang."

Aku hanya mengangguk. Mungkin ini sudah takdirku. Sudah lah terima saja.

"Assalamualaikum! Wih, ada sesi curhat apa nih?" ucap mas Aiq yang baru saja pulang

YOGYAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang