51)Salam dari Arfan.

1K 38 9
                                    

-Author balik nih! Ehehe. Kalo lupa sama alur ceritanya, baca aja dulu chapter yang ke-50. Biar gak bingung. Maaf ya, Author menghilang selama sebulan dua minggu lamanya. Mulai karena sibuk sekolah, kurang sehat, sampe karena gak semangat lanjutin cerita ini juga bikin Author hiatus lama banget.
-Iya, Author gak semangat. Padahal dulu suka banget sama cerita ini. Tapi semenjak publish HALWA versi ke-2, Author jadi lebih suka sama cerita itu. Huhuuu~ maafkan Authorrr~~.
-Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama!
-#jangan_lupa_vote!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Aku dan kamu tercipta,
adalah bertemu untuk bersama
atau hanya bertemu untuk sementara?”
•Huwaida Akleema Shezan NA•

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Flashback ·on·•

"Alhamdulillah, sampe juga."

Farhan, Halimah, Huwaida, Faridah dan Zayan turun dari mobil yang dikendarai Farhan. Namun baru beberapa tapak mereka melangkah, Farhan berhenti dan berpamitan, meminta keempatnya menunggu.

Tak lama kemudian, lelaki yang umurnya sudah tidak muda lagi itu kembali dengan senyuman merekah. Entah karena apa. Sebab Farhan tidak memberitahu mereka apapun.

"Kita masih punya waktu yang lumayan banyak. Jadi cek lagi barang-barang kalian, takut ada yang ketinggalan." ujar Farhan.

Huwaida, Faridah dan Zayan memeriksa barang-barang mereka lagi, termasuk yang berada di mobil. Meski sedikit heran. Karena baik Halimah maupun Farhan, sudah memperingatkan mereka berulang kali.

Dan ternyata, firasat kedua orang tua itu benar adanya.

"Eum.. Mi, Bi," panggil Huwaida.

"Iya, Wa?"

"Kurasa … buku diary-ku ketinggalan di kamar. Padahal udah ku-cek berulang kali. Tapi sepertinya aku kurang teliti,"

Halimah memandang Farhan, seolah bertanya. Yang dipandang pun menjawab, "Kayaknya sih, masih ada waktu buat ke sana. Emang penting banget ya, Wa? Kita 'kan bakal balik lagi,"

Huwaida menggigiti bibir bawahnya, bingung. Sebenarnya tidak terlalu penting. Hanya tulisan-tulisannya mengenai … Arkan. Dan tak lama lagi, ia akan bersanding dengan pria lain. Jadi seharusnya, tidak penting, bukan?

Tetapi hatinya seakan berkata kalau barangnya yang satu itu harus diambil. Huwaida lalu menjawab, "Sebenernya emang gak terlalu penting. Tapi.. aku ingin membawanya, Ummi, Abi. Kumohon,"

"Kita balik lagi aja," Halimah menyetujui, walau perasaannya mulai tak enak.

Namun, di balik kecemasan yang kerap membelenggunya, ada setitik rasa yang memberi keyakinan bahwa yang akan dilakukan mereka sudah benar.

"Tapi kalo emang waktunya udah gak cukup gak apa-apa, kok. Nanti aku ngerepotin,"

Farhan tersenyum, yang sarat akan makna. "Cukup kok. Udah, gak apa-apa."

[SDRS2] HASNA | SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang