LEMBAYUNG SENJA

172 17 3
                                    

Sabtu, 2 November 2012

Hari ini aku, mas Alvin, mas Aiq, dan mbak Nadira kembali berpetualang di Yogyakarta. Kata dua laki-laki ini sih, ada yang ingin dibicarakan.

Tujuan kita yang pertama adalah ke Kalibiru. Perjalanan menuju ke Kalibiru sekitar 1 jam 15 menit, itu pun kalau ga macet.

Yang kami dilakukan di mobil hanya diam-diaman saja. Tidak ada yang membuka pembicaraan satu sama lain.

Bahkan, mas Aiq yang biasanya ngomong terus, malah jadi pendiam saat ini.

"Halo, di sini ga ada orang ya?" sindir ku

"Iya nih, kalian berdua diam-diaman aja. Kenapa sih?!" tanya mbak Nadira

"Jadi kalem sehari memang ga boleh?" tanya mas Aiq

"Kalau mas Alvin kalem juga emang sifatnya begitu. Lah, kalau mas Aiq? Nyeremin tau!" ucap ku

"Iya, kamu kalau diem kayak kesambet." ucap mbak Nadira

"Kalem salah, pecicilan salah. Laki-laki selalu salah ya Vin?" ucap mas Aiq

Mas Alvin hanya tersenyum tipis. Ada yang disembunyikan dari dua manusia ini.

Aku ingin bertanya sebenarnya, cuman aku ga enak. Takutnya kan masalah pribadi.

"Kalian tuh kalau ada masalah cerita." ucap mbak Nadira

"Ga ada mbak." ucap mas Alvin

"Tingkah laku kalian itu beda." ucap mbak Nadira

"Saya kan emang gini orangnya." ucap mas Alvin

"Bukan kamu! Orang yang lagi nyupir!" ucap mbak Nadira

"Ga ada sayang."

"Ga usah bohong."

Mas Aiq tidak membalas ucapan mbak Nadira. Benar kan, ada yang disembunyikan.

Akhirnya, setelah perjalanan cukup jauh dan membosankan. Iyalah membosankan, satu mobil empat orang udah kayak orang gagu semua.

Turun dari mobil, kami langsung berjalan menuju musholla terdekat untuk sholat ashar.

Setelah sholat ashar, kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

Dan ya, masih diam-diaman seperti tadi, tidak ada bedanya. Makanan pun datang.

Aku sudah kesal dari tadi tidak ada pembicaraan sama sekali. Mereka ini pada punya mulut kan?!

Aku pun memasukkan satu sendok ke dalam mulut ku dengan terpaksa. Dan ya, tidak ada yang berbicara lagi.

Aku pun menaruh sendok di piring dengan sengaja dibunyikan. Aku langsung pindah ke tempat lain. Lebih baik sendiri kalau seperti ini.

Tidak begitu lama, mas Alvin muncul di depan ku. Namun tidak aku peduli kan, bodo amat.

"Kenapa?" tanya nya

Aku tidak menjawab.

"Makan yang bagus. Rezeki itu."

"Kalau mas ga suka ngeliat Kayla makan, ga usah ke sini."

"Sendirian dong."

"Dari tadi juga jalan seperti sendirian."

"Mau merusak liburan apa engga?" tanya nya

"Kalian berdua yang ngerusak."

Mas Alvin menaruh sendok nya dan bersandar di kursi.

"Nanti saya jelasin." ucap nya

YOGYAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang