Minggu, 17 Maret 2019
01.00
Seperti ucapan ku, aku tidak akan tidur sebelum bapak datang. Mas ku pun terlihat sangat frustasi.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." jawab semua
"Bapak." panggil ku
Aku langsung memeluk bapak. Usapan lembut darinya membuat diriku sedikit tenang.
"Belum tidur ya kamu?" tanya bapak
"Kayla mau bapak."
"Yaudah, bapak kan sudah di sini. Sekarang tidur ya?"
Aku mengangguk.
"Yaudah, semuanya keluar dulu ya? Fariq sama yang lainnya istirahat ya." ucap bapak
Mereka semua keluar dari kamar ku. Bapak pun membenarkan posisi ku. Bapak memperlakukan ku seperti aku disaat umur lima tahun.
"Bapak lama." ucap ku
"Bapak kan harus ngurus semuanya dulu."
"Bapak komandan, harusnya bisa cepat."
"Kan tidak bisa semena-mena sayang. Sudah tidur."
"Pak, laki-laki itu jahat. Bapak ga mau tembak dia?"
"Kamu mau bapak tembak dia?"
Aku mengangguk.
"Terus ibu gimana?" tanya beliau
"Maksudnya?"
"Bapak kan sudah milik ibu. Kalau bapak tembak dia, terus dia mau jadi pacar bapak. Bagaimana?"
Aku pun memukul dada nya. Masih sempat-sempatnya melawak seperti ini.
"Sudah, kamu tidur. Bapak gak tega lihat kamu kayak gini. Bapak itu tadi sudah lemas mendengar penuturan mas mu."
"Dia nyentuh bibir Kayla pak."
"Tidak usah diceritakan. Sudah, tidur sekarang."
"Pak.. "
"Cah ayu."
(Anak cantik.)Aku pun memejamkan mata ku.
05.00
"Kayla, bangun nak."
Aku masih enggan meninggalkan mimpi ku.
"Kayla."
Aku pun membuka mata karena suara nya berbeda. Kok perempuan?
"Loh, ibu?"
"Sholat subuh yuk. Sudah adzan." ucap ibu
Aku mengangguk. Kami bertiga menuju ke tempat wudhu.
"Loh, kalian mau kemana?" tanya bapak kepada para laki-laki
"Mau ke masjid pak. Mau ikut?" ucap mas Aiq
"Ya, bapak mau wudhu dulu."
"Yo wes."
Aku dan ibu membiarkan bapak mengambil wudhu terlebih dahulu. Setelah wudhu, aku kembali ke kamar.
"Yang perempuan jamaah di rumah saja ya." ucap bapak
"Iya pak." ucap mbak Nadira
Para laki-laki itu pun pergi. Kami yang perempuan, sholat subuh berjamaah di rumah.
Setelah sholat dan curhat kepada Yang Maha Kuasa, hati ku sedikit tenang.
Walau air mata ku kembali mengalir mengingat kejadian malam tadi. Tentu saja bayangan itu masih terlihat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOGYAKARTA
Ficção AdolescenteDi bawah cakrawala dan di atas bentala Yogyakarta, aku dan kamu, mendapat restu dari sang pencipta, untuk bersatu menjadi kita.