54)Akad Impian.

1.9K 67 7
                                    

-Videonya bisa sambil dibuka, ya! Anggap aja itu penggambaran prosesi akad Arkan dan Huwaida. Bedanya Huwaida dan beberapa wanita lainnya bercadar, kalo yang di cerita. Ehe.
-Dan Author izin hiatus ya, setelah ini. Soalnya Bulan April nanti UN, terus bulan-bulan sebelumnya sibuk ujian praktik dan lain-lain. Tapi, insyaaAllah bakal nyempetin waktu buat tamatin cerita ini. Namun, maaf ya kalo lama :"
-Baca a/n sampe habis, ya!
-Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama!
-#ZONA_WAJIB_VOTE!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Ada sebuah hal yang paling diimpikan setiap hamba.
Yaitu orang yang namanya sering tersebut dalam do'a,
Kini hadir dengan nyata
dalam istilah yang berbeda.”
-HASNA-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Author's POV•

Huwaida tersenyum bahagia bercampur haru tatkala memandangi kedua tangannya yang telah dihias seindah mungkin dengan menggunakan hena berwarna putih, seputih gaun pernikahan dan cadar yang digunakannya.

Suara pintu yang terbuka, membuatnya mengalihkan pandangan. Ada Faridah, Aiza dan Maryam di ambang pintu. Mereka kemudian memasuki kamarnya sambil mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam." Huwaida tersenyum menyambut ketiganya. "Ummi kok gak ke sini?"

Faridah yang duduk tepat di sampingnya, menjawab, "Ya Ummi 'kan sibuk ngurusin yang di sana, Wa, sama Ummi Marwa."

Maryam mengangguk beberapa kali. "Oh iya, Kak. Ngomong-ngomong, ijab qabulnya bentar lagi dimulai, loh! Soalnya pas tadi kami jalan ke sini, Kak Arkan sama Abi Farhan udah duduk berhadapan, Kak. Cie…."

Aiza tertawa. "Aku yakin banget. Pasti di balik cadar Kakak, pipi Kak Huwaida merah."

Faridah terkekeh. Ia merangkul kembarannya menggunakan tangan kanan. "Kalian ini, ya, gak boleh gitu! Nanti pas giliran kalian yang nikah, dibales loh, sama Huwaida."

"Tau, ih. Nyebelin."

Untuk menetralisir rasa gugup dan malunya, Huwaida memilih untuk mengusap perut rata Faridah yang di dalamnya terdapat calon anak kedua sang Kakak.

"Ih Kakak gak boleh dendaman, dosa lhooo!" Maryam mengembungkan pipi. "Ngomong-ngomong.. Kak Arkan sengaja banget deh, nentuin akad di tanggal ini."

"Sengaja gimana?" Aiza yang tak paham pun, bertanya.

"Ini 'kan hari ulang tahunnya Kak Huwaida!--"

Tiba-tiba, suara mic terdengar. Namun bukan murattal lagi yang diperdengarkan, melainkan suara Farhan--pertanda bahwa prosesi ijab qabul akan segera dimulai.

Jantung Huwaida berdegup tak keruan mendengar suara sang Abi. Kedua tangan indahnya lantas semakin gemetar kala suara yang mengudara tergantikan dengan suara Arkan; membalas ucapan Farhan sebelumnya.

Tak berselang lama, kalimat barakillah menguar di dalam ruangan. Ketiga perempuan yang berada di dekatnya, memeluk Huwaida bergantian sambil memberinya selamat.

"Barakillah, kembaranku tersayang!"

"Barakillah, Kakak iparkuuu!"

"Barakillah ya, Kak Huwaida!"

Huwaida membalas ucapan selamat itu dengan senyumannya, sebab tak sanggup berkata-kata. Apalagi ketika Halimah dan Marwa muncul dari balik pintu kamar, luruhlah air matanya.

[SDRS2] HASNA | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang