57. Y/n, Rumah Sakit, dan Kepergian

20.9K 2.9K 1.8K
                                    

BACA NOTE YA SAYANG

Guys, bagi yang mau beli novel Epiphany, ada ready stock yaaa (Stok terbatas). Silahkan cek ke Shopee.

(Tokopedia aku belum tau sih, kalau kalian mau cek, coba cek aja. Aku kurang ngerti kalau pakai tokped soalnya:/)

Sistemnya udah nggak COD ya sayang. Jadi siapain uangnya dulu, baru deh check out dan buat pesanan. Bisa bayar lewat indomaret/alfamart terdekat bagi yang tidak punya rekening.

Hanya ada paket A

Yang serius ya kalau ingin beli:)

Thank you beb❤

🌻🌻🌻

Bukan kuis tapi kalian harus komennn

Kirim emot yang menurut kalian pantas untuk Yeriiiiii

↑yok kirimm

🌻🌻🌻

Sedari sore tadi, tangan y/n tidak pernah sekalipun terlepas dari genggaman tangan Beomgyu. Bahkan tangan itu, sering dikecupnya beberapa kali. Pemuda itu sungguh khawatir dengan keadaan kekasihnya.

Banyak kata maaf yang telah ia keluarkan untuk y/n. Beomgyu hanya bisa berharap bahwa y/n mendengar permintaan maafnya dan membuka matanya pada saat itu juga.

Bagaimana jika mata itu tidak terbuka lagi?

Bagaimana jika kemarin adalah hari terakhir Beomgyu melihat manik mata kekasihnya yang sedang menatapnya?

Dan jika memang gadisnya pergi, itu berarti, ia sudah tidak bisa melihat mata seorang perempuan yang menatapnya dengan tatapan penuh cinta dan kasih sayang.

Beomgyu menundukkan wajahnya. Menyeka air matanya kasar dan terus bergumam meminta y/n membuka mata indahnya.

Helaan napas terdengar dari mulut Beomgyu. Ia kembali menyeka air matanya. Kini tatapannya fokus menatap wajah kekasihnya yang sedang terbaring lemah itu.

Tangannya terulur mengelus kening y/n. Senyum Beomgyu merekah seketika. Setidaknya, gadisnya sudah melakukan hal yang paling baik. Walaupun ia tidak menyukainya, melihat y/n senang karena berhasil melakukan apa yang ia inginkan, membuat Beomgyu sebagai pacarnya ikut merasakan rasa senang itu.

Lisa dan keempat tempat yang lainnya, pergi meninggalkan Beomgyu dan juga y/n. Mereka sama khawatirnya seperti Beomgyu. Namun saat ini, Beomgyu pasti lebih khawatir, terlebih hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja.

Mereka lebih memilih meninggalkan Beomgyu dan pergi menuju taman. Menunggu di sana, takut jika nanti Beomgyu malah melakukan hal gila yang mengancam nyawa akibat rasa bersalahnya terhadap y/n.

"Y/n, bangun."

"Please..."

Lagi dan lagi, air matanya keluar membasahi pipi. Melihat keadaan y/n yang seperti ini, membuat hati Beomgyu mencelus. Rasanya jauh lebih sakit melihat y/n terbaring lemah, dari pada melihat sahabat tersayangnya yang pergi meninggalkan dirinya karena ada cita-cita yang harus dia kejar.

Beomgyu tidak bisa bayangkan bagaimana raut, ekspresi, dan perasaan seluruh keluarga y/n ketika mengetahui y/n sudah berkorban untuk Yoongi. Apalagi, y/n sedang terbaring tidak berdaya seperti ini.

[1] Epiphany | BtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang