52)Keagungan Kuasa-Nya.

937 41 2
                                    

-Cerita ini bentar lagi tamat, jadi di-update-nya agak lama. Biar gak cepet tamat, wkwk. Atau, malah ada yang berharap cerita ini cepet tamat? :(
-#jangan_lupa_vote!
Budayakan tekan bintang, yaa. Author ngetik berjam-jam capek loh. Apalagi mikirnya, lebih capek. Masa yang baca banyak, tapi yang nge-vote dikit? Harusnya kalo emang gak suka, ya gak usah dibaca lah wkwkwkwk.
-Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Ini bukan keberuntungan atau nasib.
Ini adalah rencana Allah yang sempurna.”
-HASNA-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Hasna …,"

Langkahnya terhenti. Huwaida mematung di tempatnya berdiri. Jantungnya berdegub kencang tak terkendali. Ada rasa senang berbalut 'ketidakpercayaan' yang menghampiri.

"Hasna," panggilan itu kembali terujar, dengan suara yang lebih jelas.

"Kamu.. Hasna?"

Huwaida langsung membalikkan badan mendengar pertanyaan itu. "Arkan …," Jeda sedetik, "ya, ini aku. Hasna,"

Perlahan bibir pucat pasi Arkan membentuk senyuman. "Ternyata bener yang kudengar waktu itu. Kamu masih hidup,"

Huwaida menunduk sedikit. Ia menghampiri Arkan. "Dan setelah mendengar kabar itu, kamu malah 'tidur' selama ini."

"Emangnya berapa lama?" Arkan tampak bingung.

"Kurang lebih setahun,"

"H--hah? Kamu gak bercanda 'kan, Na? Aku.. koma, dan selama setahun lamanya?"

"Gak ada orang yang bisa bercanda di saat begini, Kan. Iya. Kamu koma selama itu,"

Arkan melihat langit-langit kamar sambil bergumam, "Jadi yang dikatakan Paman Arfan, bener ya?"

"Paman Arfan kenapa?"

"Eum, hah? Eh, nggak-nggak."

Huwaida menyipitkan matanya, bingung. "Aku keluar dulu ya. Mau panggil dokter, sekalian bilang sama yang lain kalo kamu udah siuman."

"Iya,"

Huwaida keluar dari sana seraya mengucap salam, yang lalu dibalas oleh Arkan. Seperginya perempuan itu, Arkan memandang ke luar jendela yang gordyn-nya telah disibakkan.

Sungguh, ia masih mesti mencerna mengenai apa saja yang terjadi. Termasuk perihal Arfan yang menjadi 'temannya' selama Arkan 'tertidur'. Sebuah hal yang sangat tak terduga.

Tak lama kemudian, datanglah seorang dokter bersama dua orang perawat. Sedangkan di luar ruangan, Huwaida beserta yang lainnya sedang menduduki kursi yang terdapat di koridor rumah sakit.

"Wa, ayo sarapan dulu!"

Sudah ketiga kalinya Halimah menitah sang putri untuk mengisi perutnya yang 'kosong' sejak pagi. Namun jawaban Huwaida selalu saja sama.

"Sebentar lagi, Mi,"

"Nanti kamu sakit, loh,"

"Iya Wa. Nanti kalo Arkan tau kamu sakit gara-gara nungguin dia mulu, gimana? Bisa-bisa dia sedih," kata Faridah, yang sedang memangku putra pertamanya--Farras Barra Muayyad.

"Tapi aku belum laper Mi, Kak.. nanti aja,"

"Makan itu sebelum lapar, Huwaida. Ayo, Abi anterin ke kantin!" ajak Farhan.

[SDRS2] HASNA | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang