22. Mama Yeri dan Y/n

20.9K 2.4K 253
                                    

Harap vote sebelum atau sesudah membaca cerita ini. Jangan lupa untuk komentar.

Terima kasih telah menjadi bagian di dalam cerita ini. Borahae💜

🌻🌻🌻

Y/n segera keluar dari ruangan. Ia masih sangat khawatir dengan keadaan Papa. Semoga saja, darah yang ia donorkan dapat membuat Papa sadar lebih cepat. Dan yang lebih y/n harapkan, Papa membuka mata dengan ingatan yang sama. Tidak ada yang Papa lupakan satu hal pun. Y/n bukannya apa atau gimana, ia baru saja merasakan kasih sayang dari seorang Papa. Y/n tidak ingin kehilangan itu semua dengan Papa yang tidak mengingat dirinya.

Tadi sebelum mendonorkan darahnya, y/n sempat bercerita dengan Beomgyu. Beomgyu yang khawatir dengan keadaan y/n dan juga Papa y/n, langsung segera pergi ke rumah sakit.

Dan sekarang, y/n dapat melihat pesan Beomgyu bahwa laki-laki itu sudah sampai di depan rumah sakit. Y/n langsung menjawab chatnya dengan menyuruh Beomgyu bertanya kepada perawat, di mana ruangan yang y/n tempati untuk donor darah tadi.

Beberapa menit kemudian, y/n dapat melihat Beomgyu yang sedang berlari ke arahnya.

Dan ya, setelah sampai, Beomgyu langsung membawa y/n ke dalam pelukannnya.

Beomgyu sangat khawatir dengan keadaan y/n. Pasalnya, gadis itu memiliki trauma akan darah. Dan lebih parahnya lagi, tidak ada satu Abang pun yang menemani y/n saat donor darah.

"Lo nggak papa kan?" Nada suaranya terdengar lembut. Bahkan, jantung y/n berdetak secara tidak karuan.

"Nggak papa." jawab y/n.

Beomgyu mengehela napas pelan. Ia sangat bersyukur karena y/n dapat melewatinya sendirian.

"Tadi lo nangis nggak?" y/n menggelengkan kepalanya. Ia memang tidak menangis, tapi hatinya benar-benar sakit. Bukan sakit karena ia terkena suntikan jarum, melainkan sakit karena Abangnya lebih memihak ke Yeri ketimbang dirinya.

Yeri dan y/n sama-sama takut. Yeri takut akan kejadian yang menimpa Papanya. Dan y/n trauma akan darah sedari kecil. Tapi yang harus dibela disini y/n, bukannya Yeri. Ah ya! Mana mungkin Abang membela y/n, mereka saja membencinya dengan begitu sangat.

"Yuk, gue temenin ke sana. Lu sama gue. Gue bakal jagain lu kalo ada Abang yang ngebentak-bentak lu."

"Makasih Gyu." y/n tersenyum dengan manis. Dan sudah pasti kalau senyuman itu dibalas dengan Beomgyu. Mereka berdua segera pergi ke sana.

🌻🌻🌻

Taehyung menoleh sekilas ke arah samping kanan. Laki-laki itu dapat melihat Beomgyu dan Adiknya yang sedang berjalan ke arahnya. Taehyung mengucap syukur melihat y/n yang baik-baik saja.

Tadi, Taehyung ingin ikut bersama y/n ke ruangan di mana y/n mendonorkan darahnya. Tapi Jin dan Jungkook menahannya. Walaupun Taehyung sudah berontak, tapi tetap saja mereka berdua terus menahan laki-laki itu. Siapa yang tidak kalah jika satu orang dilawan oleh dua cowo?

"Maafin Abang yang nggak bisa temenin y/n tadi. Tapi y/n nggak papa kan?" tanya Taehyung dengan wajah khawatirnya. Y/n menganggukkan kepalanya.

"Pasti susah ya, nahannya pas darah itu keluar?"

"Iya. Apalagi nggak ada satu orang pun yang nemenin y/n. Lucu deh, pas darahnya keluar, tiba-tiba keinget pengasuh yang ngurusin y/n waktu y/n kecil." y/n senyum dengan kecut. Tanpa mengucap kata apapun, Taehyung langsung memeluk y/n. Bahkan pelukannya sangat erat.

"Maafin Abang." y/n hanya diam saja. Pasalnya, ia benar-benar berharap kalau Taehyung akan menemaninya.

Taehyung mengurai pelukannya. Pria itu mencium kening y/n cukup lama.

"Pikirin keadaan Papa. Bukannya malah pelukan-pelukan nggak jelas sama Adek lo." Hoseok menyindir Taehyung. Dan Taehyung langsung menatap ke arah Hoseok.

"Apa kabar lu yang terus-terusan nenangin Adek lu. Padahal ada Abang yang lain yang bisa nenangin. Lo perlu kaca, jangan bisanya nyindir-nyindir aja." Taehyung benar-benar kesal sedari tadi. Namjoon dan Jimin memang udah berubah, tapi mereka masih terus mencoba menenangkan Yeri. Tanpa ada niatan membantu y/n saat Dokter membutuhkan darah untuk Papa.

"Karna lu, seorang Adik berani ngelawan Kakaknya. Lu tuh nggak sadar ya, lu nggak ada gunanya di sini. Mending lu pergi." ucap Yoongi. Y/n hanya bisa menatap Abangnya itu dengan tatapan sendu.

Segitu tidak diharapkannya ya y/n dikeluarga ini? Kalau gitu, kenapa nggak Yeri aja yang donorin darahnya untuk Papa? Kenapa harus y/n?

Ah! Demi Papa ia rela.

"Bang, lu pikir dengan lu benci y/n kaya gini, Mama akan bahagia di atas sana?" tanpa rasa bersalahnya, Yoongi mengangguk.

"Iya, karena emang dia nggak diharapkan di keluarga ini. Jadi udah pantes kalo dia dibenci."

"Hahaha, tolol...."

"Walaupun waktu itu gue masih kecil tapi gue inget semuanya. Ada lu juga di sana." semuanya langsung menatap ke arah Taehyung. Begitupun dengan y/n dan Yeri.

"Saat itu, Yeri lebih dulu lahir. Mama ngelahirin Yeri dengan normal. Mama nangis haru pas Yeri udah diletakkin di tangannya. Mama cium Yeri mulai dari kening, mata, hidung, pipi, bibir, semuanya. Ya, kehadiran Yeri benar-benar membuat Mama bahagia. Tapi tiba-tiba Dokter bilang masih ada kehidupan lain di dalam sana. Yeri langsung diambil alih oleh perawat. Lalu Mama mulai sesak napas. Mama udah kaya orang nggak kuat lagi. Terus Mama manggil Papa dengan mencoba menggapai-gapai tangan Papa. Papa langsung ngedeketin telinganya di mulut Mama. Gue nggak denger Mama ngomong apa. Cuma gue bisa liat kalau Papa geleng-geleng kepala. Firasat gue bilang, Mama mau nyelematin anak yang ada di dalam perut Mama. Tapi Papa nggak bisa. Papa nggak mau kehilangan Mama. Bahkan Mama udah mohon-mohon ke Papa. Terus Mama beralih menggapai tangan suster yang ada disebelahnya. Mama ngebisikkin sesuatu di telinga suster itu. Gue ngeliat dari gerak-gerik bibir Mama kalau Mama bilang itu amanat dari Mama. Lalu setelah itu, Mama sesek napas, kaya orang nggak kuat lagi. Tiba-tiba Mama nutup matanya. Gue yang nggak tau apa-apa cuma diem. Tapi Papa langsung nangis kejer."

"Lalu setelah itu, tiba-tiba Mama langsung dibawa pergi. Gue nggak tau Mama dibawa kemana. Setelah berjam-jam, akhirnya gue sama yang lainny dibawa suster ke sebuah ruangan. Suster menunjuk dua bayi perempuan. Suster bilang itu Adik kita semua. Kalian, bahkan gue, cuma natap ke satu sisi. Sedangkan sisi lainnya tidak."

"Jadi Mama nggak pernah bahagia di atas sana ngeliat kalian yang benci sama Adik kandung kalian sendiri. Mama sedih, bahkan mungkin, sedih yang teramat sedih. Jadi tolong, anggap y/n ada. Anggap y/n Adik kalian semua. Kalian nggak sedih gimana perjuangan Mama mencoba untuk mempertahankan bayinya?"

Mereka semua hanya bisa menatap Taehyung dengan tatapan sedihnya. Bukan sedih karena merasa bersalah dengan y/n. Melainkan sedih karena Taehyung kembali menguak tentang kematian Mama.

Semoga, ada salah satu dari mereka yang terbuka hatinya.

🌻🌻🌻

Aheyyy. Ayalfu💜

Sampai ketemu lagiiiiiii

Terima kasih❤
Jakarta, 18 Januari 2020.

[1] Epiphany | BtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang