55)Penyempurna Iman.

2K 49 4
                                    

-Author hadir kembaliiii! Adakah yang kangen Author? /digeplak readers/ ganti deh pertanyaannya. Adakah yang kangen cerita ini update? Haha, ngarep banget! Oh, ya… maaf ya, update-nya lama banget. Soalnya semester dua ini lagi sibuk-sibuknya. Mohon pengertiannya, ya!
-Dimohon untuk membaca author's note sampai selesai, agar nggak ketinggalan info!
-Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama!
-#jangan_lupa_vote!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Kamu adalah sosok dari masa laluku,
yang merangkap sebagai sosok masa depanku.
Kamu adalah teman sekolahku,
yang juga menjadi teman hidupku.
Kamu … takdirku,
Penyempurna imanku.”
•Muhammad Arkan Assyraaf•

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Seminggu sudah Arkan dan Huwaida berada dalam bahtera rumah tangga.

Begitu Arkan sampai di rumah setelah menunaikan salat subuh berjama'ah di masjid, dilihatnya sang istri sedang berkutat dengan peralatan masak di dapur.

"Assalamu'alaikum. Hayo … udah salat, belum?"

"Wa'alaikumussalam."

Huwaida berbalik dan menyalimi punggung tangan Arkan. "Udah, dong." jawabnya.

"Masak apa?"

"Ikan balado. 'Kan kamu yang minta,"

Arkan terkekeh. "Habisnya semenjak kita nikah kamu gak pernah masak ikan. Aku 'kan jadinya ngira kamu gak bisa masak ikan." Ia menumpukan dagunya di pundak Huwaida.

"Sembarangan! Bisa, lah!"

"Terus kenapa nggak pernah, dan baru kali ini?"

"Kukira kamu gak suka ikan. Soalnya 'kan pas di sekolah dulu kamu nggak jarang bawa bekel, tapi nggak pernah sekalipun ada ikannya."

"Ya 'kan nanti bau amis, Sayanggg. Lagian juga … masa makanan kesukaan suaminya sendiri nggak tau, sih?"

"Tau kok. Yang nggak kutau 'kan makanan apa yang nggak kamu suka."

"Emang makanan kesukaanku apa?"

Huwaida mendelik. Kesal karena Arkan terus saja mengganggu aktivitas memasaknya. Namun ia tetap menjawab dengan lembut, "Opor ayam, 'kan, Mas Suami?"

Arkan malah tertawa. "Kamu kesel ya, aku tanyain terus?"

"Nggak. Cuma masih nggak nyangka aja seorang Muhammad Arkan Assyraaf yang dulunya tampak kalem ternyata bisa cerewet juga,"

"Kalo kamu sadar, kamu juga cerewet, loh. Bahkan sejak dulu,"

"Ya justru karena aku cerewetnya dari dulu, makanya pasti udah nggak aneh lagi," Huwaida memberi jeda, "Mas-nya misi dulu, dong, aku mau siapin sarapan, nih!"

Arkan tersenyum lebar, sambil melangkah dan berakhir menduduki salah satu kursi makan. Huwaida yang menangkap ekspresi bahagia itu tetap melanjutkan kegiatannya sambil sesekali melirik.

"Bahagia banget kayaknya …?"

"Iya dong. Bahagiaku 'kan bersamamu,"

"Idih, gombal,"

"Biarin. Istri sendiri ini. Kalo pas kita masih SMP dulu, baru gak boleh!"

"Iya deh. Mas Suami yang selalu benar,"

[SDRS2] HASNA | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang