Senin, 17 Desember 2013
Selesai juga ujian ku selama satu minggu. Akhirnya, otak ini bisa istirahat.
Perlu kalian ketahui, ujian kelas akselerasi dengan kelas biasa itu berbeda. Ya kayak materi 2 kelas digabung gitu.
Sebelum tanggal 25 Desember, kami masih tetap masuk sekolah untuk remedial-remedial dan yang lainnya.
Aku sih hari ini ulangan susulan, karena kalian tau lah aku sempat kecelakaan.
Saat ini, aku tengah bersama seorang teman ku yang bernama Karin, dan ada mbak Nadira juga beserta temannya.
Tahun depan mbak Nadira sudah lulus, dan juga penentuan akan kuliah dimana.
Kami pun perjalanan menuju ke kantin sekolah, kami bisa bersama seperti ini karena kami sama-sama ulangan susulan.
Saat di pertengahan jalan, kami terhalang oleh salah satu geng terkenal di sekolah. Terkenal rusuhnya.
"Lo Kayla ya?" tanya kak Vanya
"Kenapa?"
"Lo jangan keganjenan deh jadi cewe."
"Tau, baru kelas 10 aja udah centil." ucap kak Vania
"Masuk kelas akselerasi pasti nyogok ya?" ucap kak Febi
Aku pun sedikit memberi kode kepada mbak Nadira dan juga Karin untuk tetap tenang.
"Ga usah deh keganjenan sama Sabian. Caper mulu setiap hari!" ucap kak Vania
"Eh, dengerin ya, Sabian itu punya gue. Lo, ga ada apa-apa nya. Akselerasi nyogok aja bangga!" ucap kak Vanya
Aku tidak memperhatikan ketiga perempuan ga jelas ini. Yang aku perhatikan adalah objek yang ada di belakangnya.
Ada Wisnu, kak Abi, mas Alif, dan juga beberapa teman mereka. Ku lihat kak Abi tengah mendrible bola basket dengan alis terangkat satu.
Mbak Nadira seperti hendak memanggil kak Abi, namun ku lihat kak Abi menempelkan jari telunjuk nya ke mulut, menandakan untuk kami diam saja.
"Lo dengerin kita ga sih?!" ucap kak Vania
Aku pun kembali menatap para perempuan ga jelas ini.
"Dengerin kok, saya kan punya kuping."
Mbak Nadira menahan tawa.
"Ga usah ketawa Nad! Mauan aja temenan sama adek kelas centil begini." ucap kak Febi
"Centil, gatel, baru juga bau kencur. Gede nya mau jadi pelakor ya? Dekat sana sini yang penting banyak duit ganteng." ucap kak Vanya
"Ya siapa sih yang gak mau cowo ganteng sama banyak duit. Kakak juga sama kan? Pasti nyari yang ganteng dan banyak duit. Berarti sama-sama jadi pelakor dong?" ucap ku
"Berani banget sih lo!" ucap kak Vania
"Ini sih harus dikasih pelajaran akhlak Nya." ucap kak Febi
Aku kembali melihat ke arah Kak Abi. Ku lihat dia sudah membidik ketika perempuan ini dengan bola nya.
Mata ku pun membulat sempurna dan menggeleng supaya kak Abi tidak melakukan hal itu.
"Lo kenapa geleng-geleng hah?!" ucap Vanya
Bugh
"Aduh!" teriak kak Vanya
Aku pun meringis. Itu sakit banget sumpah.
"Siapa sih woy?!" teriak kak Vanya
Ku lihat kak Abi dan yang lainnya berlari ke arah ku.
"Sorry, sorry, tadi gua kira ring basket." ucap kak Abi yang sekarang berdiri di sebelah ku.
"Sabian." ucap kak Vanya
Ku lihat ekspresi mereka bertiga ketakutan.
"Kok diem?" sindir Karin
"Sabian tuh punya gue, lo jangan keganjenan jadi orang. Nyinyinyinyinyi." sindir mbak Nadira
"Sekarang aja lo diem, kakak kelas berani kandang!" ucap Karin
Karin ini bar-bar sekali. Padahal dia satu angkatan dengan ku.
"Hello cabe-cabean! Dengerin ya sayang, yang keganjenan, kecentilan, ditambah murahan itu ya lo!" ucap mbak Nadira
"Mbak, istighfar." ucap ku
"Lo ga punya cermin ya di rumah? Besok gue beliin deh, sekalian yang besar, biar bisa ngaca setiap hari." ucap mbak Nadira
"Sok-sok an ngebully anak akselerasi. Otak dipake dulu kalau mau ngebully orang." ucap Karin
"Guys udah guys, kalian jadi pusat perhatian loh." ucap Wisnu
"Tau anjir, udah kayak tontonan drama." ucap mas Alif
"Biarin aja, biar satu sekolah tau kalau orang yang ga punya otak sok-sokan ngebully ya begini. Kalau bisa gua gunain microphone sekalian." ucap mbak Nadira
"Perbaiki otak dulu, baru lo mau bully satu sekolah jegar jeger ke sana ke mari terserah deh. Kalau gini kan lo yang malu. Kasian aja gua mah, harga diri nya makin ga ada." ucap Karin
"Mbak Nadira, Karin."
"Udah, udah, mending kita ke kantin aja. Kalian pada baru selesai ujian kan?" ucap kak Abi yang menjadi penengah
"Iya, udah lah kantin aja, ga akan kelar-kelar kayak sinetron ini mah." ucap Wisnu
"Engga engga engga. Gua mau kasih pelajaran, masih kurang pelajaran akhlak, budi, sama moral nya." ucap mbak Nadira
"Nad udah lah Nad, percuma lu ngasih pelajaran moral, budi, dan akhlak ke dia." ucap mas Alif
"Oh iya lupa, kan ga punya otak. Bye!" ucap mbak Nadira yang menarik ku untuk pergi
Kami pun langsung pergi ke kantin. Ya Allah, harus ketawa apa gimana ya?
Setelah selesai memesan makanan, kami pun berkumpul di satu tempat. Mbak Nadira dan Karin masih tersulut emosi, masih aja ngedumel.
"Gaya amat ngebully anak akselerasi. Dikatain nyogok. Dikira akselerasi gampang kali. Ga ada otak tuh orang." gumam mbak Nadira
"Otak kosong!" ucap Karin
"Guys, udah lah." ucap ku
"Ga bisa Kay. Lu tuh kalau gitu harus dibales tau ga? Kalau ga, lama-lama makin ngelunjak." ucap Karin
"Bener tuh kata Karin. Tapi, tadi balasan kamu boleh juga sih." Ucap mbak Nadira
"Memang Kayla ngebalas apa?" tanya kak Abi
"Kepo." jawab ku
"Lain kali tuh ga udah dibales. Nenek lampir lu pada lawan ya percuma." ucap Wisnu
"Bener tuh, buang buang tenaga. Buang-buang suara." ucap mas Alif
"Gua tuh gemes Lif dari kelas 11. Rasanya mau gua tonjok aja itu orang."
"Memang kayak gitu dari kelas 11 mbak?" tanya Sabian
"Sebelum lo terkenal, dia udah begitu. Nyosor sana nyosor sini kek soang." ucap mbak Nadira
"Orang kek gitu tuh harus ada yang ditakutin. Kalau engga, bakal terus-terusan aja seenaknya dia ngebully orang-orang ga bersalah." ucap Karin
"Yaudah udah, kalian ga laper apa dari tadi nyerocos aja? Gua aja yang denger udah pusing." ucap Wisnu
"Iya bener. Tapi Sab, kok bisa pas tadi? Padahal jaraknya jauh, kenceng pula." ucap mas Alif
"Ga tau, padahal tadi niatnya jail doang." ucap kak Abi
"Kenapa ga serius? Sekalian biar tulangnya patah." ucap mbak Nadira
"Jail aja Kayla udah melotot tadi, gimana saya serius? Mata nya udah lepas kali." ucap kak Abi
"Tapi itu tadi keras banget loh." ucap ku
"Saya ga niat untuk ngebalas Kayla. Serius deh." ucap kak Abi
"Itu berarti, karma. Tuhan tau mana yang harus dikasih pelajaran." ucap Karin
Aku hanya tersenyum.
Ada aja yang buat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOGYAKARTA
أدب المراهقينDi bawah cakrawala dan di atas bentala Yogyakarta, aku dan kamu, mendapat restu dari sang pencipta, untuk bersatu menjadi kita.