Aku kembali lagi untuk mengisi otak ku, ke tempat yang bernama sekolah. Entah lah, hari ini otak ku akan diisi tentang apa.
Aku baru saja menempati kursi milik ku, tapi Ghani langsung menghujani ku dengan satu pertanyaan. Pertanyaan yang tidak jelas.
"Gimana Kay?"
"Apanya yang gimana Ghan?"
"Kemarin."
"Oh, iya, bapak sama ibu ku jadi pulang."
"Bukan itu Kayla Naura!"
Lah, ku kira dia menanyakan hal itu.
"Terus apa lagi Ghani?"
"Mas mas."
"Mas Aiq? Mas Aiq pulang cepet kok."
"Kamu tuh bener-bener ya Kay. Cape tau!"
"Kamu ngomong ga jelas loh. Mas siapa? Yang di rumah kan mas Aiq doang."
"Bukan omongan ku yang ga jelas! Kamu nya yang ga peka!"
"Yaudah, jelasin makanya! Langsung aja ke intinya."
"Mas Alvin!"
"Oh. Terus kenapa?"
"Ya gimana?! Greget juga!"
"Apanya yang gimana sih Ghan?!"
"Kamu suka ga sama dia?!"
Aku diam seribu bahasa. Kenapa aku bingung? Padahal pertanyaan ini tidak perlu dipikirkan. Kenapa sudah sekali mengeluarkan satu huruf pun?
"Kayla!"
"Ga tau Ghan."
Nah loh, kok aku jawabnya ga tau?
"Loh loh, kamu udah mulai suka berarti."
"Apa sih Ghan, ya gak tau, karena, karena....
Aku ga tau dia. Iya, ga tau dia.""Hah?! Apa sih Kay?!"
"Iya, bener. Kan aku ga tau dia."
Duh, apaan sih mulut ku ini.
"Kamu tuh suka sama dia."
"Jangan ngawur Ghan."
"Jawaban mu itu ngawur, aku nanya apa kamu jawab apa."
"Ya kan emang bener."
"Aku itu kenal kamu ga cuman satu tahun aja. Aku tau kamu gimana."
"Sok tau."
"Dibilang kok ngeyel. Wes, pok'e tak bantu."
"Bantu opo toh?"
"PDKT."
"Apa sih Ghani! Engga ah, ga mau!"
"Kamu itu gengsi."
"Bukan gengsi, aku emang ga kenal dia itu siapa."
"Makanya kenalan!"
"Engga."
"Iya Kayla."
Aku harus memutar otak untuk dapat memberhentikan topik ini. Aku merasa tersudut kan.
"Ngomong-ngomong, kamu gimana Ghan sama mas Sadam?"
"Ya ga gimana-gimana, baru kemarin, belum ada cerita."
"Kamu ga make apa-apa kan pas itu?"
"Pakai apa?"
"Ya, siapa tau dari rumah, kamu udah nyiapin pelet."

KAMU SEDANG MEMBACA
YOGYAKARTA
Genç KurguDi bawah cakrawala dan di atas bentala Yogyakarta, aku dan kamu, mendapat restu dari sang pencipta, untuk bersatu menjadi kita.